Hitstat

23 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 4 Sabtu

Beristirahat dalam kehormatan manusia
Yohanes 19:40-41
Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:38-42; Mat. 27:57; Yoh. 3:1; Yes. 53:9

Setelah Tuhan merampungkan pekerjaan-Nya dalam kematian-Nya, Dia beristirahat (19:38-42). Dalam Yohanes 18 dan 19 kita melihat banyak hal yang jahat dan penderitaan yang menimpa Tuhan. Tetapi, bagai-manapun jahatnya peristiwa-peristiwa itu dan bagaimanapun banyaknya yang Dia derita, Dia menahannya dan melaluinya dengan penuh kemenangan. Ini menunjukkan bahwa Dia itu Hayat pemenang dan penakluk. Setelah Tuhan melaksanakan kematian untuk penebusan dan penyaluran hayat-Nya, situasi penderitaan-Nya segera berubah menjadi sesuatu yang penuh dengan ke-hormatan. Sebelum kematian-Nya, segala sesuatu jahat dan mematikan; se-telah kematian-Nya, segalanya jadi menyenangkan dan nyaman.
Yusuf dari Arimatea, seorang hartawan (Mat. 27:57) dan Nikodemus, seorang penguasa Yahudi (Yoh. 3:1) datang membawa kain lenan dan rempah-rempah yang mahal, mur dan gaharu (Yoh. 19:39-40), mempersiapkan tubuh-Nya untuk pemakaman. Bukan orang miskin yang merawat tubuh-Nya, tetapi kaum bang-sawan yang menguburkan Dia dalam sebuah kubur “bersama dengan orang kaya” (Yes. 53:9 Tl.). Dengan demikian kita melihat bahwa seluruh situasinya berubah menjadi keadaan yang mulia dan suatu lingkungan yang baru.
Pasal 18 dan 19 menyatakan bagaimana Tuhan menyerahkan diri-Nya dengan sukarela dan berani serta menaklukkan lingkungan kematian dan pengaruhnya. Hal ini membuktikan bahwa Dia adalah Hayat pemenang dan Sang kebangkitan. Dia mati agar dapat membebaskan diri-Nya sebagai hayat. Di satu pihak, Tuhan tidak dapat dihancurkan, di pihak lain, Dia sudah dihan-curkan. Sebagai hayat kebangkitan, Dia tidak dapat dihancurkan; tapi untuk tujuan pembebasan diri-Nya sebagai hayat, Dia dihancurkan. Bahwa tidak satu tulang pun daripada-Nya yang dipatahkan, membuktikan bahwa tak ada sedikit pun hayat kebangkitan-Nya yang dapat dihancurkan.
Bagaimanapun, Dia rela menderita dan ditikam agar hayat dapat dibebaskan dan disalurkan ke dalam kita. Begitu perkara ini rampung, Dia beristirahat dan menanti kebangkitan. Jadi, melalui kematian-Nya, kita telah ditebus dan men-dapatkan hayat yang Dia bebaskan dan salurkan ke dalam kita.

No comments: