Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 2:8-15
Dalam ayat 8 Paulus juga mendorong
saudara-saudara untuk berdoa "tanpa marah dan tanpa perselisihan". Marah
dan perselisihan membunuh doa kita. Marah berasal dari emosi kita, dan
perselisihan berasal dari pikiran kita. Untuk menempuh kehidupan doa dan berdoa
tanpa henti, emosi dan pikiran kita harus diatur agar berada dalam keadaan normal,
di bawah kendali Roh itu dalam roh kita.
Perkataan Paulus tentang
jangan ada perselisihan yang menimbulkan perbantahan berkaitan dengan anjuran
untuk menadahkan tangan yang suci. Bila kita menutup mata kita dan menadahkan tangan,
kita akan mampu berdoa. Tetapi bila kita membuka mata kita menilai orang lain
dan berbantah-bantahan mengenai situasi mereka, kita tidak akan mampu berdoa.
Bukannya menadahkan tangan, kita mungkin malah melipat tangan kita di belakang
punggung kita. Siapakah yang dapat berdoa dengan tangan terlipat di belakang punggung?
Tetapi bila kita menadahkan tangan kita dan menghindari perselisihan yang
menimbulkan perbantahan, kita akan mampu berdoa dengan tepat.
Ayat 9 mengatakan, "Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah
ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan
berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang
mahal-mahal." Dandanan yang pantas berarti dandanan yang
sesuai dengan sifat dan kedudukan saudari sebagai kaum saleh Allah. Dalam bahasa
Yunani, istilah berpakaian menyiratkan perilaku, tingkah laku. Tingkah laku
para saudari, yang terutama ditampilkan melalui pakaian, harus sesuai dengan kedudukannya
sebagai kaum saleh.
Ayat 12 meneruskan, "Aku
tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah
laki-laki; hendaklah ia berdiam diri." Mengajar di sini berarti
mengajar dengan otoritas, mendefinisikan dan menetapkan makna doktrin mengenai kebenaran
ilahi. Bila seorang perempuan mengajar seperti ini atau menggunakan otoritas atas
seorang laki-laki, berarti ia telah meninggalkan kedudukannya. Dalam penciptaan-Nya,
Allah telah menetapkan laki-laki sebagai kepala dan perempuan harus tunduk
kepada laki-laki (1 Kor. 11:3). Dalam gereja ketetapan ini harus dipelihara. Kata
"berdiam diri" dalam ayat 12 mengacu kepada "tidak
berbicara".
Dalam ayat 14 Paulus meneruskan, "Lagi pula, bukan
Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam
dosa." Ayat 13 memberikan
alasan pertama mengapa perempuan harus tunduk kepada laki-laki. Di sini adalah
alasan yang kedua. Hawa ditipu oleh ular (Kej. 3:1-6) karena dia tidak tinggal
dalam ketaatan di bawah kekepalaan Adam, tetapi melangkahi kedudukannya untuk berhubungan
dengan penggoda yang jahat secara langsung tanpa menudungi kepalanya. Ini
adalah alasan yang kuat bagi rasul untuk melarang para saudari di gereja lokal mengajar
dengan menggunakan otoritas dan menerapkan kekuasaan atas laki-laki.
Sebaliknya, rasul mengarahkan mereka untuk belajar berdiam diri dan tinggal
dalam segala ketaatan. Kekepalaan laki-laki adalah perlindungan bagi perempuan.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 4
No comments:
Post a Comment