Hitstat

27 February 2015

1 Timotius - Minggu 2 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 2:8-15


Dalam ayat 8 Paulus juga mendorong saudara-saudara untuk berdoa "tanpa marah dan tanpa perselisihan". Marah dan perselisihan membunuh doa kita. Marah berasal dari emosi kita, dan perselisihan berasal dari pikiran kita. Untuk menempuh kehidupan doa dan berdoa tanpa henti, emosi dan pikiran kita harus diatur agar berada dalam keadaan normal, di bawah kendali Roh itu dalam roh kita.

Perkataan Paulus tentang jangan ada perselisihan yang menimbulkan perbantahan berkaitan dengan anjuran untuk menadahkan tangan yang suci. Bila kita menutup mata kita dan menadahkan tangan, kita akan mampu berdoa. Tetapi bila kita membuka mata kita menilai orang lain dan berbantah-bantahan mengenai situasi mereka, kita tidak akan mampu berdoa. Bukannya menadahkan tangan, kita mungkin malah melipat tangan kita di belakang punggung kita. Siapakah yang dapat berdoa dengan tangan terlipat di belakang punggung? Tetapi bila kita menadahkan tangan kita dan menghindari perselisihan yang menimbulkan perbantahan, kita akan mampu berdoa dengan tepat.

Ayat 9 mengatakan, "Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal." Dandanan yang pantas berarti dandanan yang sesuai dengan sifat dan kedudukan saudari sebagai kaum saleh Allah. Dalam bahasa Yunani, istilah berpakaian menyiratkan perilaku, tingkah laku. Tingkah laku para saudari, yang terutama ditampilkan melalui pakaian, harus sesuai dengan kedudukannya sebagai kaum saleh.

Ayat 12 meneruskan, "Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri." Mengajar di sini berarti mengajar dengan otoritas, mendefinisikan dan menetapkan makna doktrin mengenai kebenaran ilahi. Bila seorang perempuan mengajar seperti ini atau menggunakan otoritas atas seorang laki-laki, berarti ia telah meninggalkan kedudukannya. Dalam penciptaan-Nya, Allah telah menetapkan laki-laki sebagai kepala dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki (1 Kor. 11:3). Dalam gereja ketetapan ini harus dipelihara. Kata "berdiam diri" dalam ayat 12 mengacu kepada "tidak berbicara".

Dalam ayat 14 Paulus meneruskan, "Lagi pula, bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa." Ayat 13 memberikan alasan pertama mengapa perempuan harus tunduk kepada laki-laki. Di sini adalah alasan yang kedua. Hawa ditipu oleh ular (Kej. 3:1-6) karena dia tidak tinggal dalam ketaatan di bawah kekepalaan Adam, tetapi melangkahi kedudukannya untuk berhubungan dengan penggoda yang jahat secara langsung tanpa menudungi kepalanya. Ini adalah alasan yang kuat bagi rasul untuk melarang para saudari di gereja lokal mengajar dengan menggunakan otoritas dan menerapkan kekuasaan atas laki-laki. Sebaliknya, rasul mengarahkan mereka untuk belajar berdiam diri dan tinggal dalam segala ketaatan. Kekepalaan laki-laki adalah perlindungan bagi perempuan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 4

No comments: