Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 2:8-15
Dalam ayat 15 Paulus menyebutkan iman, kasih, dan kekudusan.
Iman adalah untuk menerima Tuhan (Yoh. 1:12), kasih adalah untuk menikmati Tuhan
(Yoh. 14:21, 23), dan kekudusan adalah mengekspresikan Tuhan melalui pengudusan.
Melalui iman kita menerima Tuhan dan karenanya menyenangkan hati Allah (Ibr.
11:6), melalui kasih kita menikmati Tuhan dan karenanya memelihara firman Tuhan
(Yoh. 14:23), dan melalui kekudusan kita mengekspresikan Tuhan dan karenanya
bisa melihat Tuhan (Ibr. 12:14).
Dalam berita ini saya memiliki beban yang khusus
terhadap perihal "kesopanan", satu kebajikan yang sangat penting bagi
seorang perempuan. Dalam beberapa keluarga ada yang kurang menekankan perihal kesopanan.
Baik anak laki-laki maupun perempuan dibesarkan dan dididik dengan cara yang
sama. Kesopanan adalah kebajikan yang menekankan adanya perbedaan antara
laki-laki dan perempuan. Seperti yang telah saya tunjukkan, kata Yunani yang
diterjemahkan "sopan" dalam
2:9 secara harfiah adalah "tahu malu", yaitu dikendalikan atau
terikat oleh rasa malu yang terhormat.
Kesopanan adalah pengaman dan pelindung yang besar bagi
perempuan. Tidaklah benar mengajar anak perempuan dengan cara yang sama dengan
anak laki-laki. Anak laki-laki boleh membuka diri dalam situasi tertentu,
sebaliknya anak perempuan tidak boleh. Bila tidak, perempuan tidak akan
mempunyai perlindungan. Tidak adanya perlindungan dapat membuka jalan bagi percabulan.
Jika para wanita karier mempunyai kebajikan kesopanan, mereka akan bebas dari
hubungan yang tidak tepat dengan laki-laki rekan sekantornya. Seorang perempuan
yang bekerja di kantor dapat dengan mudah berhubungan secara tidak wajar dengan
laki-laki lain bila ia tidak mempunyai penutup yang tepat, yaitu kesopanan yang
seharusnya ada, rasa tahu malu, yang membuatnya menjaga jarak yang pantas.
Dalam hidup gereja, saudara saudari mempunyai kontak
yang cukup banyak satu dengan lainnya untuk bersekutu. Dalam persekutuan
demikian ini para saudari perlu memakai penutup moral, etika, dan rohani yang
dikenal sebagai kesopanan. Dalam semua kontak mereka dengan para saudara, para
saudari hendaknya ditutupi dengan "jubah" kesopanan. Ini adalah
pengaman dan pelindung yang besar.
Selain kesopanan, para saudari perlu penguasaan diri (2:9).
Ketika seorang saudari mempraktekkan kesopanan, ia harus menguasai diri. Dia tidak
seharusnya bodoh, melainkan berpikiran jernih dan hati-hati. Ia harus jelas mengenai
perkaranya dan memiliki daya pembeda yang tajam. Saudari hendaknya tenang,
tetapi bukan tanpa penguasaan diri dan daya pembeda. Saudari harus tenang
dengan penguasaan diri, bukan tenang dengan bodoh. Ketika saudari melatih
dirinya agar tenang dan tidak melanggar kedudukannya, ia perlu daya pembeda
yang tajam di dalam batin. Langit rohaninya harus cerah, tanpa awan atau asap. Dengan
demikian ia akan jernih, hati-hati, dan bijaksana.
Kedua kebajikan ini, kesopanan dan penguasaan diri, sangat
penting sekali dalam hidup gereja. Para saudari hendaknya menghadiri
sidang-sidang gereja agar memperoleh pengenalan penuh akan kebenaran. Pengenalan
ini akan membuat mereka memiliki penguasaan diri dalam pengertian. Kemudian,
mengikuti kesopanan, mereka akan memiliki apa yang disebut Paulus "pengudusan dengan penguasaan
diri" (2:15 Tl.). Mereka tidak akan kudus dengan cara bodoh, tanpa pengenalan
sama sekali. Sebaliknya, mereka akan kudus dalam pengenalan, pengertian, dan
daya pembeda yang penuh.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 4
No comments:
Post a Comment