Hitstat

05 June 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 4 Senin

Tidak Baik Seorang Diri Saja
Kejadian 2:18
“TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”

Setelah manusia diciptakan, Allah berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya” (Kej. 2:18). Sekalipun manusia diciptakan sempurna, tetapi belum lengkap. Setiap orang bagaikan belahan semangka yang hanya separuh. Meskipun sempurna, tetapi tetap memerlukan pasangan agar menjadi lengkap. Jika dua belahan semangka disatukan, barulah menjadi semangka yang lengkap utuh. Karena itu, ketika melihat Adam, Allah seolah-olah berkata, “Adam, engkau sempurna, tetapi engkau hanya setengah unit. Engkau terlalu kesepian. Aku akan menjadikan seorang penolong bagimu, Aku akan menjadikan pasangan yang sepadan denganmu.”
Apa yang Allah katakan di sini mirip dengan yang dikatakan oleh Salomo dalam Pengkhotbah 4:9a, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri.” Ini menunjukkan bahwa manusia benar-benar membutuhkan seorang penolong agar dapat menjadi lengkap dan utuh. Dengan kata lain, Allah ingin mendapatkan Adam dan Hawa. Tujuan Allah adalah ingin mendapatkan Kristus dan gereja.
Adam melambangkan Allah di dalam Kristus sebagai suami universal yang sejati yang sedang mencari seorang istri bagi diri-Nya sendiri (Rm. 5:14; bd. Yes. 54:5; Yoh. 3:29; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:31-32; Why. 19:7; 21:9). Karena itu, langkah prosedur Allah selanjutnya untuk menggenapkan tujuan-Nya adalah menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia dan membuat manusia menjadi pelengkap-Nya. Haleluya untuk gambar yang luar biasa di Kejadian pasal dua.

Suatu Kiasan
Yes. 54:5; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:32

Akhir pembicaraan Kejadian 2 mudah dimengerti, karena berhubungan dengan cerita pernikahan. Adam telah diciptakan, tetapi ia belum mempunyai istri. Kemudian Allah memberinya seorang istri. Ini sepertinya bukan kiasan. Namun, jika kita membaca Alkitab secara keseluruhan, kita akan mengerti bahwa pernikahan yang terdapat dalam Kejadian pasal dua sesungguhnya adalah suatu kiasan. Mengapa kita berkata demikian? Sebab, selanjutnya dalam Perjanjian Lama, Allah bersabda kepada umat-Nya, “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau” (Yes. 54:5). Jadi, pencipta manusia adalah suami manusia. Ini berarti di dalam alam semesta ini satu-satunya laki-laki adalah Allah sendiri. Maka jika kita melihat dari sudut pengertian rohani berdasarkan Yesaya 54:5, semua manusia adalah perempuan. Pertama-tama, Allah adalah pencipta kita. Kemudian, Ia menjadi penebus kita. Sekarang, Ia adalah suami kita.
Konsep ini secara sepenuhnya berkembang dan dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Walaupun banyak orang mengira Yesus Kristus adalah guru yang agung, dan yang lain memandang Dia sebagai Juruselamat mereka, namun keempat kitab Injil juga mewahyukan Dia sebagai mempelai laki-laki. Memang tidak dapat disangsikan bahwa Dia adalah guru dan Juruselamat. Tetapi, Dia juga mempelai laki-laki yang datang untuk memperoleh mempelai perempuan (Yoh. 3:29). Selain itu, Paulus, rasul yang terbesar, dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa gereja ialah istri dan Kristus ialah suami. Dalam 2 Korintus 11:2 ia mengatakan, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.” Jadi, kita adalah istri Kristus. Selain itu, dalam Efesus pasal 5, saat membicarakan tentang pernikahan, bahwa laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging, Paulus selanjutnya mengungkapkan bahwa pernikahan itu mengacu kepada rahasia besar yang berkaitan dengan Kristus dan gereja (Ef. 5:1-32).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka laki-laki adalah lambang Allah sebagai suami universal yang sejati. Sebelum Allah memperoleh manusia yang tepat, Ia masih sendirian. Dan Allah merasa tidak baik kalau sendirian saja. Sekalipun Allah mutlak dan selamanya sempurna, namun tanpa gereja, Ia merasa belum lengkap. Oleh karena itu, ketika Allah mengatakan bahwa tidak baik bagi Adam jika ia sendirian saja, itu berarti Allah sedang mengekspresikan perasaannya sendiri. Adam memerlukan seorang istri, melambangkan dan menggambarkan bahwa Allah perlu mempunyai pasangan. Jika kita melihat hal ini, maka setiap aspek dalam Kejadian pasal dua akan terlihat dengan jelas.

Penerapan:
Allah tidak dapat sendirian. Dia memerlukan manusia – gereja-Nya sebagai pasangan-Nya. Dalam kehidupan kita, sudahkah kita mengekspresikan bahwa kita adalah pasangan Allah? Apakah motivasi pelayanan kita? Kasih akan Allah atau yang lain? Bagaimanakah doa kita? Hanya memohon banyak berkat ataukah mengungkapkan kasih kita kepada-Nya?

Pokok Doa:
Ya Tuhan, aku bersyukur atas rahasia besar yang telah Engkau singkapkan. Terima kasih ya Tuhan, Engkau menjadikanku pasangan-Mu. Tuhan, pimpinlah aku agar dapat menempuh hidup sesuai dengan tujuan-Mu.

No comments: