Hitstat

28 June 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Memelihara Hukum Allah Dengan Pengertian Sendiri
Kejadian 4:5
“Tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”

Hidup Kain menunjukkan bahwa ia bermaksud memelihara hukum Allah dengan pengertiannya sendiri. Kain mengira, “Aku dapat melakukan sesuatu untuk menyenangkan Allah. Aku akan melakukan apa yang Allah suruh.” Inilah sebabnya Allah tidak melihat persembahan Kain.
Hasil dari hidup Kain yang berusaha menuruti perintah Allah berdasarkan pengertiannya sendiri adalah membunuh saudaranya. Kain membunuh Habel justru di tempat ia berjerih lelah melakukan perintah Allah. Allah memerintahkan agar Adam menggarap tanah untuk mendapatkan makanannya, maka Kain menggarap tanah. Dan di atas tanah itulah ia membunuh Habel. Bahkan mungkin saja Kain membunuh Habel dengan alat yang ia pakai untuk menggarap tanah tersebut. Bagaimanapun, Allah masih membelaskasihani Kain, masih bertanya kepadanya, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?” (Kej. 4:6).
Kemudian, Allah juga memberi peringatan kepada Kain, “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu.” Kita harus waspada! Jika kita menolak jalan keselamatan Allah, dosa sudah mengintip di depan pintu, siap untuk mendapatkan kita. Kesenangan dosa, yaitu kesenangan Iblis, adalah mendapatkan kita, namun kita harus mengalahkan dia. Salah satu cara terbaik untuk mengalahkan Iblis adalah melarikan diri dari konsepsi (pengertian) diri kita sendiri dan bersembunyi di dalam karunia keselamatan Allah.

Membunuh Saudaranya Dan Berdusta Dengan Penuh Kesombongan
Kej. 4:8-9; Yoh. 16:2

“Kata Kain kepada Habel, adiknya, ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia” (Kej. 4:8). Jika kita membandingkan ayat ini dengan Yohanes 8:44, kita akan tahu bahwa Kain bukanlah satu-satunya pembunuh; Iblis juga adalah pembunuh. Dalam Injil Yohanes Tuhan Yesus berkata tentang Iblis, “Ia adalah pembunuh manusia sejak semula.” Walaupun Habel dibunuh oleh Kain, tetapi Iblislah yang mendalangi tindakan pembunuhan oleh Kain itu. Karena Kain telah menolak cara Allah dan peringatan Allah, maka dia ditangkap oleh si pembunuh manusia itu, dan bersama Iblis menjadi pembunuh manusia. Jadi, dua pembunuh melakukan dosa pembunuhan yang sama. Melalui tangan Kain dan kerja sama Kain, Iblis membunuh Habel. Kain memandang remeh pemberitaan Injil dari orang tuanya, juga mengesampingkan peringatan Allah. Demikianlah ia digerakkan oleh Iblis, menurut caranya sendiri melayani Allah, akhirnya, mutlak didapatkan oleh Iblis, menjadi pembunuh manusia.
Kejatuhan manusia kali kedua bukan dimulai dengan mencuri, melainkan dimulai dari menyembah Allah menurut konsepsi (pengertian) manusia sendiri. Inilah penciptaan agama oleh manusia. Menyembah Allah menurut konsepsi manusia tidak bisa menyelamatkan manusia agar terlepas dari kejatuhan kali pertama, malahan memperdalam kejatuhan itu.
Kejatuhan manusia kali kedua dimulai dari adanya agama buatan manusia sendiri yang digenapkan dengan tindakan pembunuhan atas manusia. Percayakah kita bahwa kaum agamawan bisa membunuh manusia? Agama buatan manusia selalu demikian: dimulai dengan melayani Allah, diakhiri dengan membunuh manusia. Ini sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 16:2 yang mengatakan, “Bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbakti kepada Allah.” Dengarkan perkataan Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi, “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah” (Mat. 23:35). Di manakah para agamawan itu membunuh Zakharia? Di tempat orang beragama menyembah Allah, di antara tempat kudus dan mezbah. Ini sungguh menakutkan! Kain tidak hanya membunuh adiknya, tetapi juga mendustai Allah. Bayangkan, orang yang seperti itu bahkan berani mendustai Allah! (Kej. 4:9). Ini adalah dusta pertama dalam sejarah. Kain tidak sendirian. Iblis itulah pendusta sejak semula.

Penerapan:
Saudara saudari, kehidupan rohani ternyata tidak seperti yang kita bayangkan. Bukan asal berbuat baik, bukan asal mempersembahkan harta, bukan asal rajin ke persekutuan, juga bukan asal sibuk melayani, melainkan apakah kita telah melakukan semua itu sesuai dengan kehendak Allah? Untuk itu, kita perlu selalu hidup dalam persekutuan yang intim dengan-Nya di dalam roh kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhanku, selidikilah hatiku, apakah murni di dalam melayani-Mu, bukan untuk mendapatkan perkenan manusia namun untuk mendapatkan perkenan-Mu. Tuhan aku mau melayani-Mu dengan takut dan gentar, sesuai dengan kehendak hati-Mu.

No comments: