Hitstat

26 June 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 3 Senin

Dua Garis Kehidupan -- Garis Hayat Dan Garis Pengetahuan
Kejadian 4:2
“Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.”

Dari awal, Alkitab sudah menunjukkan hanya ada dua garis kehidupan di atas bumi ini dan kita harus memilih salah satu. Dua garis kehidupan ini digambarkan oleh kedua pohon dalam Taman Eden, dan juga oleh dua garis keturunan Adam dan Hawa (Kain dan Habel). Kita mungkin mengira ada banyak garis kehidupan yang bisa kita pilih di atas bumi ini. Misalnya, kita dapat menjadi pengusaha, insinyur, direktur, ilmuwan, dokter, dlsb. Namun, dalam pandangan Allah, kita hanya bisa berada di salah satu dari kedua garis kehidupan yang ada, garis hayat atau garis pengetahuan. Hanya ada dua garis ini yang bisa kita pilih.
Kejadian 4:2 menunjukkan profesi dua saudara sekandung. Yang pertama berladang, yang kedua menggembalakan domba. Tanah menghasilkan makanan bagi manusia; sedangkan domba, terutama adalah untuk kurban persembahan bagi Allah (karena di masa itu manusia tidak makan daging). Jadi, dari profesi kedua bersaudara ini, kita bisa melihat bahwa Kain melayani bumi (dunia), sedangkan Habel mutlak melayani Allah.
Semua orang duniawi rajin dan tekun melayani dunia, sama sekali tidak mempedulikan Allah. Mereka menganggap kita, orang-orang yang menggembalakan domba bagi Allah, sebagai orang gila. Ketika mereka mengetahui bahwa kita berhimpun terus-menerus, membaca Alkitab, saling bersekutu, menyanyi, memuji Tuhan, mereka merasa heran dan bertanya orang macam apakah kita ini? Di bumi ini hanya ada dua golongan orang — melayani dunia dan menggembalakan domba bagi Allah. Golongan yang manakah kita?

Garis Hayat - Hidup Menurut Wahyu
Kej. 4:1-2

Setelah kejatuhan manusia, Allah berjanji bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala si Iblis (Kej. 3:15). Karena itu, begitu melahirkan seorang anak, Hawa segera teringat akan janji Allah dan langsung menamakannya Kain, yang artinya “mendapatkan”. Mereka mengira Kain adalah keturunan yang dijanjikan itu. Namun, lama kelamaan mereka mulai menyadari bahwa tidak ada yang istimewa di atas diri Kain. Sungguh mengecewakan.
Ketika melahirkan anaknya yang kedua, mereka menamakannya “Habel”, yang berarti “sia-sia”. Melalui nama ini kita tahu bahwa Adam dan Hawa merasa bahwa anak ini pun tidak dapat menolong mereka terlepas dari kutukan. Segala sesuatu yang indah telah berlalu hanya karena makan satu buah kecil dari pohon yang salah. Mereka mulai menyadari bahwa keberadaan manusia setelah kejatuhan benar-benar tanpa pengharapan, kosong, dan sia-sia. Inilah perasaan Adam dan Hawa.
Namun, justru Habel memiliki keistimewaan, ia menyadari, “Ketika orang tuaku menggunakan cawat dari daun pohon ara untuk menutupi diri sendiri, Allah tidak berkenan. Mereka sembunyi dan tidak berani mendekati Allah. Ketika Allah bertanya, “dimanakah engkau?” Mereka ketakutan. Tetapi, begitu Allah menyembelih domba dan membuat pakaian dari kulit binatang itu, serta mengenakannya pada mereka, mereka tidak lagi takut. Ini berarti aku hanya dapat datang kepada Allah melalui pengorbanan yang telah Allah sediakan bagiku.” Inilah wahyu. Begitu Habel melihat wahyu, maka ia tidak melepaskannya begitu saja. Habel bahkan hidup menurut wahyu yang dilihatnya.
Bagaimana kita bisa menerima Wahyu? Kuncinya adalah pada roh kita. Begitu kita menjamah roh kita, wahyu Allah ada di sana. Orang yang di dalam roh adalah orang yang memiliki wahyu. Sama seperti Habel yang melihat wahyu dari pembicaraan orang tuanya. Habel tidak mengenal Tuhan Yesus secara langsung. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Namun, ia menyadari bahwa seseorang harus mati baginya hingga ia bisa datang ke hadapan Allah.
Dalam kehidupan Kristiani kita, kita telah mendengar banyak sekali, tetapi sebelum kita melihatnya di dalam roh kita, itu masih belum menjadi milik kita. Semua yang kita dengar itu masih belum menjadi wahyu kita. Hidup kita seharusnya bukan hanya dipengaruhi oleh apa yang kita dengar, tetapi juga oleh apa yang kita lihat di dalam roh kita. Ketika kita hidup menurut apa yang kita lihat di dalam roh, ini berarti kita hidup dalam garis hayat.
Saudara saudari, mari kita belajar terus menggunakan roh kita untuk datang kepada firman Tuhan, agar kita bisa menerima wahyu, dan hidup di dalamnya.

Penerapan:
Kita harus bertanya pada diri sendiri, ada di garis manakah kita hari ini? Jika kita hidup dalam garis hayat, maka kita hidup menurut kehendak hati Allah. Jika kita hidup di garis pengetahuan, ini berarti kita hidup menurut daya nalar kita. Tidak peduli sebaik apa pun daya nalar kita, ini adalah garis yang salah, garis yang ditolak Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku ingin seluruh hidupku ada di garis hayat. Selamatkan aku dan belaskasihi aku Tuhan, agar aku dapat melayani Tuhan dan bukan melayani dunia atau diriku sendiri.

No comments: