Hitstat

24 June 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

Tertutupnya Jalan Menuju Pohon Hayat (1)
Kejadian 3:24
“Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”

Kejadian 3:23-24 melanjutkan, “Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” Pohon kehidupan (pohon hayat) yang melambangkan Allah, tidak boleh disentuh oleh manusia yang berdosa. Sebab itu, sebelum penebusan yang sesungguhnya rampung, Allah harus menutup jalan menuju ke pohon hayat.
Jika kita membaca Yehezkiel pasal sembilan dan pasal sepuluh serta Ibrani pasal sembilan, kita nampak bahwa kerub adalah tanda kemuliaan Allah. Yehezkiel 9:3 mengatakan bahwa kemuliaan Allah ada di atas kerub; Ibrani 9:5 mengatakan “kerub kemuliaan”, karena Allah memakai mereka untuk menyatakan, dan mengekspresikan kemuliaan-Nya. Jalan yang menuju ke pohon hayat tertutup oleh kerub berarti tertutup oleh kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah tidak mengizinkan manusia yang berdosa menyentuh-Nya sebelum penebusan sebenarnya terampungkan. Dalam Roma 3:23, Paulus mengatakan bahwa semua orang sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Semua manusia telah menyalahi diri Allah yang kudus, dan telah melanggar hukum Allah yang adil, dan kekurangan kemuliaan Allah. Jadi, kemuliaan Allahlah yang menutup jalan menuju ke pohon hayat. Kemuliaan Allah tidak mengizinkan manusia yang berdosa, yang kehilangan kemuliaan Allah, datang menyentuhnya.

Tertutupnya Jalan Menuju Pohon Hayat (2)
Ul. 4:24; Rat. 3:42-43; Rm. 2:5; Yak. 4:8; Why. 22:14; Im. 16:1-2; 10:1-3; Kel. 25:18-20; 26:31-34; 40:20-21; Ibr. 9:3-4

Selain menempatkan beberapa kerub di sebelah Timur taman Eden, Allah juga menempatkan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar. Bernyala-nyala di sini berarti ada nyala api. Api dalam perlambangan berarti kekudusan Allah. Allah adalah api yang menghanguskan (Ul. 4:24; 9:3; Ibr. 12:29). Apa pun yang umum, tidak bersih, atau berdosa, akan dibakar oleh Allah. Api yang menghanguskan menandakan kekudusan Allah dan tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Dia (Ibr. 12:14). Jadi, hal kedua yang menutupi jalan menuju ke pohon hayat adalah kekudusan Allah.
Pedang menandakan pembunuhan. Pembunuhan pedang dalam Kejadian pasal tiga menunjukkan keadilan Allah (Rat. 3:42-43; Rm. 2:5). Karena ada dosa, maka menurut Allah yang adil, perlu ada pembunuhan. Jadi, pedang pembunuh melambangkan tuntutan keadilan Allah. Kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah menutup jalan menuju ke pohon hayat, menunjukkan bahwa selama manusia ada di dalam dosa, ia tidak diizinkan menyentuh Allah sebagai pohon hayat.
Kita dapat melihat sebuah gambaran dalam Perjanjian Lama yang membuktikan bahwa Allah benar-benar telah menutup jalan ke pohon hayat. Dalam Imamat 16:1-2 dijelaskan bahwa pada Kemah Suci ada ruang maha kudus. Allah berada di ruang maha kudus dan kemuliaan-Nya senantiasa memenuhinya. Tidak ada seorang pun yang boleh masuk ke ruang maha kudus, karena ada kerub-kerub di atas tabut (Kel. 25:18-20) yang selalu berjaga-jaga untuk memeriksa apakah orang dosa sudah dapat memenuhi tuntutan keadilan Allah. Ini berarti, kemuliaan Allah senantiasa berjaga-jaga. Demikian juga, kerub tersulam pada tirai pemisah ruang maha kudus (Kel. 26:31-34). Tidak hanya demikian, ketika kedua anak Harun, Nadab dan Abihu, memasuki ruang kudus dengan membawa api asing, mereka segera mati terbakar (Im. 10:1-3). Api menyatakan kekudusan Allah. Selain itu, di dalam tabut yang terletak di ruang maha kudus terdapat Hukum Taurat Allah (Kel. 40:20-21; Ibr. 9:3-4). Hukum Taurat ini melambangkan keadilan Allah. Sekali lagi kita nampak kemuliaan, kekudusan, dan keadilan Allah menuntut orang dosa dan mencegah orang dosa dari menyentuh Allah.
Namun puji syukur kepada Tuhan, bahwa kematian Kristus telah memuaskan tuntutan keadilan, kekudusan, dan kemuliaan Allah, maka darah-Nya telah membukakan bagi kita sebuah jalan yang baru dan yang hidup (Ibr. 10:19-20, 22). Haleluya, segala mulia dan hormat bagi Tuhan untuk karya-Nya. Amin.

Penerapan:
Sadarlah bahwa tanpa Kristus, sebaik apa pun yang kita lakukan dalam hidup kita, tetaplah dosa di pandangan Allah dan berada di bawah penghukuman. Tanpa penumpahan darah Kristus, usaha sebaik apa pun tidak dapat menutupi dosa kita yang tidak terhitung di hadapan Allah. Marilah belajar untuk menerapkan darah-Nya yang memberikan pengampunan.

Pokok Doa:
Tuhan, terima kasih atas darah-Mu yang berkhasiat mengampuni dan menghapuskan dosa-dosaku. Tuhan pimpinlah aku untuk tidak menyuap dosa yang kulakukan dengan perbuatan baikku. Tuhan aku perlu darah-Mu, karena tanpa darah tidak akan ada pengampunan-Mu.

No comments: