Hitstat

05 August 2006

Kejadian Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Membangun Kota, Membangun Menara, dan Mencari Nama
Kejadian 11:4
“Juga kata mereka: ‘Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.’”

Setiap masyarakat adalah sebuah Babel. Masyarakat hari ini terbentuk dari batu bata buatan manusia dengan jalan membakar tanah yang diciptakan Allah, sehingga memusnahkan unsur pertumbuhan hayat yang ada di dalamnya. Hari ini setiap organisasi dalam masyarakat, semuanya sedang membakar tanah liat untuk dijadikan batu bata, guna membangun suatu kota Babel yang tanpa Allah dan tanpa hayat. Apa tujuan orang-orang Babel membangun menara? Jika kita membaca firman Allah bagian ini, kita akan nampak bahwa menara adalah untuk menyatakan kepada seluruh alam semesta, terutama kepada Allah, bahwa manusia telah merdeka dari Allah dan segala sesuatu.
Hari ini dalam masyarakat manusia, prinsip kota dan menara masih sama. Menara menandakan penyebaran berita atau iklan. Sampai-sampai dalam pekerjaan kekristenan juga ada pembangunan “menara iklan” sehingga seringkali nama seseorang lebih tersohor ketimbang nama Yesus yang ia beritakan. Spanduk yang besar, iklan yang gencar, semuanya adalah membangun sebuah menara. Mereka berusaha mencari nama bagi diri mereka sendiri, dengan demikian menyangkal nama Allah, yaitu menyangkal Allah sendiri. Yang paling berdosa kepada Allah ialah manusia membangun Menara Babel untuk menyohorkan namanya sendiri. Menyohorkan nama seseorang sesungguhnya berarti menyangkal Allah. Jika di dalam kehidupan kristiani kita, kita ingin mencari ketenaran diri sendiri atau memuja/mengkultuskan ketenaran seseorang, itu berarti kita berada dalam prinsip membangun menara. Tuhan membenci hal ini.

Penanggulangan Allah Terhadap Pemberontakan Manusia
Kej. 11:5-9; Mzm. 133:3; Rm. 15:5-6, 1 Kor. 1:10, Flp. 2:2.

Kejadian 11:5-9 berkata, “Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, dan Ia berfirman: ‘Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’ Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.” Akibat pertama dari kejatuhan manusia kali keempat ialah manusia tidak dapat lagi tinggal di satu tempat, melainkan tercerai-berai ke seluruh bumi (Kej. 11:8-9). Bercerai-berai adalah perpecahan. Kedua, akibat dari kejatuhan manusia kali keempat ialah bahasa seluruh manusia dikacaubalaukan, tidak lagi dapat berbahasa yang sama (Kej. 11:7, 9). Di Babel, bahasa manusia dikacaubalaukan.
Akibat kutukan selalu adalah kekacauan. Setiap orang yang berbantahan pasti berada di bawah kutukan. Pada kejatuhan kali keempat, manusia sudah jatuh sampai titik terendah, tidak dapat jatuh lebih dalam lagi. Manusia sudah jatuh sampai dasarnya. Kejatuhan kali terakhir ini menyebabkan Allah membuang kaum keturunan Adam, kaum tercipta. Kaum ini sudah tidak tertolong, bahkan Allah pun tidak dapat berbuat apa-apa. Walaupun demikian, Ia tidak membuang tujuan-Nya atas diri manusia. Dari antara kaum yang jatuh itu Ia memanggil seorang keluar, untuk memulai suatu permulaan yang baru. Nama orang yang terpanggil itu ialah Abraham. Menurut Alkitab, Abraham menjadi kepala kaum yang baru. Adam ialah kepala kaum tercipta, sedangkan Abraham ialah kepala kaum terpanggil.
Sebagai kaum beriman di dalam Kristus, kita adalah kaum terpanggil – keturunan Abraham yang sejati. Bukan hanya demikian, kita juga adalah gereja, kesaksian Allah. Agar gereja berada di bawah berkat Allah, gereja haruslah memiliki kesaksian yang berkebalikan dengan prinsip kejatuhan manusia kali keempat ini. Allah memerintahkan berkat kehidupan untuk selama-lamanya di atas kerukunan (Mzm. 133:3). Dalam Roma 15:5-6, 1 Korintus 1:10, dan Filipi 2:2, Rasul Paulus menasihati kaum saleh untuk sehati sepikir. Bila kita berbantahan, kitalah yang pertama kali akan jatuh di bawah kutukan. Berkat tergantung pada kerukunan.

Penerapan:
Hanya nama Tuhan yang patut ditinggikan dan mendapat kemuliaan. Kita sepatutnya hanya mengagungkan nama Tuhan saja dan tidak perlu mencari nama bagi diri sendiri ataupun meninggikan nama seseorang. Mencari popularitas di antara anak-anak Allah atau menonjolkan popularitas seseorang sepenuhnya berada dalam prinsip membangun menara Babel.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku bila aku sering merasa bangga diri atas apa yang kukerjakan. Tuhan, aku ingin Engkaulah yang diperhidupkan melalui apa yang kulakukan. Bukan namaku yang dikenal melainkan biarlah hanya nama-Mulah yang ditinggikan dan dimuliakan.

No comments: