Hitstat

21 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 3 Senin

Mengalami Perlindungan Allah
Kejadian 12:17
“Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu.”

Allah tidak membiarkan Abraham pergi dan melupakan panggilan-Nya. Allah kemudian datang, tetapi bukan untuk menanggulangi Abraham, melainkan untuk menanggulangi Firaun. Ayat 17 mengatakan “Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sara, istri Abram itu.” Alkitab mengatakan bahwa tulah yang hebat itu menimpa Firaun dan seisi istananya. Walaupun tidak ditegaskan dengan kata-kata dalam Alkitab, kita bisa membayangkan bahwa sejak Firaun mengambil Sara, ia dan seisi istananya menderita.
Tulah itu pastilah suatu penderitaan yang menimpa atas Firaun dan kepada setiap orang yang berada di istana, kecuali Sara. Seluruh istana itu mungkin bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Mereka sangat heran mengapa setiap orang menderita, mengapa Firaun menderita dan mengapa hanya Sara yang tidak menderita. Boleh jadi mereka berkata, “Siapakah wanita ini? Mengapa ia tidak apa-apa?” Mungkin mereka menanyakan hal ini kepada Sara. Sara melihat perkembangan situasi yang sedemikian, dan ia mengerti. Kemudian ia memberi tahu Firaun bahwa dia adalah istri Abraham. Ini adalah peristiwa yang mungkin terjadi. Tangan Allah turun ke atas Firaun karena Sara. Ia datang melindungi Abraham dan Sara.
Kita perlu belajar suatu prinsip rohani: Ketika kita menaruh iman kepada Allah, semua orang yang ada di sekeliling kita menerima berkat. Sebaliknya, jika kita gagal, melupakan Allah, kerugian akan menimpa orang-orang di sekeliling kita. Allah berdaulat atas segalanya. Biarlah kita menjadi berkat.

Perlindungan dan Kedaulatan Allah
Kej. 13:1, 3-4

Ketika Abraham berada di Mesir, Abraham mengalami karunia perlindungan Allah. Tanpa karunia perlindungan Allah, tidak seorang pun yang dapat mempertahankan pengalaman yang “tinggi” itu, yaitu pengalaman tinggal dalam persekutuan dengan Tuhan. Jangan percaya akan pengalaman kita, percayalah terhadap karunia perlindungan-Nya. Waktu Abraham berjalan turun ke Mesir, tempat yang “rendah”, kita percaya bahwa perlindungan Allah tetap menyertai Dia. Tidak peduli waktu itu ia berada “di atas” (di Tanah Kanaan) atau di tempat yang “paling bawah” (di Mesir), ia selalu berada dalam karunia perlindungan Allah. Itulah sebabnya Abraham akhirnya bisa meninggalkan Mesir (Kej. 13:1).
Melalui pengalamannya di Mesir kali itu, Abraham mengetahui bahwa Allah yang memanggilnya itu juga memeliharanya, dan segala sesuatu ada di tangan-Nya. Melalui pengalaman ini Abraham dididik tidak hanya percaya kepada Allah, tetapi juga mengetahui Allah itu riil dan setia. Karena kita adalah orang yang dipanggil Allah, Ia akan memelihara kita, tidak peduli apakah kita percaya kepada-Nya atau tidak, bersandar kepada-Nya atau tidak. Ketika pengalaman rohani kita sedang menanjak naik, Ia memelihara kita. Ketika pengalaman rohani kita sedang jatuh sampai ke dasar pun, Ia lebih memelihara kita. Bagi Dia tidak ada bedanya, karena Dia tetap memelihara kita. Inilah kisah Abraham yang juga adalah kisah kita. Melalui pengalaman, kita dapat bersaksi Allah itu riil dan setia. Bapa kita adalah riil dan setia. Dia yang memanggil kita adalah riil dan setia. Tidak peduli apakah ekonomi dunia baik atau buruk, Allah tetap memelihara kita, karena kita adalah kaum yang terpanggil.
Dalam Kejadian 13:1 kita nampak bahwa Abraham keluar dari Mesir. Ia kembali ke tempat tinggi itu, ke tempat “di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai, ke tempat mezbah yang dibuatnya dahulu di sana; di situlah Abram memanggil (menyeru) nama TUHAN” (Kej. 13:3-4). Abraham kembali ke tempat di mana ia mendirikan mezbah dan memasang kemahnya. Ketika Abraham di Mesir, ia kehilangan semuanya ini. Tetapi Abraham kembali ke tempat yang tepat, ke tempat mezbahnya, di sanalah ia kembali menyeru nama Tuhan. Saudara saudari, inilah pertobatan: Kembali ke tempat dimana kita bisa mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan menyeru nama-Nya. Tidak ada satu orang pun yang tidak pernah gagal, termasuk kita, orang-orang yang terpanggil. Tetapi saat kita menyadari bahwa kita telah gagal, kita harus segera kembali ke “mezbah”. Inilah jalan terbaik bagi orang yang telah gagal.

Penerapan:
Alangkah bahagianya jika kita boleh menjadi berkat bagi orang lain, sebaliknya alangkah mengecewakannya jika kita mendatangkan kerugian bagi orang di sekitar kita, khususnya karena kita tidak setia kepada Tuhan. Marilah kita belajar taat terhadap pimpinan Tuhan agar orang lain mendapatkan berkat.

Pokok Doa:
Tuhan, kami mohon agar bisa mengenal tangan-Mu yang berdaulat mengatur setiap peristiwa yang terjadi di atas diri kami. Biarlah kami mengenal bahwa setiap pengaturan-Mu mendatangkan kebaikan bagi kami.

No comments: