Hitstat

15 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 2 Selasa

Mendirikan Mezbah di Sikhem
Kejadian 12:7
Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: ‘Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.’ Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.”

Abraham mendirikan mezbah setelah tiba di suatu tempat dekat Sikhem, yaitu setelah Allah menampakkan diri lagi kepadanya (Kej. 12:6-7). Inilah mezbah pertama yang didirikan Abraham. Dalam bahasa aslinya, “Sikhem” berarti “bahu”. “Bahu” adalah bagian yang paling kuat di atas diri manusia. Sebab itu, “Sikhem” berarti “kekuatan”. Ciri pertama tanah Kanaan adalah mempunyai kekuatan.
Dari Alkitab kita nampak, bahwa kekuatan Allah bukan hanya kekuatan yang ajaib, juga kekuatan hayat, kekuatan yang membuat kita dipuaskan (Yoh. 4:14). Hayat Tuhan adalah kekuatan yang membuat kita puas! Orang yang demikian adalah Sikhem, adalah bahu, mempunyai kekuatan, bisa memikul beban berat. Inilah pengalaman kita atas Sikhem.
Di Sikhem ada pohon tarbantin di More. “More” dalam bahasa aslinya berarti “pengajar/guru” atau “pengajaran”; ini berhubungan dengan aspek pengetahuan. Pohon tarbantin di More ada di Sikhem, artinya, pengetahuan berasal dari kekuatan, adalah hasil dari kekuatan. Dengan kata lain, pengetahuan rohani yang sejati berasal dari mendapatkan kekuatan Kristus. Kalau kita tidak mendapatkan kekuatan dan kepuasan atas hayat Kristus, kita tidak akan memiliki pengetahuan rohani yang sejati, dan kita tidak bisa memberikan suplai rohani kepada orang lain.
Kita harus ingat, pengetahuan yang sejati adalah di dalam kekuatan hayat. Kekuatan Kristus adalah kekuatan kita. Yang Tuhan berikan kepada kita adalah tenaga batiniah, adalah pengetahuan yang di dalam.

Pengalaman Mezbah
Rm. 12:1; Ef. 1:18

Mezbah berarti kita tidak menyisakan sesuatu pun bagi diri kita sendiri. Mezbah berarti kita mengakui bahwa kita hidup di bumi ini adalah bagi Allah. Allah itulah hayat kita, dan makna hidup kita adalah Allah. Karena itu kita meletakkan segala sesuatu ke atas mezbah. Di sini kita tidak memasyhurkan nama kita sendiri atau nama siapa pun; kita meletakkan semuanya ke atas mezbah bagi nama-Nya.
Jika kita memeriksa pengalaman kita, kita akan melihat bahwa segera setelah kita dipanggil, Allah menampakkan diri lagi kepada kita, dan kita berkata, “Tuhan, mulai sekarang segala sesuatu adalah milik-Mu. Semua apa adaku, semua milikku, semua yang dapat kukerjakan, dan yang akan kukerjakan adalah bagi-Mu.” Kita berjanji kepada Tuhan bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah bagi-Nya. Berkata kepada Allah bahwa segala-galanya adalah bagi-Nya, itulah mezbah yang sejati. Visi penampakan diri Allah inilah yang membuat kita bisa mempersembahkan diri kepada Allah.
Dalam pengalaman kita, kita mudah sekali melalaikan visi panggilan Allah terhadap kita. Jangan mengira, kalau kita melakukan pekerjaan yang biasa, kita bisa kehilangan visi. Kita harus sadar, meskipun kita melakukan pekerjaan rohani, kita juga bisa kehilangan visi itu. Kalau kita tidak terus hidup di dalam penampakan diri Allah, kita mudah sekali kehilangan visi panggilan. Panggilan yang diterima oleh gereja, sama dengan panggilan yang diterima oleh Abraham. Tetapi kesulitannya ialah banyak orang tidak melihat pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya. Sebab itu, Rasul Paulus menghendaki kita berdoa, “Supaya la menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya” (Ef. 1:18). Ini adalah keperluan kita yang sesungguhnya.
Oh, kita sangat mudah melupakan apa yang ingin Allah kerjakan! Begitu pekerjaan kita bertambah banyak, begitu urusan menumpuk, kita segera kehilangan visi panggilan rohani itu. Kita perlu berkali-kali datang kepada Allah dan berkata, “Ya Allah, kiranya Engkau terus-menerus menyatakan diri kepadaku. Kiranya Engkau terus berbicara kepadaku, agar aku boleh mempersembahkan segalanya bagi-Mu.” Kita perlu terus nampak akan tujuan Allah dan apa yang Allah ingin kerjakan. Kalau kita nampak akan hal-hal ini dengan jelas, kita pasti dengan segera “mendirikan mezbah”, mempersembahkan segala sesuatu kepada Allah. Kesulitan kita yang terbesar adalah kita kurang nampak. Kiranya Tuhan merahmati kita sehingga kita tidak melalaikan visi panggilan Allah.

Catatan: Mengenai mezbah dan kemah bacalah booklet “Kehidupan Mezbah dan Kemah”, terbitan Yasperin.

Penerapan:
Seringkali kita merasa lemah, tidak ada kekuatan dan tidak ada daya untuk bangkit karena suatu kegagalan. Pada saat itulah kita perlu memperbarui kembali persembahan diri kita kepada Tuhan, agar kita bisa disegarkan dan dikuatkan kembali dihadapan Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku tidak menyadari betapa pentingnya mempersembahkan diriku kepada-Mu. Bukan hanya tenagaku, waktuku, tetapi biarlah seluruh apa yang aku miliki dipersembahkan kepada-Mu.

No comments: