Hitstat

08 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 1 Selasa

Latar Belakang Panggilan Allah – Babel
Kejadian 12:1
“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”

Ketika Allah menampakkan diri kepada Abraham, saat itu ia tengah berada dalam latar belakang yang sangat gelap. Latar belakang yang gelap itu antara lain manusia telah meninggalkan Allah, manusia juga mendirikan sebuah menara untuk meninggikan diri sendiri, dan manusia telah menyangkal hak Allah atas ciptaan-Nya. Akhirnya, Yosua 24:2 memberi tahu kita, di Babel manusia telah berpaling dari Allah kepada berhala, kepada ilah lain. Dari latar belakang yang demikianlah Allah kemudian memanggil Abraham untuk menggenapkan tujuan-Nya.
Panggilan Allah atas Abraham bukanlah hal yang kecil. Allah menganggap Abraham sebagai titik permulaan dalam rencana penebusan dan pemulihan-Nya atas manusia yang jatuh. Habel percaya Allah, Henokh percaya Allah, Nuh percaya Allah, Abraham juga percaya Allah. Tetapi Abraham berbeda dengan Habel, Henokh dan Nuh. Sebelum Abraham, meskipun di atas pribadi orang-orang tertentu Allah telah bekerja, tetapi situasi dosa itu seolah-olah belum “disentuh” oleh Allah. Tetapi pada waktu Allah mulai menggerakkan tangan-Nya untuk membereskan situasi dosa, la memilih Abraham. Melalui dia, Allah akan melakukan penyelamatan; melalui dia, Juruselamat akan datang; melalui dia, penebusan akan datang. Sebab itu, permulaan Perjanjian Baru yang menyinggung tentang Injil, dimulai dari Abraham (bd. Mat. 1:1).
Saudara saudari, panggilan Allah atas diri kita bukanlah perkara yang sepele. Apa pun situasi dan latar belakang kita, kita harus ingat bahwa kita adalah orang yang telah dipanggil oleh Allah untuk menggenapkan tujuan-Nya. Hal itu juga berarti bahwa Allah berkenan memakai kita. Kita patut bersyukur karena di antara sekian banyak orang, Dia telah memilih kita.

Asal Usul Panggilan Allah – Allah
Yos. 24:2; Kis. 7:2; Kej. 11:31; 12:1

Siapakah yang menggerakkan panggilan atas diri Abraham? Abraham bukan pemrakarsa panggilan ini. Walaupun ia adalah bapa kaum terpanggil, namun panggilan ini bukanlah inisiatifnya. Abraham bahkan tidak pernah memimpikan dipanggil oleh Allah. Tiba-tiba, ketika dia dengan sanak keluarganya sedang menyembah ilah lain di Ur-Kasdim, Allah menampakkan diri kepadanya (Yos. 24:2). Asal usul panggilan ini adalah Allah sendiri.
Walau panggilan Allah ternyatakan dalam waktu, namun sebelum Ia memanggil, di dalam kekekalan yang lampau, Allah telah melakukan suatu hal, yaitu memilih (Ef. 1:4). Allah telah memilih Abraham. Setelah itu, masih dalam masa kekekalan yang lampau, Allah pun menetapkan dan menentukan Abraham. Sebelum Abraham lahir, sebelum dunia diciptakan, ketika hanya Allah sendiri yang ada, Allah telah memilih Abraham, dan menetapkan dia. Di dalam waktu, pada suatu hari, ketika Abraham sedang menyembah ilah lain, sedikit pun tidak terlintas dalam pikirannya bahwa Allah bisa memanggilnya. Namun Allah tidak saja memanggilnya bahkan mengunjunginya. Allah yang mulia tidak saja datang kepadanya, bahkan menampakkan diri kepadanya. Karena latar belakang Abraham sedemikian gelap, maka Allah harus dengan hebat menampakkan diri kepadanya. Alkitab mencatat bahwa Allah pernah dua kali menampakkan diri kepada Abraham dan memanggilnya. Pertama kali di Ur-Kasdim (Kis. 7:2; Kej. 11:31). Tetapi waktu itu Abraham ragu-ragu. Ia tidak dengan segera menjawab panggilan Allah. Karena itulah Allah harus menampakkan diri lagi kepada Abraham untuk kedua kalinya (Kej. 12:1).
Mungkin tidak sedikit di antara kita yang pernah mengalami panggilan Allah yang sedemikian. Banyak di antara kita yang mempunyai pengalaman masa lalu yang sama gelapnya. Kita mungkin telah jatuh teramat dalam. Khotbah demi khotbah seakan-akan tidak berdampak atas kita. Tetapi puji Tuhan, Allah yang hidup ini, Allah yang mulia, mengunjungi kita. Walaupun kita tidak dapat melihat Dia, namun jauh di lubuk batin kita memiliki perasaan yang dalam bahwa di balik peristiwa yang kita alami itu, kita sedang berjumpa dengan Allah kita. Oleh karena itu, bila hari ini kita mendengar panggilan-Nya, janganlah keraskan hati kita (Ibr. 4:7). Mungkin Allah telah berkali-kali memanggil kita dan kali ini adalah kesempatan terakhir yang Ia berikan bagi kita untuk menjawab panggilan-Nya. Bila Ia memanggil kita untuk percaya, percayalah. Bila Ia memanggil kita untuk melayani, baiklah kita melayani dengan sungguh-sungguh. Marilah kita memegang kesempatan ini untuk menjawab panggilan Allah.

Penerapan:
Jangan menunda-nunda dalam menjawab panggilan Allah. Mumpung hari ini kita masih memiliki kesempatan, marilah kita menebus waktu untuk menempuh jalan Tuhan dan melayani Dia. Kalau kita mengasihi Tuhan, hendaklah sekarang.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, betapa kami perlu rahmat-Mu dalam kehidupan kami hari ini. Kami tahu bahwa kami hidup dimana sedikit sekali orang yang peduli terhadap Engkau. Tuhan, jagalah agar kami tidak terseret arus dunia zaman ini.

No comments: