Hitstat

19 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 2 Sabtu

Berangkat ke Mesir
Kejadian 12:10
“Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu.”

Dalam Kejadian 12:10 kita membaca bahwa di negeri itu terjadi kelaparan yang hebat. Bencana kelaparan ini merupakan ujian untuk mengetahui apakah Abraham bersandar kepada Allah dalam hal kebutuhan hidup sehari-harinya. Jika kita meneliti Kejadian 12:10-20, kita akan melihat dalam situasi ini Abraham lemah dan rendah. Ia gagal mempertahankan posisi yang telah ditentukan Allah, dan turun ke Mesir. Di sebelah belakang Kanaan adalah Babel, di samping Kanaan adalah Mesir dan berdekatan dengan Kanaan adalah Sodom. Abraham berangsur-angsur bergerak ke arah selatan, lalu turun ke Mesir.
Mungkin tidak seorang pun di antara kita yang percaya kalau Abraham dapat menjadi demikian lemah dan rendah. Allah telah menampakkan diri kepadanya di Ur, di Haran, dan di Sikhem. Di Sikhem, Allah berkata kepada Abraham, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kej. 12:7). Allah telah berkata dengan tegas kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan negeri itu kepada keturunannya. Allah yang telah berbicara dengan Abraham adalah Pencipta, Pemilik langit dan bumi. Ketika bencana kelaparan datang, seharusnya Abraham tanpa ragu-ragu berkata, “Aku tidak kuatir dengan bencana kelaparan, sebab aku mempunyai Allah yang hidup. Yang telah dua kali menampakkan diri untuk mengesahkan perjalananku adalah Allah yang Mahakuasa. Aku percaya kepada-Nya bahwa Dia akan memenuhi kebutuhanku sehari-hari, aku tidak kuatir akan ada makanan atau tidak.” Seharusnya Abraham mempunyai doa semacam ini. Demikian pula seharusnya dengan kita.

Berdosa dan Berbohong
Kej. 12:11-16

Apakah yang diperbuat Abraham ketika bencana kelaparan datang? Apakah ia berkata kepada istrinya, “Marilah kita berdoa”? Tidak. Seolah-olah Abraham sudah lupa berdoa. Ketika masa ujian datang menimpanya, ia tidak berdoa. Jangan menertawai Abraham. Ketika segala sesuatu sedang berjalan dengan baik, kita mudah berdoa. Tetapi ketika bencana kelaparan tiba, kita sering lupa bahwa kita adalah orang Kristen, hanya ingat kita adalah manusia. Kita mudah melupakan Allah yang hidup, yang telah menampakkan diri kepada kita, kita hanya teringat akan perut kita. Abraham memperhatikan perutnya. Ia memperhatikan keadaan: di negeri ini terjadi bencana kelaparan, sedangkan di Mesir terdapat makanan yang limpah. Abraham dan istrinya tidak banyak bicara. Mereka berdua segera setuju pergi ke Mesir. Mereka tidak memperhatikan ke mana Allah mengingini mereka pergi. Mereka seolah-olah tidak mempunyai Tuhan. Saat itu yang terpenting bagi mereka adalah makanan, bukan Tuhan.
Ketika Abraham dan Sara sampai di perbatasan Mesir, karena takut orang-orang Mesir akan membunuh dirinya dan mengambil istrinya, Abraham memohon kepada Sara, bukan kepada Allah, katanya, “Katakanlah bahwa engkau adalah adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup” (Kej. 12:11-13). Abraham dan Sara sama-sama setuju agar Sara berbohong bahwa ia bukan istri Abraham. Abraham rela mengorbankan istrinya untuk menyelamatkan dirinya.Banyak di antara kita bahkan tidak akan melakukan perbuatan seperti yang dilakukan Abraham.
Untuk kepentingan perutnya, Abraham siap menjual istrinya, dan Sara mematuhinya. Ia memang istri yang paling baik, teladan semua istri. Sara patuh. Ia menerima anjuran Abraham dan tidak menyalahkan Abraham. Begitu mereka tiba di Mesir, istrinya diambil orang dan dibawa ke istana Firaun (Kej. 12:14-15). Karena Sara, Firaun memberi sangat banyak kekayaan kepada Abraham — domba, kambing, sapi, unta, budak laki-laki dan perempuan (Kej. 12:16). Abraham menjadi kaya. Kita tidak mengerti bagaimana perasaan Abraham melihat istrinya dibawa, tetapi ia menerima semua itu.
Kita perlu nampak bahwa Bapa kita yang di surga sanggup memenuhi semua keperluan kita. Untuk memenuhi keperluan kita, janganlah kita berbohong atau menipu, apalagi datang kepada “Firaun” yang melambangkan Iblis. Itu salah besar dan memalukan. Saat Elia kelaparan, lihatlah, Allah mengutus burung gagak untuk membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raj. 17:6). Untuk segala keperluan kita, marilah kita datang kepada Allah kita dan berdoa. Sebagaimana Dia telah memelihara Elia, Dia pun pasti akan memelihara kita.

Penerapan:
Kondisi kita tidaklah lebih baik dari Abraham, karena tidak ada jaminan bahwa diri kita bisa melewati situasi yang Abraham lewati. Jika hari ini kita merasa kondisi kita lebih baik, itu semua bukan karena kita sudah memiliki iman yang kuat, namun karena rahmat-Nya atas diri kita. Marilah kita bersyukur atas rahmat Tuhan, yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Pokok Doa:
Tuhan, biarlah kami tidak menjadi sombong karena keadaan kami hari ini, tetapi ajarkan kami bernaung di dalam rahmat-Mu, sehingga kami tidak jatuh ke dalam pencobaan.

No comments: