Hitstat

11 August 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 1 Jumat

Sikap Kita dalam Mematuhi Panggilan Allah
Kejadian 12:4
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”

Abraham mematuhi panggilan Allah. Walau demikian, ia tidak melakukannya dengan cepat dan tegas. Kita mengetahui hal ini karena selain membawa istrinya, Sara, ia membawa juga Lot, kemenakannya (Kej. 12:4). Lot adalah salah satu anggota keluarga ayahnya. Tidakkah Abraham mendengar, ketika Allah mengatakan kepadanya, agar ia meninggalkan rumah ayahnya? Ketika itu Abraham sudah cukup tua. Ia telah berusia 75 tahun, namun ia tidak mempunyai anak. Untuk menempuh perjalanan yang jauh semacam itu, ia memerlukan orang muda untuk membantunya. Itulah alasannya. Secara manusiawi, setiap orang akan mengatakan bahwa tidaklah salah bila Abraham membawa serta Lot dalam menjawab panggilan Allah.
Apakah arti nama “Lot”? Lot berarti “selubung”, “pembungkus”. Sanak saudara kita yang terkasih, yang sangat kita sayangi dan yang akan kita bawa bersama kita di dalam menjawab panggilan Allah, dapat menjadi “selubung” kita. Mari kita pandang keadaan kita masing-masing. Banyak orang menjawab panggilan Allah dengan membawa serta selubung. Lot sama sekali tidak membantu Abraham; ia malah mendatangkan banyak kesulitan dan meninggalkan Abraham.
Kita patut bersyukur karena Allah mengijinkan kita memiliki sanak keluarga. Tetapi mereka tidak boleh menjadi penghalang kita dalam mematuhi panggilan Allah. Lukas 14:26 menegaskan kalau kita tidak membenci hubungan alamiah dengan sanak keluarga kita, termasuk nyawa kita sendiri, kita tidak dapat menjadi murid Tuhan. Ini seharusnya menjadi peringatan yang serius bagi kita dalam mengikuti Tuhan.

Dipanggil untuk Menggenapkan Tujuan Allah
Kej. 15:6; 1 Kor. 9:24, 26; Flp. 3:14

Di dalam pemberitaan Injil dewasa ini, kebanyakan orang menangkap pesan bahwa kalau mereka percaya Tuhan Yesus, mereka akan diselamatkan dari neraka dan pada suatu hari akan masuk ke surga. Sebenarnya ini terlalu dangkal, karena isi dari Injil keselamatan ternyata lebih daripada itu. Dari aspek Allah, diselamatkan berarti dipanggil keluar dari latar belakang kita, lingkungan, dan keadaan kita yang lama. Diselamatkan bukan hanya perkara dosa kita diampuni, lepas dari neraka dan memenuhi syarat masuk surga. Dalam keselamatan-Nya, Allah tidak mengkhawatirkan tentang neraka, melainkan tentang “negeri”, sanak-saudara, dan “rumah ayah” kita. Allah khawatir akan lingkungan kita, segala sesuatu yang ada di sekeliling kita, dan latar belakang kita, karena hal-hal itu dapat menjadi selubung, penghalang, yang membuat kita tidak jelas akan tujuan Allah.
Diselamatkan juga berarti menempuh suatu perjalanan, berjalan, bahkan berlari dalam perlombaan (1 Kor. 9:24, 26; Flp. 3:14). Di dalam bukunya yang sangat terkenal, The Pilgrim’s Progress (Perjalanan Musafir), John Bunyan menekankan bahwa keselamatan adalah suatu perjalanan. Diselamatkan adalah dipanggil untuk menempuh perjalanan. Ketika kita membahas tentang pembenaran oleh iman, seringkali tokoh Abraham dipakai sebagai contoh. Namun faktanya, sebelum Abraham dibenarkan, ia sudah menempuh suatu perjalanan. Pembenarannya terjadi di Kejadian 15:6. Sebelum Kejadian 15, sekurang-kurangnya ada 3 pasal yang mengatakan kepada kita bahwa orang yang dibenarkan ini berada dalam perjalanan. Diselamatkan berarti menempuh perjalanan agar mencapai tujuan Allah. Allah datang memanggil Abraham dengan satu tujuan. Karena panggilan Allah sesuai dengan tujuan-Nya, maka keselamatan kita pasti dijamin oleh panggilan itu. Kita tidak perlu khawatir dengan keselamatan kita. Asal kita memperhatikan tujuan Allah, Allah pasti memperhatikan keselamatan kita.
Hari ini panggilan Allah kepada kita lebih terang dan tegas daripada zaman Abraham. Ia memanggil kita untuk menempuh suatu perjalanan demi menggenapkan tujuan-Nya. Kebanyakan orang mendambakan tubuh yang sehat, kaya, terkenal, senang, dan panjang umur. Tetapi itu semua bukanlah tujuan Allah. Apakah tujuan Allah? Tujuan Allah tidak lain adalah supaya kita memiliki dan menikmati Kristus sebagai tanah permai kita. O, betapa mulianya tujuan panggilan Allah! Kalau kita nampak jelas akan hal ini, kehidupan kristiani kita pasti akan berubah total. Sikap dan tindakan kita pun pasti berbeda.

Penerapan:
Marilah kita memalingkan hati kita kepada Tuhan sehingga segala selubung diangkat (2 Kor. 3:16) dan kita bisa melihat dengan jelas pimpinan Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita melihat dengan jelas pimpinan Tuhan dan panggilan Tuhan atas hidup kita, marilah kita belajar taat dan percaya bahwa Allah sanggup menunjang kita untuk memenuhi panggilan-Nya atas hidup kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus ajarkanlah kami mengenal diri-Mu lebih dalam lagi, sebab hanya diri-Mulah yang mampu membuat aku melepaskan apa yang aku pegang dengan erat. Tolonglah aku agar
mengasihi-Mu lebih dari segalanya.

No comments: