Hitstat

16 February 2017

Wahyu - Minggu 2 Kamis



Pembacaan Alkitab: Why. 1:11-20
Doa baca: Why. 1:12
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki pelita dari emas.


Dalam Kitab Wahyu, gereja-gereja diwahyukan sebagai kaki pelita (1:11-20). Sebagai kaki pelita, gereja bersinar dalam kegelapan. Gereja bukan lampu, gereja adalah kaki pelita, kaki yang menyangga lampu. Tanpa lampu, kaki pelita itu sia-sia dan tidak ada artinya. Kristus itulah lampu, dan gereja adalah kaki pelita yang menyangga lampu itu. Allah berada di dalam Kristus dan Kristus sebagai lampu disangga oleh kaki pelita untuk memancarkan kemuliaan Allah. Inilah kesaksian gereja.

Sebagai kaki pelita, gereja-gereja lokal bersifat emas. Emas mengacu kepada sifat ilahi Allah. Semua gereja lokal bersifat ilahi, mereka terbentuk dari sifat ilahi Allah. Tanpa keilahian, tidak akan ada gereja. Meskipun gereja tersusun dari keinsanian dengan keilahian, namun yang utama bukanlah keinsanian, melainkan keilahian, sifat ilahi Allah. Gereja adalah sesuatu yang memancarkan Kristus dan tersusun dari sifat ilahi.

Kaki pelita bersinar di dalam kegelapan. Jika tidak ada kegelapan, tidak diperlukan terang kaki pelita. Supaya pelita bisa bercahaya, haruslah ada minyak di dalamnya. Jika minyak yang ada di dalam pelita terbakar, maka terang memancar keluar menembus semua kegelapan. Inilah fungsi gereja. Fungsi gereja tidak hanya untuk berkhotbah atau mengajarkan doktrin. Dalam malam yang gelap pekat di zaman ini, gereja harus memancarkan kemuliaan Allah. Inilah kesaksian gereja.

Semua kaki pelita itu identik satu dengan yang lain. Banyak orang Kristen memiliki konsepsi yang salah, yaitu masing-masing ingin berbeda dengan orang-orang Kristen lainnya. Ketika saya tiba di Amerika Serikat tahun 1970, saya menemukan ada sebagian orang Kristen yang terkasih bingung karena semua gereja lokal sama. Mereka berkata bahwa mereka akan berusaha sekuat tenaga agar mereka berbeda dengan yang lain. Pendapat demikian tidak benar. Setiap orang memiliki satu kepala, dua bahu, dua lengan, dua tangan, dan sepuluh jari; dan setiap kepala manusia memiliki tujuh lubang: dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, dan satu mulut. Karena itu, menggelikan sekali, bila kita berkata, "Aku tidak ingin memiliki penampilan seperti orang-orang pada umumnya. Agar berbeda, aku ingin memiliki lima lubang saja di kepalaku." Betapa menggelikan hal ini! Semua perbedaan yang ada di dalam gereja lokal dalam Wahyu 2 dan 3 bersifat negatif, bukan bersifat positif. Di aspek positifnya, semua gereja lokal haruslah identik, karena mereka semua merupakan tujuh kaki pelita emas. Jika Anda menjajarkan ketujuh kaki pelita di atas meja di depan Anda, kalau Anda tidak memberi nomor atau memberi label, Anda tidak akan mampu membedakannya. Ketujuh kaki pelita itu semuanya sama.

Pada suatu hari, Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa keempat sisi dari Yerusalem Baru persis sama. Setiap sisi temboknya dibangun dari bahan yang sama -- yaspis. Jadi bukannya satu sisi dibangun dengan permata yaspis, dan sisi lainnya dengan kuningan. Tidak, keempat sisinya sama. Demikian juga, secara universal, semua gereja haruslah sama. Mereka tidak perlu sama dalam organisasinya, tetapi mereka harus identik dalam penampilannya. Sebagai contoh, gereja-gereja di Selandia Baru haruslah sama dengan gereja-gereja di Jepang. Karena kita semua adalah satu gereja, semua gereja di bumi haruslah sama secara universal. Inilah kesaksian Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 1, Berita 3

No comments: