Hitstat

29 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Pemisahan Daratan Dengan Air (1)
Kejadian 1:9-10
“Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering’. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”

Meskipun Allah telah memisahkan air yang ada di bawah langit dengan air yang ada di atasnya, tetapi seluruh bumi masih digenangi air kematian. Karena itu, “Berfirmanlah Allah: Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering’” (Kej. 1:9). Inilah pekerjaan Allah di hari ketiga. Allah tidak meniadakan laut, namun Ia membatasinya. Sekarang, laut tidak dapat melewati batasnya (Mzm. 104:9) dan tidak mungkin membanjiri bumi. Allah bahkan telah memberikan nama untuknya (Kej. 1:10). Tanah yang kering juga menerima nama baru (ay. 10) untuk membedakannya dari laut.
Di dalam dirinya sendiri, manusia hanyalah daging dan ia sangat lemah. Karena manusia tidak lain adalah debu! Segala-nya terbatas. Jika toh memiliki kebajikan, maka kebajikannya juga terbatas. Pemikiran, karakter, tingkah laku, dan etika manusia sepenuhnya berasal dari manusia, karena itu tidak mungkin ditingkatkan kualitasnya. Kelemahan, kemerosotan, dan dosa adalah kualitas manusia pada umumnya. Karena itu, jika manusia tetap adalah manusia - lemah, dikalahkan, berdosa — Allah tidak akan pernah puas. Allah itu sempurna. Ia menginginkan manusia juga sempurna dalam karakter, moral, tingkah laku, dan pemikiran, menurut standar Allah.
Karena manusia tidak mungkin diperbaiki, maka dalam rencana keselamatannya, Allah memang tidak bermaksud memperbaikinya, tetapi Ia akan membuat manusia menjadi “ciptaan baru”. Itulah sebabnya Allah menyingkirkan dan membatasi laut sehingga daratan muncul di hari ketiga, hari kebangkitan. Haleluya! Puji Tuhan untuk pekerjaan-Nya.

Pemisahan Daratan Dengan Air (2)
Kej. 7:17-24; 8:13-17, 22; 11:1-9; 12:1, 5, 7; Flp. 1:21; Rm. 8:9

Kondisi aneh yang ada di tengah-tengah manusia berdosa adalah pemikiran bahwa tingkah laku mereka cukup sempurna dan memuaskan Allah, dengan Tuhan Yesus tidak beda terlalu jauh! Alangkah butanya kita! Ini berarti kita tidak dapat melihat keindahan Tuhan Yesus. Allah berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17). Di luar sang Putra, tidak ada seorang pun yang berkenan di hati Bapa karena “Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Rm. 8:8). Karena itu, kita perlu terus tinggal di dalam Kristus. Bagaimana caranya?
Daratan yang muncul dari genangan air kematian adalah lambang Kristus yang bangkit dari kematian. Segala sesuatu yang Allah sediakan untuk manusia terpusat di atas sebidang tanah ini. Manusia tercipta untuk mendiami bumi dan menikmati segala yang Allah sediakan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia terhimpun di tanah, sedangkan tanah melambangkan Kristus. Maka segala sesuatu yang Allah sediakan bagi kita terpusat di dalam Kristus.
Setelah manusia jatuh, pada zaman Nuh, bumi pernah sekali lagi digenangi air kematian (Kej. 7:17-24). Ini menggambarkan kondisi manusia yang telah terpisah dari Kristus. Manusia telah terputus dari kenikmatan atas tanah yang disediakan oleh Tuhan. Tetapi, Tuhan sekali lagi memulihkan bumi (Kej. 8:13-17, 22). Sayang sekali, sampai zaman Babel, manusia jatuh lebih dalam, seluruh umat manusia bangkit melawan Allah (Kej. 11:1-9). Itulah sebabnya Allah memanggil satu kaum dengan Abraham sebagai nenek moyang mereka, mereka dipanggil untuk memasuki tanah permai Kanaan. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;’ ‘…. mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ’ ‘Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu’ (Kej. 12:1, 5, 7). Tanah permai Kanaan ini juga melambangkan Kristus. Saudara saudari, kita harus waspada agar tidak kehilangan tanah permai yang telah Tuhan sediakan bagi kita, yaitu Kristus. Kita perlu menggarapnya, berjerih lelah di atasnya, dan menghasilkan buah. Hidup kita, pekerjaan kita, pelayanan kita, haruslah di dalam Kristus, hingga kita dapat berkata seperti Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21). Kita perlu terus ingat bahwa di luar Kristus, sebaik apa pun hidup, pekerjaan, dan pelayanan kita, di pandangan Allah hanyalah daging. Tidak ada daging yang diperkenan Allah (Rm. 8:8). Sama seperti laut yang telah dibatasi Allah, demikian pula dengan daging. Walaupun ia masih ada, tetapi kematian dan kebangkitan Tuhan telah memberi kita kuasa untuk membatasinya.

Penerapan:
Saudara saudari, walaupun kita telah diselamatkan, air kematian di dalam kita belum terpisah, dan perkara-perkara kematian belum dibatasi. Oleh sebab itu kita harus senantiasa tinggal di dalam Kristus. Dulu jika kita selalu percaya diri dan mandiri dalam banyak hal, sekarang kita perlu lebih banyak datang kepada Tuhan. Jangan mengerjakan apa pun tanpa melibatkan Tuhan.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, celikkan mata batiniku agar aku melihat betapa bobroknya diriku. Segala kebaikan yang kubanggakan tidak mungkin diperkenan oleh-Mu. Tuhan Yesus, hanya Engkaulah yang sempurna dan diperkenan Allah, buatlah aku terus tinggal di dalam-Mu.

No comments: