Hitstat

24 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Senin

Kondisi Manusia Yang Jatuh
Kejadian 1:1-2
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum (menjadi—TL.) berbentuk (gersang, sepi, sunyi, muram, hancur [Inggris: desolate]—TL.) dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”

Pada mulanya” berarti permulaan dunia. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Kondisi langit dan bumi pada saat itu sempurna, murni, indah, dan cemerlang. Waktu itu “… bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai” (Ayb. 38:7). Alangkah penuh sukacita! Tak ada sedikit pun suara keluhan atau dukacita yang berbaur dengan nyanyian sukacita itu. Sungguh keselarasan yang luar biasa antara sang Pencipta dengan ciptaan-Nya! Tidak ada dosa, Iblis, duka, penderitaan, penyakit, kematian. Sebaliknya semuanya penuh dengan kasih karunia dan kemuliaan. Benar-benar sebuah dunia yang penuh dengan kebahagiaan.
Inilah kondisi manusia pada mulanya. Kondisi Adam dan Hawa begitu sempurna, sama seperti dunia yang ada pada mulanya. Tetapi manusia jatuh. Semula, dia menerima berkat, tetapi sekarang kutukan. Kematian dan dukacita telah menggantikan hayat dan sukacita. “Menjadi gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya”! Ini adalah gambaran sebenarnya dari setiap orang berdosa. “Jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ef. 4:18), “mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (Ef. 2:1), dan “tidak bisa disembuhkan” (Yer. 17:9). “Semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 3:23), dan “tidak ada yang berbuat baik” (Rm. 3:12). “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10). Kegelapan dalam hal moral dan kerohanian adalah kondisi umum seorang berdosa (Ef. 4:18). Alangkah kasihannya!

Catatan Pengalaman Rohani Kita
Kej. 1:2; Yes. 57:20

Mengapa Allah mencatat Kejadian pasal satu bagi kita? Apakah Allah ingin kita tahu bagaimana Ia menciptakan dan memulihkan ciptaan-Nya yang sebermula? Atau adakah maksud lain yang jauh lebih berarti? Semua yang terlihat di luar adalah refleksi dari yang di batin. Cara Allah menangani alam semesta yang luar biasa ini sama dengan cara-Nya menangani setiap orang dari kita. Sejarah penciptaan melambangkan setiap pos dari pengalaman batini yang harus kita lalui di dalam ciptaan baru. Fokus kita saat ini bukanlah pada sejarah masa lampau manusia, tetapi sebaliknya adalah pengalaman rohani setiap individu hari ini.
Sekarang, kita mulai dengan pos pertama kita. Pada mulanya, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah menyiapkan penolong yang sepadan baginya. Allah meletakkan dia di dalam taman dan memberkati dia serta mempercayakan segala hal kepadanya. Dia adalah raja bumi. Allah memerintahkan agar dia berkembang biak dan memenuhi bumi. Allah berkata bahwa segalanya sungguh amat baik. Pada Adam tidak terdapat warisan dosa. Sifat dosa atau tanda dosa tidak ada di dalamnya. Adam adalah manusia yang ideal, yang hidup di lingkungan yang ideal. Adam dan pasangannya bersekutu dengan Allah. Segala sesuatu seharusnya membuat dia puas dan bahagia.
Tetapi ayat dua mengatakan, “Bumi belum (menjadi—TL.) berbentuk (gersang, sepi, sunyi, muram, hancur [Inggris: desolate]—TL.) dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya”. Begitu dosa masuk, kematian menyusul. Begitu kematian masuk, maka masuk pula segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Segala sesuatu yang pada awalnya sangat indah menjadi sangat jelek. Segala sesuatu yang asalnya terbaik menjadi terjelek. Suara nyanyian tidak lagi terdengar; terang telah lenyap. Seluruh bumi binasa di bawah air penghakiman Allah. Tidak ada lagi cakrawala. Kegelapan menutupi samudera raya yang memenuhi seluruh muka bumi. Di muka bumi tidak ada yang lain, hanya ada warna yang gelap, bau yang payau, dan desauan suara samudera raya.
Ini adalah gambaran yang sangat gamblang atas kondisi manusia yang meninggalkan Allah. Alangkah kacau balau! Alangkah gelap! Diombang-ambingkan oleh gelombang nafsu. Sifat indah yang pernah kita miliki telah terkubur dalam samudera dosa! “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur” (Yes. 57:20).

Penerapan:
Dalam pandangan Allah, kondisi manusia yang jatuh sungguh kasihan. Karena itu, kita tidak perlu membanggakan pengetahuan, hikmat, pendidikan, dan kebudayaan kita. Kita perlu menyadari betapa “gersang, sepi, sunyi, muram, hancur”, “kosong”, dan “gelap” keadaan kita agar kita diberkati.

Pokok Doa:
Tuhan, selamatkan aku dari setiap perbuatan dosa. Aku tidak mampu menyelamatkan diriku dari setiap perbuatan dosa. Tuhan, masuklah ke dalamku karena hanya diri-Mulah yang dapat menyelamatkan aku.

No comments: