Hitstat

25 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Roh Allah Melayang-Layang (Mengerami)
Kejadian 1:2b
“… dan Roh Allah melayang-layang (mengerami — Tl.) di atas permukaan air.”

Allah tidak dapat beristirahat dan juga tidak bahagia dengan kondisi manusia yang ditaklukkan di bawah dosa, kematian, dan Iblis. Tetapi, sungguh sangat mengherankan bahwa Allah tidak membuang manusia. Sebaliknya Allah melakukan sesuatu yang luar biasa, di luar dugaan kita.
Langkah pertama-Nya adalah “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Tanpa Roh bagaimana mungkin bumi bisa dipulihkan? Bagaimana mungkin kegelapan mengubah dirinya sendiri menjadi terang? Bagaimana mungkin mereka yang berada di bawah penghakiman Allah dapat membuat dirinya mampu menerima berkat Allah? Kalau bukan karena pergerakan Roh Kudus, bagaimana mungkin orang yang jatuh dibangkitkan? Kondisi umat yang lemah dan hancur, yang sama sekali tidak tertolong, bagaimana mungkin bisa dipulihkan, dibangunkan, dan dibangkitkan, kalau tanpa pergerakan Roh Kudus? Kalau mereka pernah berusaha untuk menang dan pernah berusaha untuk membangkitkan diri sendiri, maka mereka akan mengakui, “di dalam dagingku tidak ada sesuatu yang baik” (Rm. 7:18).
Pekerjaan Roh Kudus adalah awal kelahiran kembali manusia. Istilah “melayang-layang” di sini dalam bahasa aslinya berarti “mengerami” (hovering, Darby), sama dengan istilah “mengembangkan sayap” dalam Ulangan 32:11. Ini menunjukkan kasih dan kelemah-lembutan. “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya” (Ul. 32:11). Oh, kiranya kita semakin merespons kasih Allah! Betapa hati-Nya tertuju pada kita!

Rahmat, Anugerah, Dan Kasih-Nya
Rm. 9:15; Mat. 10:29

Mengapa Allah masih peduli terhadap sesuatu yang sudah dihukum-Nya? Mengapa Allah masih berbelas-kasihan pada sesuatu yang gersang, kosong, dan gelap, yang sama sekali tidak layak mendapat perhatian-Nya? Pertanyaan ini sulit dijawab. Semuanya hanyalah karena rahmat dan kasih karunia Allah semata. Kasih Allah menimpa seorang yang tidak layak menerimanya! Baik dunia yang gersang, maupun manusia yang jatuh, tidak layak meminta Allah bekerja. Memandang keadaan diri sendiri, tentunya mustahil meminta Allah bekerja. Kita sama sekali tidak memenuhi syarat untuk kasih Allah. Bagaimanapun, tidak peduli akan ketidak-layakan, kegagalan, dan kejatuhan manusia, Allah berdasarkan kedaulatan-Nya masih memberikan anugerah-Nya. Dia memberi rahmat yang tanpa batas kepada yang jatuh dan gagal.
Siapakah kita? Kita hanyalah orang berdosa, umat manusia yang jatuh! Dia tidak marah terhadap kita, atau memandang rendah kita, atau menolak kita. Meskipun kita gersang, kosong, dan gelap, namun Dia tidak menganggap kita tidak layak terhadap pengeraman Roh Kudus-Nya. Meskipun mata-Nya terlalu suci untuk melihat kejahatan dan tidak dapat memandang kelaliman (Hab. 1:13), Dia merendahkan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan manusia yang ada dalam debu dan kotoran. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm. 8:5). Kita benar-benar tidak bisa mengerti mengapa Allah begitu mengasihi manusia berdosa seperti kita. Tentunya “Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1 Yoh. 4:10).
Saudara saudari, Allah tidak pernah memandang remeh seorang pun. Bahkan “seekor pun dari padanya (burung pipit) tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29). Inilah tangan Bapa. Manusia telah jatuh dan berdosa; namun syukur kepada Allah bahwa Dia tidak memandang rendah seorang pun. Hati-Nya dituangkan pada setiap orang. Dengan memahami hal ini, seharusnya sudah cukup untuk menghibur kita. Hanya hati Allah yang dapat memuaskan hati manusia. Kasih yang sedemikian besar dan agung inilah yang membuat kita dilahirkan kembali. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, …, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Kasih Allah inilah yang menyebabkan Dia harus bekerja di tengah-tengah situasi yang gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, kosong, dan gelap itu, sampai Dia berkata, “Sungguh amat baik”. Sebelum semua yang “kacau balau dan menyedihkan” itu berubah menjadi “sungguh amat baik”, hati kasih-Nya tidak akan pernah beristirahat!

Penerapan:
Renungkanlah keadaan kita sebelum diselamatkan. Di dalam kita ada jurang yang sangat curam, dan di dalam jurang itu terdapat segerombolan setan-setan yang mendorong dan membujuk kita marah-marah, berjudi, pergi menonton film, dan melakukan banyak hal lain yang jahat. Tetapi, pada suatu hari, Roh Allah mulai mengerami kita. Demikianlah akhirnya kita diterangi, bertobat, percaya, dan diselamatkan. Haleluya!

Pokok Doa:
Ya Tuhan, aku bersyukur karena aku telah diselamatkan dari air kematian, dari penghakiman Allah. Melalui doaku, aku mau Roh-Mu juga bekerja menguduskan teman-temanku yang belum percaya kepada-Mu. Aku percaya bahwa saat aku berdoa, Roh-Mu pasti bekerja. Aku damba mereka diselamatkan.

No comments: