Hitstat

04 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Tempat Tinggal Bersama
Wahyu 21:22
“Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu.”

Sebagai kemah Allah, seperti yang disebutkan dalam Wahyu pasal dua puluh satu ayat tiga, kota kudus itu adalah tempat tinggal Allah; dan sebagai Bait, Allah dan Anak Domba itu adalah tempat tinggal orang-orang kudus yang tertebus. Dalam langit baru dan bumi baru, Yerusalem Baru akan menjadi tempat tinggal bersama bagi Allah dan manusia sampai selama-lamanya.
Kita memiliki miniatur tempat tinggal bersama ini di dalam firman Tuhan, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yoh. 15:4). Tinggal di dalam Tuhan berarti memandang-Nya sebagai tempat tinggal kita. Ketika kita memandang Tuhan sebagai tempat tinggal kita, Dia juga tinggal di dalam kita.
Tinggal di sini bersifat saling, karena kita tinggal di dalam Tuhan, dan Tuhan tinggal di dalam kita. Kita tidak perlu menunggu sampai Yerusalem Baru yang akan datang untuk tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan tinggal di dalam kita. Di mana pun kita berada, di rumah, sedang bekerja, atau di sekolah, kita dapat berkata, “O Tuhan Yesus, saat ini aku tinggal di dalam-Mu,” dan sesuatu di dalam kita akan mengatakan, “Aku pun tinggal di dalammu.” Ini adalah miniatur dari Yerusalem Baru yang akan datang, yang akan merupakan suatu tempat tinggal bersama bagi kita dan bagi Allah dan Anak Domba.
Saudara saudari, sewaktu kita mengerjakan apapun, mari kita berlatih tinggal di dalam Tuhan setiap hari.

Tuhan, Tempat Perteduhan Kita
Why. 7:15; 21:3, 16; Mzm. 90:1

Dalam Wahyu 21:3, Yerusalem Baru disebut sebagai Kemah Allah (ay. 3). Dalam Perjanjian Lama, kemah Allah adalah pendahulu dari Bait Allah. Sebelum bait muncul, ada kemah. Tetapi ketika kemah tampil dalam kepenuhannya, ia menjadi bait. Sekarang, dalam ayat ini, dikatakan bahwa Tuhan yang Mahakuasa adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Bait Suci yang dimaksud di sini adalah “naos”, mengacu kepada bagian terdalam dari Bait Suci, yaitu Tempat Maha Kudus. Penjelasan ini selaras dengan Wahyu 21:16 yang mengatakan bahwa panjang, lebar, dan tinggi kota itu sama (ciri khas Tempat Maha Kudus). Ini menunjukkan bahwa kota itu secara keseluruhan memang adalah Tempat Maha Kudus, bagian terdalam dari Bait Suci. Itulah sebabnya Yohanes tidak melihat Bait Suci di dalam kota itu, karena seluruh kota itu adalah Kemah Allah, Ruang Maha Kudus, juga Bait Suci, dan ketiganya tak lain adalah Allah, Tuhan yang Mahakuasa, juga Anak Domba.
Wahyu 7:15 mengatakan, “Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” Sebagai bait, Allah adalah tempat tinggal bagi seluruh umat tebusan juga tempat kita melayani-Nya. Saat kita melayani-Nya, Allah akan menaungi kita dengan membentangkan diri-Nya di atas kita. Itulah sebabnya, dalam Mazmur 90:1 Musa berkata, “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.” Musa mengenal bahwa Allah adalah tempat perteduhan kita yang kekal, tempat tinggal kita yang kekal. Kita tidak tinggal di satu rumah besar di surga, kita justru tinggal di dalam Allah sendiri. Kebenaran ini kiranya memerdekakan kita dari semua hal yang menekan hidup kita. Kalau Allah sendiri menjadi perteduhan kita, hal apakah yang bisa menyentuh kita? Perteduhan ini adalah turun temurun selama-lamanya. Haleluya!
Pikiran alamiah kita mungkin tidak menduga bahwa kita dapat tinggal di dalam Allah. Namun, seluruh kota Yerusalem Baru akan menjadi diri Allah sebagai tempat tinggal kita! Perluasan dan perbesaran Allah akan menjadi kota kekal kita yang di dalamnya kita tinggal sampai selama-lamanya!

Penerapan:
Bukti yang paling mudah kita lihat apabila kita tinggal di dalam Tuhan adalah berbuah, karena Yohanes 15:4 mengatakan, “... kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”. Tinggal di dalam Tuhan berarti memelihara persekutuan dengan Tuhan setiap saat, dan dalam setiap perkara, mengalami perhentian.

Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, alangkah indahnya kami bisa tinggal di dalam-Mu dan Engkau tinggal di dalam kami. Di dalam dunia ini, tidak ada hal yang demikian. Tetapi, sebagai anak-anak-Mu, kami boleh mengalami hal yang luar biasa ini. Oh Tuhan, jangan biarkan kami melangkah keluar dari-Mu, buatlah kami terus menerus tinggal di dalam-Mu.

No comments: