Hitstat

06 September 2009

Yohanes Volume 6 - Minggu 2 Senin

Putra Dilahirkan di Dalam Kebangkitan-Nya
Yohanes 16:21
Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:18; 16:21; Rm. 8:3, 19, 21, 29-30; Kis. 13:33; Ibr. 1:5

Sebelum Kristus menjadi manusia, Dia sudah menjadi Anak Allah (Yoh. 1:18, Rm. 8:3), namun masih di dalam keilahan. Melalui inkarnasi-Nya Dia mengenakan suatu unsur yang tidak ada hubungannya dengan keilahian, yaitu daging manusia. Daging manusia ini perlu dikuduskan dan ditinggikan melalui kematian dan kebangkitan. Melalui kebangkitan, sifat insani-Nya dikuduskan, ditinggikan, dan diubah. Jadi, melalui kebangkitan, Dia dinyatakan sebagai Anak Allah dengan keinsanian-Nya (Kis.13:33, Ibr. 1:5). Kebangkitan-Nya adalah penyataan-Nya.
Kini, sebagai Anak Allah, Dia memiliki keinsanian juga keilahian. Melalui inkarnasi, Dia membawa Allah ke dalam manusia. Melalui kebangkitan dari antara orang mati, Dia membawa manusia ke dalam Allah, yaitu membawa keinsanian-Nya ke dalam keputraan ilahi. Demikianlah Anak Tunggal Allah menjadi Anak Sulung Allah, memiliki keilahian dan keinsanian. Allah akan memakai Kristus yang demikian, Anak sulung, yang memiliki keilahian dan keinsanian, sebagai penghasil, sebagai prototipe dan model, untuk menghasilkan anak-anak-Nya (Rm. 8:29-30) yaitu kita, orang-orang yang percaya kepada Anak-Nya dan menerima Anak-Nya. Kita juga akan ditunjuk dan dinyatakan sebagai anak-anak Allah dalam kemuliaan kebangkitan-Nya (Rm. 8:19, Rm. 8:21), sama seperti Dia, dan bersama Dia mengekspresikan Allah.
Keselamatan sempurna Allah adalah membuat orang-orang dosa ( Rm. 3:23), bahkan musuh-musuh-Nya (Rm. 5:10), menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:14). Melalui kebangkitan, Allah menyatakan Kristus yang menjadi daging untuk menjadi keturunan Daud sebagai Anak-Nya, agar Anak-Nya yang adalah pembauran keilahian dan keinsanian, keinsanian dan keilahian boleh menjadi dasar dan pola bagi-Nya dalam membuat orang-orang dosa menjadi anak-anak-Nya. Di dalam kebangkitan Anak-Nya, Allah menghasilkan banyak anak (1 Ptr. 1:3) sebagai banyak saudara dari Anak Sulung ( Rm. 8:29) yang bangkit dari antara orang mati, sebagai anggota dari Anak Sulung-Nya, untuk menyusun Tubuh Anak Sulung-Nya itu (Rm. 12:5), bahkan menjadi kepenuhan-Nya (Ef. 1:23), ekspresi-Nya yang korporat.

No comments: