Hitstat

26 September 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 1 Minggu

Menyerahkan diri untuk ditangkap
Yohanes 18:1
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 18:1, 4-5; 13:11, 21-27

Tuhan dengan sengaja dan penuh keberanian menyerahkan diri-Nya sendiri untuk diproses. Ini berarti Dia masuk ke dalam maut secara sukarela. Dalam Yohanes 10, Dia memberitahu kita bahwa Dia akan dengan sengaja melepaskan hayat-Nya bagi kita. Dia adalah Tuhan atas kehidupan dan Dia itulah hayat. Dia mempunyai kuasa untuk mati, dan Dia pun mempunyai kuasa untuk bangkit. Dengan kemauan-Nya sendiri, Dia masuk ke dalam maut dan keluar lagi. Dia tidak mempunyai persoalan dengan maut. Apakah Dia akan mati atau tidak, itu adalah hak istimewa-Nya.
Bukti pertama bahwa Tuhan rela mati yaitu Dia pergi ke taman (18:1). Catatan Yohanes menunjukkan bahwa Dia pergi ke taman bukan untuk berdoa, melainkan untuk ditangkap, ditawan, disajikan kepada maut. Ini berarti Dia dengan sengaja menyerahkan diri-Nya. Tuhan mengetahui bahwa Yudas akan mengkhianati Dia (13:11, 21-27). Dia tidak menghindari hal ini. Tanda lain atas kerelaan Tuhan untuk mati yaitu, bukan orang-orang itu yang menemukan-Nya, melainkan Dia yang datang kepada mereka. Para serdadu bukannya datang kepada Tuhan dan menangkap-Nya selagi Dia berdoa. Tetapi Tuhan pergi menjumpai mereka dan berkata, “Siapakah yang kamu cari?” (18:4). Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret” (18:5). Tuhan lalu menjawab, “Akulah Dia.”
Saudara-saudari, bagi kita kematian bukanlah suatu masalah pilihan. Sewaktu maut datang mengunjungi kita, kita tidak dapat berkata, “Maut, aku masih belum siap. Datanglah lain hari saja.” Kita tidak mempunyai kekuatan ataupun kuasa untuk menolak maut. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Karena Dialah Tuhan atas kehidupan dan juga hayat itu sendiri. Jika Dia tidak suka akan maut, Dia mempunyai kekuatan dan kuasa menolak maut itu sehingga Dia tidak mati. Dia mempunyai kuasa untuk menyuruh maut itu pergi. Meskipun Dia tidak dipaksa untuk mati, namun Dia rela mati untuk kita. Kasih-Nya kepada kita membuat Dia melewati maut.Dia datang untuk memberikan diri-Nya sendiri sebagai hayat kepada kita. Inilah bukti kasih-Nya yang begitu besar kepada kita. Kita yang seharusnya mati oleh pelanggaran dan dosa kita, karena kematian-Nya kita dihidupkan di dalam Dia (Ef. 2:1-5).

No comments: