Hitstat

17 August 2012

Galatia - Minggu 18 Jumat


Pembacaan Alkitab: Gal. 6:14-15


Setelah menunjukkan betapa para penganut agama Yahudi menghendaki kaum beriman Galatia disunat sehingga mereka dapat bermegah atas daging orang-orang Galatia, Paulus berkata, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (6:14). Paulus tidak bermegah dalam sunat, melainkan dalam salib Kristus. Sunat adalah suatu bayangan, tetapi salib adalah realitasnya. Para penganut agama Yahudi bermegah dalam bayangan, sedang Paulus bermegah dalam salib. Melalui salib, seluruh dunia agama — agama Yahudi, hukum Taurat, peraturan-peraturan, dan sunat — telah disalibkan bagi Paulus. Tambahan pula, Paulus dapat bermegah dalam salib, sebab olehnya ia telah disalibkan bagi dunia agama.

Dalam ayat 15 Paulus melanjutkan, “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.” Bagi Allah, bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, yang berarti bagiNya ialah ciptaan baru. Ciptaan baru didatangkan melalui salib Kristus. Ciptaan baru ini adalah patokan yang harus diikuti kaum beriman dalam hidup dan berperilaku (ayat 16).

Disinggungnya ciptaan baru oleh Paulus dalam 6:15 memberi kita alasan untuk menabur kepada Roh itu. Hasil menabur kepada Roh itu ialah ciptaan baru. Karenanya, kita harus menabur kepada Roh itu demi ciptaan baru. Akan tetapi, jika kita memperhatikan pemeliharaan hukum Taurat dan sunat, kita akan menabur kepada daging. Sunat tidak dapat mengubah ciptaan lama, sebab sunat tidak dapat mengubah sifat kita. Sunat tidak dapat melahirkan kita kembali, memberi kita hayat ilahi, atau mengubah kita. Setelah seseorang disunat, ia tetap ciptaan lama. Tetapi bila kita mengarah kepada Roh itu dan menabur kepada Roh itu, Roh itu akan menjadikan kita ciptaan baru.

Sasaran Paulus jauh berbeda dengan sasaran para penganut agama Yahudi. Sasaran Paulus ialah Roh itu, Allah Tritunggal yang almuhit. Inilah sasaran tunggal Paulus, dan ia rela melupakan setiap perkara lain demi sasaran ini. Setiap perkara yang ia lakukan mengarah kepada Roh itu. Apakah sasaran hidup Anda? Dapatkah Anda berkata bahwa Anda mengarah kepada Allah Tritunggal, atau Anda mengarah kepada perkara yang lain? Betapa indahnya kita dapat berkata bahwa Allah Tritunggal adalah sasaran kita, dan kita mengarah kepada-Nya.

Dalam melakukan berbagai hal kita perlu mengarah kepada Roh itu. Sasaran kita seharusnya memperoleh faedah yang berasal dari mengarah kepada Roh itu. Mengatakan sasaran kita adalah Roh itu berarti sasaran kita adalah Allah Tritungal yang telah melalui proses. Dalam apa saja yang kita lakukan, haruslah kita yakin bahwa sasaran kita ialah Allah Tritunggal. Menabur kepada Roh itu berarti menjadikan Allah Tritunggal yang telah melalui proses itu sebagai sasaran hidup kita.

Hari ini bagi kita, Allah Tritunggal tidak hanya bersifat obyektif. Dia adalah Roh itu sebagai sasaran kehidupan sehari-hari kita. Bagi orang-orang Yahudi dan bahkan bagi kebanyakan orang Kristen, Allah hanya bersifat obyektif. Tetapi bagi kita, Allah juga bersifat subyektif, sebab Ia tinggal dalam roh kita untuk menyalurkan anugerah kepada kita. Jadi, Allah kita tidak melulu menjadi obyek penyembahan kita, Dia juga sebagai Roh pemberi-hayat dalam roh kita. Persona yang berhuni dalam kita inilah yang seharusnya menjadi sasaran kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 36

No comments: