Kitab Galatia disusun dengan cara yang sangat istimewa. Dalam
pasal satu kita nampak bahwa Putra Allah berlawanan dengan agama yang dibentuk
dan didirikan menurut hukum Taurat yang diberikan oleh Allah. Dalam 1:16
Paulus menunjukkan bahwa Putra Allah telah diwahyukan di dalam kita. Putra
Allah tidak saja suatu obyek kepercayaan yang di luar kita, tetapi Ia adalah
Persona yang telah diwahyukan kepada kita secara subyektif dan telah menjadi
satu dengan kita. Putra Allah yang terkasih yang telah diwahyukan di dalam kita
dan yang sekarang esa dengan kita itu berlawanan dengan agama dan segala
tradisinya. Maksud Allah ialah agar agama dan tradisi tersingkir sehingga hanya
Putra Allahlah yang tertinggal.
Karena agama mendarah daging dalam diri kita, maka agama sangat
sulit dibuang. Mungkin saja kita berada di bawah pengaruh tradisi ketika kita
berdoa. Sebagai contoh, boleh jadi kita menganggap bahwa cara yang terbaik untuk
berdoa adalah dengan berlutut, bukan duduk di kursi. Akan tetapi, bagaimana
kita dapat mengatakan posisi berdoa yang baik? Adanya perasaan bahwa berdoa
dengan berlutut lebih baik daripada duduk mungkin berasal dari tradisi. Di
antara orang-orang yang beragama tertentu, ketika mereka sembahyang biasanya
mereka bersujud. Sewaktu mengunjungi Yerusalem, saya mengamati orang-orang itu
sembahyang secara demikian. Dalam batin saya meragukan: Apakah mereka
sungguh-sungguh menyembah Allah, atau hanya melakukan upacara
agama mereka secara agamis dan tradisional. Meskipun Tuhan Yesus dan rasul
Paulus berdoa sambil berlutut, namun Tuhan tidak mengharuskan kita berlutut
ketika berdoa ataupun bersujud di hadapan Allah Bapa ketika kita menyembah-Nya.
Tuhan tidak memberikan perintah semacam itu. Tetapi dalam Yohanes 4:24 Ia
mengatakan bahwa Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus
menyembah-Nya dalam Roh. Perkataan ini dikatakan-Nya kepada perempuan Samaria
di pinggir sebuah sumur. Tuhan Yesus menyuplaikan air hayat kepada perempuan
itu, dan ia minum dari air hayat ini. Menurut konteks Yohanes 4, minum air
hayat adalah menyembah Allah Bapa.
Sementara Tuhan Yesus berbincang-bincang dengan perempuan
Samaria itu, imam-imam di Yerusalem menyembah Allah di Bait Suci. Di manakah
penyembahan yang sejati sedang berlangsung — di dalam bait atau di pinggir
sumur? Untuk menjawab pertanyaan ini dengan tepat kita perlu memahami bahwa
Persona yang berbicara dengan perempuan Samaria di pinggir sumur sebenarnya
adalah Allah itu sendiri. Allah ada di sana bersama perempuan Samaria, bukan di
dalam Bait di Yerusalem. Penyembahan yang dilakukan oleh imam-imam secara
tertib dan teratur itu adalah sia-sia. Jika Anda berada di sana, apakah Anda
akan menyembah Allah bersama para imam itu di Bait Suci atau bersama perempuan
Samaria di dekat sumur? Jika kita jujur, kita harus mengakui bahwa kita mungkin
akan bersama para imam menyembah menurut tradisi.
Dalam Galatia 1 kita nampak bahwa Putra Allah menggantikan agama
berikut tradisinya. Sekarang dalam Galatia 2 kita nampak bahwa Kristus, Persona
yang diurapi Allah ini menggantikan hukum Taurat. Dalam ayat 19 Paulus
berkata bahwa ia telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya ia
boleh hidup untuk Allah. Kemudian dalam ayat 19-20 ia melanjutkan perkataannya,
“Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Karena itu,
menurut pasal 1, Putra Allah diwahyukan di dalam kita, dan menurut
pasal 2, Kristus hidup di dalam kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 40
No comments:
Post a Comment