Hitstat

30 August 2012

Galatia - Minggu 20 Kamis


Pembacaan Alkitab: Mat. 17:5, 8


Kitab Galatia disusun dengan cara yang sangat istimewa. Dalam pasal satu kita nampak bahwa Putra Allah berlawanan dengan agama yang dibentuk dan didirikan menurut hukum Taurat yang diberikan oleh Allah. Dalam 1:16 Paulus menunjukkan bahwa Putra Allah telah diwahyukan di dalam kita. Putra Allah tidak saja suatu obyek kepercayaan yang di luar kita, tetapi Ia adalah Persona yang telah diwahyukan kepada kita secara subyektif dan telah menjadi satu dengan kita. Putra Allah yang terkasih yang telah diwahyukan di dalam kita dan yang sekarang esa dengan kita itu berlawanan dengan agama dan segala tradisinya. Maksud Allah ialah agar agama dan tradisi tersingkir sehingga hanya Putra Allahlah yang tertinggal.

Karena agama mendarah daging dalam diri kita, maka agama sangat sulit dibuang. Mungkin saja kita berada di bawah pengaruh tradisi ketika kita berdoa. Sebagai contoh, boleh jadi kita menganggap bahwa cara yang terbaik untuk berdoa adalah dengan berlutut, bukan duduk di kursi. Akan tetapi, bagaimana kita dapat mengatakan posisi berdoa yang baik? Adanya perasaan bahwa berdoa dengan berlutut lebih baik daripada duduk mungkin berasal dari tradisi. Di antara orang-orang yang beragama tertentu, ketika mereka sembahyang biasanya mereka bersujud. Sewaktu mengunjungi Yerusalem, saya mengamati orang-orang itu sembahyang secara demikian. Dalam batin saya meragukan: Apakah mereka sungguh-sungguh menyembah Allah, atau hanya melakukan upacara agama mereka secara agamis dan tradisional. Meskipun Tuhan Yesus dan rasul Paulus berdoa sambil berlutut, namun Tuhan tidak mengharuskan kita berlutut ketika berdoa ataupun bersujud di hadapan Allah Bapa ketika kita menyembah-Nya. Tuhan tidak memberikan perintah semacam itu. Tetapi dalam Yohanes 4:24 Ia mengatakan bahwa Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh. Perkataan ini dikatakan-Nya kepada perempuan Samaria di pinggir sebuah sumur. Tuhan Yesus menyuplaikan air hayat kepada perempuan itu, dan ia minum dari air hayat ini. Menurut konteks Yohanes 4, minum air hayat adalah menyembah Allah Bapa.

Sementara Tuhan Yesus berbincang-bincang dengan perempuan Samaria itu, imam-imam di Yerusalem menyembah Allah di Bait Suci. Di manakah penyembahan yang sejati sedang berlangsung — di dalam bait atau di pinggir sumur? Untuk menjawab pertanyaan ini dengan tepat kita perlu memahami bahwa Persona yang berbicara dengan perempuan Samaria di pinggir sumur sebenarnya adalah Allah itu sendiri. Allah ada di sana bersama perempuan Samaria, bukan di dalam Bait di Yerusalem. Penyembahan yang dilakukan oleh imam-imam secara tertib dan teratur itu adalah sia-sia. Jika Anda berada di sana, apakah Anda akan menyembah Allah bersama para imam itu di Bait Suci atau bersama perempuan Samaria di dekat sumur? Jika kita jujur, kita harus mengakui bahwa kita mungkin akan bersama para imam menyembah menurut tradisi.

Dalam Galatia 1 kita nampak bahwa Putra Allah menggantikan agama berikut tradisinya. Sekarang dalam Galatia 2 kita nampak bahwa Kristus, Persona yang diurapi Allah ini menggantikan hukum Taurat. Dalam ayat 19 Paulus berkata bahwa ia telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya ia boleh hidup untuk Allah. Kemudian dalam ayat 19-20 ia melanjutkan perkataannya, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Karena itu, menurut pasal 1, Putra Allah diwahyukan di dalam kita, dan menurut pasal 2, Kristus hidup di dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 40

No comments: