Menurut Alkitab, setiap orang beriman dalam Kristus seharusnya
memiliki dua jenis hidup oleh Roh. Pertama ialah hidup dan perilaku sehari-hari
kita; kedua ialah “hidup” dalam kaidah dan jejak ilahi. Selaku orang Kristen,
kita bukan orang-orang yang hidup secara sembarangan di dunia tanpa suatu
tujuan. Kita telah diciptakan Allah, juga diciptakan kembali dan dilahirkan
kembali oleh-Nya dengan tujuan yang pasti. Karena itu, kita harus memiliki
hidup jenis kedua untuk merampungkan kehendak Allah dan mencapai sasaran
kehidupan kita di bumi ini.
Dalam hidup oleh Roh jenis pertama, kita hidup, bertindak, dan
berperilaku oleh Roh. Ini adalah penunjang bagi hidup oleh Roh jenis kedua,
yaitu hidup yang mengarah kepada satu sasaran. Sebagai anak-anak Allah, kita
bukan orang-orang yang tanpa tujuan. Kehidupan kita mempunyai satu tujuan yang
pasti. Kita bukan sembarangan dan tanpa sasaran. Allah memiliki satu tujuan
yang kekal, dan kehendak-Nya ialah agar umat-Nya hidup bagi kehendak-Nya. Allah
menciptakan kita maupun melahirkan kita kembali adalah untuk mewujudkan
kehendak-Nya. Karena Allah memiliki tujuan dan hendak mencapai sasaranNya, maka
Ia menyuruh kita memiliki dua jenis hidup oleh Roh: jenis pertama adalah yang membina
satu kehidupan sehari-hari yang normal, dan jenis kedua adalah yang sesuai
dengan kaidah dan prinsip ilahi demi mencapai sasaran yang telah ditetapkan
Allah.
Untuk memiliki satu kehidupan sebagai anak-anak Allah yang
normal, perlulah kita memiliki jenis hidup oleh Roh yang pertama. Ini berarti
kita tidak boleh hidup oleh perkara apa pun yang menggantikan Roh itu.
Kalau kita ingin memiliki hidup oleh Roh jenis pertama, kita
perlu berdoa dan berseru kepada nama Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 5:17 Paulus
menghendaki kita berdoa tanpa henti. Saya menemukan, tidak mungkin kita berdoa
tanpa henti jika kita berdoa dengan cara formal, memohon bantuan dari Tuhan.
Mungkin kita bisa berdoa demikian untuk waktu yang lama, tetapi tidak dapat
tanpa henti. Akan tetapi, kita dapat berdoa tanpa henti hanya dengan berseru:
“Tuhan Yesus, O, Tuhan Yesus.” Walaupun saya adalah orang tua, dan telah
bertahun-tahun lamanya di dalam Tuhan, saya tetap belajar menyeru nama Tuhan
secara terus-menerus. Dari pengalaman saya menemukan bahwa hal ini mudah sekali
kita lupakan. Waktu bangun pagi saya mungkin mulai menyeru nama Tuhan, tetapi
lewat beberapa menit, saya mungkin diganggu oleh suatu pikiran dan berhenti
menyeru. Tiba-tiba, saya sadar bahwa pikiran saya sudah keluar, maka saya
sekali lagi mulai berseru: “O, Tuhan Yesus.”
Doa adalah pernafasan rohani. Seperti kita semua ketahui, kita
harus bernafas supaya kita tetap hidup. Di mana pun kita berada, kita boleh
bernafas secara rohani melalui berseru kepada nama Tuhan. Sehari suntuk, tak
peduli kita berbuat apa, kita dapat berkontak dengan Tuhan lewat menghirup
nama-Nya. Ketika kita melakukan perkara-perkara rutin pada pagi hari, kita
dapat berseru kepada nama Tuhan Yesus. Kita mungkin menemukan, ketika kita
menangani perkara-perkara yang riil, kita masih memiliki tiga puluh menit untuk
menyeru nama Tuhan Yesus. Bila kita mempraktekkan hal ini, kita akan membina
kebiasaan menyeru nama Tuhan. Ini merupakan bagian dari hidup jenis pertama,
yaitu hidup yang di dalamnya kita menempuh kehidupan sehari-hari yang normal
oleh Roh.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 39
No comments:
Post a Comment