Hitstat

21 August 2012

Galatia - Minggu 19 Selasa


Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:16; Ibr. 4:16


Untuk memahami apa yang dimaksud Paulus dengan anugerah dalam 6:18, kita perlu kembali kepada Injil Yohanes. Dalam kitab Injil ini tercatat bahwa Firman yang ada pada mulanya, yang bersama dengan Allah, dan yang adalah Allah, telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita, penuh anugerah dan kebenaran (1:1, 14). Menurut Yohanes 1:16, “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah.” Selain itu, Yohanes 1:17 memberi tahu kita “Sebab hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus.” Fakta hukum Taurat itu “diberikan” dan anugerah itu “datang” menunjukkan bahwa anugerah adalah suatu persona. Anugerah bukan diberikan, melainkan datang bersama Yesus Kristus. Anugerah dalam Yohanes 1 adalah Roh yang disebut di bagian lain dalam Injil Yohanes. Tatkala Kristus datang, datanglah pula bersamaNya sesuatu yang ajaib, yang disebut anugerah. Sebenarnya, anugerah ini adalah Persona yang ajaib, Kristus Yesus itu sendiri. Menurut Yohanes 1:16, dari kepenuhan Kristus kita telah menerima anugerah demi anugerah. Tetapi dalam Yohanes 7:39 dan 20:22, kita nampak bahwa kita benar-benar menerima Roh itu, yakni hembusan kudus itu. Bila ayat-ayat ini kita jajarkan, kita nampak bahwa anugerah dalam Yohanes 1 adalah Roh itu, yakni hembusan kudus dalam Yohanes 7 dan 20. Dalam Ibrani 10:29 Roh itu bahkan disebut Roh anugerah.

Sekali lagi kita boleh memakai listrik untuk perumpamaan. Boleh jadi kita mengira listrik adalah satu hal dan arus listrik adalah hal lain. Tetapi, sebenarnya arus listrik adalah listrik yang sedang bergerak. Kalau listrik tidak bergerak, ia tetap sebagai listrik saja. Tetapi begitu ia mulai bergerak, ia segera menjadi arus listrik. Namun arus listrik bukan satu hal yang berbeda dengan listrik itu. Arus listrik tak lain adalah listrik yang bergerak.

Perumpamaan arus listrik ini membantu kita memahami bahwa Roh anugerah sebenarnya adalah Roh yang sedang bergerak, beraksi, dan mengurapi di batin kita. Hal ini sangatlah subyektif. Ketika kita nampak anugerah sedemikian, kita sudah mencapai sasaran dalam mengenal makna anugerah. Sudah tentu anugerah merupakan satu realitas yang ada di luar kita. Namun, bila anugerah masuk ke dalam kita, dalam pengalaman kita ia adalah Roh itu. Anugerah yang masuk ke dalam kita dan menjadi kenikmatan kita tidak lain dan tidak bukan adalah Roh itu sendiri.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mewahyukan kepada kita di mana Dia berada hari ini. Di satu pihak, tidak dapat diragukan bahwa Ia berada di atas takhta di surga. Tetapi di pihak lain, bagi pengalaman kita, Ia berada di dalam roh kita. Ibrani 4:16 mengatakan, “Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya.” Takhta anugerah tidak saja berada di surga, juga di dalam roh kita. Jika ia bukan di dalam roh kita seperti di surga, mana mungkin kita dapat menghampirinya? Ada sebagian orang yang membantah dengan menganggap roh kita tidak cukup luas untuk menampung takhta anugerah. Ditinjau dari segi ukuran, memang bantahan tersebut seolah-olah masuk akal, namun fakta dapatnya kita menghampiri takhta anugerah menunjukkan bahwa takhta ini ada di dalam roh kita, ini sesuai dengan pengalaman. Dari pengalamanlah saya mengetahui, ketika saya beralih kepada roh dan menyeru “Tuhan Yesus”, saya segera merasakan bahwa takhta anugerah itu sesungguhnya ada dalam roh saya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 37

No comments: