Untuk memahami apa yang dimaksud Paulus dengan anugerah
dalam 6:18, kita perlu kembali kepada Injil Yohanes. Dalam kitab Injil ini
tercatat bahwa Firman yang ada pada mulanya, yang bersama dengan Allah, dan
yang adalah Allah, telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita, penuh
anugerah dan kebenaran (1:1, 14). Menurut Yohanes 1:16, “Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah.” Selain
itu, Yohanes 1:17 memberi tahu kita “Sebab hukum Taurat diberikan
melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus.” Fakta
hukum Taurat itu “diberikan” dan anugerah itu “datang” menunjukkan bahwa
anugerah adalah suatu persona. Anugerah bukan diberikan, melainkan datang
bersama Yesus Kristus. Anugerah dalam Yohanes 1 adalah Roh yang disebut di
bagian lain dalam Injil Yohanes. Tatkala Kristus datang, datanglah pula
bersamaNya sesuatu yang ajaib, yang disebut anugerah. Sebenarnya, anugerah ini
adalah Persona yang ajaib, Kristus Yesus itu sendiri. Menurut Yohanes 1:16,
dari kepenuhan Kristus kita telah menerima anugerah demi anugerah. Tetapi dalam
Yohanes 7:39 dan 20:22, kita nampak bahwa kita benar-benar menerima Roh itu,
yakni hembusan kudus itu. Bila ayat-ayat ini kita jajarkan, kita nampak bahwa
anugerah dalam Yohanes 1 adalah Roh itu, yakni hembusan kudus dalam Yohanes 7
dan 20. Dalam Ibrani 10:29 Roh itu bahkan disebut Roh anugerah.
Sekali lagi kita boleh memakai listrik untuk perumpamaan. Boleh
jadi kita mengira listrik adalah satu hal dan arus listrik adalah hal lain.
Tetapi, sebenarnya arus listrik adalah listrik yang sedang bergerak. Kalau
listrik tidak bergerak, ia tetap sebagai listrik saja. Tetapi begitu ia mulai
bergerak, ia segera menjadi arus listrik. Namun arus listrik bukan satu hal
yang berbeda dengan listrik itu. Arus listrik tak lain adalah listrik yang
bergerak.
Perumpamaan arus listrik ini membantu kita memahami bahwa Roh
anugerah sebenarnya adalah Roh yang sedang bergerak, beraksi,
dan mengurapi di batin kita. Hal ini sangatlah subyektif. Ketika kita nampak
anugerah sedemikian, kita sudah mencapai sasaran dalam mengenal makna anugerah.
Sudah tentu anugerah merupakan satu realitas yang ada di luar kita. Namun, bila
anugerah masuk ke dalam kita, dalam pengalaman kita ia adalah Roh itu. Anugerah
yang masuk ke dalam kita dan menjadi kenikmatan kita tidak lain dan tidak bukan
adalah Roh itu sendiri.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mewahyukan kepada kita di
mana Dia berada hari ini. Di satu pihak, tidak dapat diragukan bahwa Ia berada
di atas takhta di surga. Tetapi di pihak lain, bagi pengalaman kita, Ia berada di
dalam roh kita. Ibrani 4:16 mengatakan, “Sebab itu, marilah kita dengan
penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya.” Takhta
anugerah tidak saja berada di surga, juga di dalam roh kita. Jika ia bukan di
dalam roh kita seperti di surga, mana mungkin kita dapat menghampirinya? Ada
sebagian orang yang membantah dengan menganggap roh kita tidak cukup luas untuk
menampung takhta anugerah. Ditinjau dari segi ukuran, memang bantahan tersebut
seolah-olah masuk akal, namun fakta dapatnya kita menghampiri takhta anugerah
menunjukkan bahwa takhta ini ada di dalam roh kita, ini sesuai dengan
pengalaman. Dari pengalamanlah saya mengetahui, ketika saya beralih kepada roh
dan menyeru “Tuhan Yesus”, saya segera merasakan bahwa takhta anugerah itu
sesungguhnya ada dalam roh saya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 37
No comments:
Post a Comment