Hitstat

18 August 2012

Galatia - Minggu 18 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Gal. 6:16


Kita semua perlu satu visi pengendali, penuntun, dan pengatur dari Allah Tritunggal sebagai sasaran kita. Jika kita nampak visi ini, kita akan dikendalikan dan dipimpin olehnya. Saya dapat bersaksi, demi belas kasihan-Nya, saya telah nampak visi ini lebih dari setengah abad yang lampau, dan saya tidak pernah diselewengkan dari visi ini. Visi ini terus-menerus mengatur, mengendalikan, dan menuntun saya. Hidup saya bukan tanpa sasaran, sebab saya mempunyai sasaran yang pasti. Bertahun-tahun visi tentang Allah Tritunggal sebagai sasaran saya ini selalu menguatkan dan menopang saya.

Bila kita nampak visi Allah Tritunggal sebagai sasaran kita, pasti kita tidak akan menabur kepada daging, melainkan menabur kepada Roh itu, yaitu Allah Tritunggal almuhit yang tinggal dalam roh kita. Persona yang hidup ini haruslah menjadi sasaran kita, dan kita harus mengarah kepada-Nya dalam segala sesuatu yang kita lakukan, katakan, dan apa adanya kita.

Menjadikan Roh itu sebagai sasaran kita agak berbeda dengan berusaha untuk tidak mengasihi dunia. Kita diciptakan dengan kapasitas untuk mengasihi. Kita semua perlu mengasihi sesuatu. Jika Anda memberi seseorang sesuatu untuk dikasihinya, dan benda itu lebih baik daripada dunia, pasti ia akan mengasihinya sebagai ganti dunia. Akan tetapi, karena manusia tidak mempunyai apa-apa yang lebih baik, maka mereka tetap mengasihi dunia. Jika kita menasihati orang Kristen untuk tidak mengasihi dunia, itu terlalu dangkal. Sebagai umat manusia, kita memiliki keinginan untuk mengasihi sesuatu, dan keinginan ini perlu dipenuhi. Kalau kita dipuaskan dengan mengasihi Allah Tritunggal, Persona yang riil, hidup, hadir, dan subyektif bagi kita, maka kita akan tidak mampu mengasihi dunia lagi. Allah Tritunggal yang menjadi Roh pemberi-hayat yang pasti lebih indah daripada dunia ini, telah memiliki kita sepenuhnya. Kaum beriman diselamatkan dari mengasihi dunia bukan dengan pengajaran, melainkan dengan mengasihi Allah Tritunggal dan dipenuhi oleh-Nya.

Bila kita menabur kepada Allah Tritunggal, kita akan hidup oleh Roh. Demikian, dengan spontan kita akan menjadi ciptaan baru. Makna ciptaan baru ialah Allah, Roh ilahi, membaurkan diri-Nya sendiri dengan kita dan menyusun kita dengan diri-Nya sendiri sehingga kita menjadi baru. Ajaran-ajaran etika mungkin bisa memperbaiki perilaku seseorang, namun tidak mampu menyusun kembali siapa pun. Tetapi bila kita mengarah kepada Allah Tritunggal dan hidup oleh Roh pemberi-hayat yang almuhit, Roh itu akan menyalurkan unsur ilahi ke dalam kita dan menyusun ulang diri kita. Hasilnya, kita tidak lagi menjadi ciptaan lama, melainkan menjadi ciptaan baru dengan unsur ilahi yang tergarap ke dalam kita. Hasil terakhir dari hal ini ialah Yerusalem Baru.

Hari ini umat gereja dalam pemulihan Tuhan sedang mengalami proses disusun ulang dengan unsur ilahi. Kita bukan mengarah kepada mengoreksi diri atau memperbaiki diri. Sasaran kita bukanlah belajar sabar atau mengembangkan kapasitas untuk menahan derita. Semua itu bukan ciptaan baru. Ciptaan baru adalah masalah umat pilihan Allah menjadikan Roh almuhit itu sebagai sasaran mereka, mengarah kepada-Nya, menjadi satu Roh dengan-Nya, dan sebagai akibatnya, memiliki unsur ilahi yang ditransfusikan ke dalam mereka demi menyusun ulang mereka dan menjadikan mereka baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 36

No comments: