Pembacaan Alkitab: Gal. 6:16
Kita semua perlu satu visi pengendali, penuntun, dan pengatur
dari Allah Tritunggal sebagai sasaran kita. Jika kita nampak visi ini, kita
akan dikendalikan dan dipimpin olehnya. Saya dapat bersaksi, demi belas
kasihan-Nya, saya telah nampak visi ini lebih dari setengah abad yang lampau,
dan saya tidak pernah diselewengkan dari visi ini. Visi ini terus-menerus
mengatur, mengendalikan, dan menuntun saya. Hidup saya bukan tanpa sasaran,
sebab saya mempunyai sasaran yang pasti. Bertahun-tahun visi tentang Allah
Tritunggal sebagai sasaran saya ini selalu menguatkan dan menopang saya.
Bila kita nampak visi Allah Tritunggal sebagai sasaran kita,
pasti kita tidak akan menabur kepada daging, melainkan menabur kepada Roh itu,
yaitu Allah Tritunggal almuhit yang tinggal dalam roh kita. Persona yang hidup
ini haruslah menjadi sasaran kita, dan kita harus mengarah kepada-Nya dalam
segala sesuatu yang kita lakukan, katakan, dan apa adanya kita.
Menjadikan Roh itu sebagai sasaran kita agak berbeda dengan
berusaha untuk tidak mengasihi dunia. Kita diciptakan dengan kapasitas untuk
mengasihi. Kita semua perlu mengasihi sesuatu. Jika Anda memberi seseorang
sesuatu untuk dikasihinya, dan benda itu lebih baik daripada dunia, pasti ia
akan mengasihinya sebagai ganti dunia. Akan tetapi, karena manusia tidak
mempunyai apa-apa yang lebih baik, maka mereka tetap mengasihi dunia. Jika kita
menasihati orang Kristen untuk tidak mengasihi dunia, itu terlalu dangkal.
Sebagai umat manusia, kita memiliki keinginan untuk mengasihi sesuatu, dan
keinginan ini perlu dipenuhi. Kalau kita dipuaskan dengan mengasihi Allah
Tritunggal, Persona yang riil, hidup, hadir, dan subyektif bagi kita, maka kita
akan tidak mampu mengasihi dunia lagi. Allah Tritunggal yang menjadi Roh
pemberi-hayat yang pasti lebih indah daripada dunia ini, telah memiliki kita
sepenuhnya. Kaum beriman diselamatkan dari mengasihi dunia bukan dengan
pengajaran, melainkan dengan mengasihi Allah Tritunggal dan dipenuhi oleh-Nya.
Bila kita menabur kepada Allah Tritunggal, kita akan hidup oleh
Roh. Demikian, dengan spontan kita akan menjadi ciptaan baru. Makna ciptaan
baru ialah Allah, Roh ilahi, membaurkan diri-Nya sendiri dengan kita dan
menyusun kita dengan diri-Nya sendiri sehingga kita menjadi baru. Ajaran-ajaran
etika mungkin bisa memperbaiki perilaku seseorang, namun tidak mampu menyusun
kembali siapa pun. Tetapi bila kita mengarah kepada Allah Tritunggal dan hidup
oleh Roh pemberi-hayat yang almuhit, Roh itu akan menyalurkan unsur ilahi ke
dalam kita dan menyusun ulang diri kita. Hasilnya, kita tidak lagi menjadi
ciptaan lama, melainkan menjadi ciptaan baru dengan unsur ilahi yang tergarap
ke dalam kita. Hasil terakhir dari hal ini ialah Yerusalem Baru.
Hari ini umat gereja dalam pemulihan Tuhan sedang mengalami
proses disusun ulang dengan unsur ilahi. Kita bukan mengarah kepada mengoreksi
diri atau memperbaiki diri. Sasaran kita bukanlah belajar sabar atau mengembangkan
kapasitas untuk menahan derita. Semua itu bukan ciptaan baru. Ciptaan baru
adalah masalah umat pilihan Allah menjadikan Roh almuhit itu sebagai sasaran
mereka, mengarah kepada-Nya, menjadi satu Roh dengan-Nya, dan sebagai
akibatnya, memiliki unsur ilahi yang ditransfusikan ke dalam mereka demi
menyusun ulang mereka dan menjadikan mereka baru.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment