Pembacaan
Alkitab: Mrk. 1:4-9
Doa
baca: “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah
Galilea, dan Ia dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes.” (Mrk. 1:9)
Kesederhanaan Injil Markus
Injil Markus adalah kitab yang paling sederhana dalam
Perjanjian Baru. Tetapi kesederhanaan Injil Markus sangat menonjol. Kita perlu
bertanya mengapa Injil Markus ditulis dengan cara yang demikian sederhana. Kita
perlu bertanya, mengapa kelihatannya Injil ini tidak memiliki cita rasa atau
warna yang khusus. Pertanyaan semacam ini membuka pintu bagi terang untuk
bersinar. Kesederhanaan Injil Markus sangatlah bermakna.
Semakin kita membaca Injil Markus, kita semakin
terkesan dengan kesederhanaannya. Dibandingkan dengan Injil Markus, Injil
Matius sangatlah rumit. Bayangkan betapa banyak nama yang tercantum dalam
keenam belas ayat pertama dari Injil Matius. Namun, Injil Markus dimulai dengan
cara yang sangat sederhana: “Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk. 1:1). Seperti
Injil Matius, Injil Lukas juga agak rumit. Bayangkan, sebagai contoh, catatan
panjang tentang keterkandungan dan kelahiran Yohanes Pembaptis juga
keterkandungan dan kelahiran Yesus Kristus. Kemudian dalam Lukas 3 terdapat
silsilah yang lebih rumit daripada yang terdapat dalam Injil Matius. Injil
Matius hanya berbicara tentang 42 generasi, tetapi dalam Injil Lukas kita
memiliki 77 generasi. Dalam Injil Yohanes terdapat banyak misteri yang dalam.
Injil Yohanes dibuka dengan cara yang misterius: “Pada mulanya ada Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Kita diberi tahu bahwa di dalam Dia
ada hayat (Yoh. 1:4), dan kemudian Firman menjadi daging dan tinggal di antara
kita (ayat 14). Karena itu, Injil Yohanes memiliki warna dan cita rasa yang
berbeda. Ketika kita membaca Injil Yohanes, kita dapat merasakan cita rasa
Injil ini. Tetapi meskipun Injil Markus sederhana, kesederhanaannya sangatlah
bermakna.
Sumber: Pelajaran-Hayat Markus, Buku 3, Berita 62
No comments:
Post a Comment