Hitstat

07 March 2014

Filipi - Minggu 28 Jumat



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:1-7


Dalam 4:1 ia berkata, “Karena itu, Saudara-saudara yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai Saudara-saudaraku yang terkasih!” Dari pasal 3 kita tahu Paulus damba ditemukan di dalam Kristus. Dalam 4:1 ia menyuruh kita berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Berdiri dengan teguh dalam Tuhan merupakan kunci untuk memperlihatkan kebaikan hati kita kepada semua orang. Jika kita tidak berdiri dengan teguh dalam Tuhan, tidak mungkin kita memperlihatkan kebaikan hati kita kepada orang. Untuk melakukan segala hal perlu ada pendirian yang tepat. Demikian pula dalam hal menyatakan kebaikan hati kita kepada semua orang. Untuk ini wajiblah kita berdiri dengan teguh dalam Tuhan, yakni kita wajib tinggal di dalam Dia. Karena itu, perkataan Paulus tentang berdiri teguh dalam Tuhan sama dengan perkataan Tuhan tentang tinggal di dalam Dia (Yoh. 15:4).

Dalam ayat 2 Paulus melanjutkan, “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir (memikirkan hal yang sama) dalam Tuhan.” Sebagai orang-orang yang berdiri dengan teguh di dalam Tuhan, kita pun harus “memikirkan hal yang sama di dalam Tuhan”. Di luar Tuhan kita mustahil memikirkan hal yang sama. Jika kita ingin memikirkan hal yang sama di dalam Tuhan, pertama-tama kita harus berdiri dengan teguh di dalam Dia.

Ayat 3 meneruskan, “Bahkan, kuminta kepadamu juga, yang benar-benar memikul satu kuk: Tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawan sekerjaku yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.” (Tl.). Di sini Paulus minta mereka yang benar-benar memikul satu kuk supaya menolong Euodia dan Sintikhe untuk memikirkan hal yang sama. Paulus seolah-olah berkata, “Kedua saudari ini adalah kawan sekerjaku, tetapi untuk sementara ini mereka tidak berada di dalam Tuhan. Aku menganjuri kamu, teman satu kuk yang sejati, agar berusaha sekuat tenagamu untuk membawa mereka kembali kepada Tuhan, dan membantu mereka supaya memikirkan hal yang sama di dalam Tuhan.” Mereka adalah kawan sekerja yang telah bekerja keras dengan Paulus dan berjuang dengannya dalam pekabaran Injil, dan yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Namun demikian, untuk sementara waktu itu mereka tidak berada di dalam Tuhan.

Dalam ayat 4 Paulus berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Bila dalam pengalaman kita, kita tidak berada di dalam Tuhan, maka kita tidak akan memiliki sukacita apa pun, dan kita tidak dapat bersukacita. Dulu Euodia dan Sintikhe bisa bersukacita, tetapi sekarang, karena mereka tidak di dalam Tuhan, mereka tidak dapat bersukacita lagi di dalam Dia.

Tidak bersatu dengan seorang saudara atau saudari saja sudah merupakan satu hal yang sangat serius. Kebanyakan kaum saleh setidak-tidaknya memiliki satu orang lain yang tidak bersatu dengannya. Misalkan, ada beberapa saudari sedang bersama-sama melayani perjamuan kasih. Mungkin ada seorang saudari yang tidak senang dengan cara pelayanan saudari lain, dan ia mungkin enggan melayani bersamanya, bahkan mungkin ia meninggalkan saudari itu. Dengan meninggalkan saudari itu, ia sebenarnya meninggalkan Tuhan. Ia tidak seharusnya enggan melayani bersama-sama dengannya, tetapi ia harus memperlihatkan kebaikan hatinya kepada orang lain dalam situasi yang demikian.

Kadang-kadang kita bertindak kurang tepat, karena kita kekurangan kebaikan hati. Sikap yang negatif dan tutur kata yang kurang ramah juga berasal dari kurangnya kebaikan hati. Bila kita tidak bisa mengasihi, penyebabnya adalah kurang kebaikan hati. Demikian pula, kita mungkin tidak memiliki tenggang rasa karena kita kekurangan kebaikan hati. Bahkan banyak bicara atau cerewet mungkin disebabkan karena tidak adanya kebaikan hati. Jika tidak ada kebaikan hati, kita akan kehilangan damai sejahtera. Kalau kita tidak menunjukkan kebaikan hati terhadap anggota keluarga kita, tidak akan ada damai sejahtera dalam kehidupan keluarga kita. Damai sejahtera berasal dari kebaikan hati.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 56

No comments: