Hitstat

25 March 2014

Filipi - Minggu 31 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ayb. 1:14-15; 2 Kor. 4:16-17; 12:7


Sumber kekhawatiran adalah Iblis. Kekhawatiran berasal dari Iblis untuk menggagalkan terwujudnya kehendak Allah. Jangan mengira bahwa Allahlah yang memberikan kekhawatiran kepada kita. Dalam berita terdahulu saya pernah mengatakan bahwa kekhawatiran muncul dari lingkungan yang diatur dan ditetapkan Allah. Mengatakan bahwa kekhawatiran muncul dari pengaturan dan penetapan Allah sangat berbeda dengan mengatakan kekhawatiran adalah pemberian Allah. Karena kejatuhan, Allah mengatur kesengsaraan bagi kita. Sebagai contoh, Allah menentukan seorang perempuan harus mengalami penderitaan dalam melahirkan anak. Ia juga menentukan laki-laki harus menanggulangi semak duri dan rumput duri. Kejadian 3:17-19 mengatakan, “Maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, . . . dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu.” Walaupun Allah telah mengatur dan menetapkan penderitaan sedemikian, tetapi Ia tidak memberikan kekhawatiran. Setelah Allah membuat pengaturan dan penetapan-Nya itu, Iblis datang menimbulkan kekhawatiran melalui penderitaan yang diatur Allah itu. Kekhawatiran bukan berasal dari Allah, melainkan berasal dari seteru Allah, Iblis yang menggunakan penderitaan yang ditentukan Allah untuk menimbulkan kekhawatiran dalam kehidupan manusia. Karena itu, kekhawatiran berasal dari Iblis dan mewakili Iblis, sedangkan kesabaran berasal dari Allah dan mewakili Allah.

Alkitab mewahyukan bahwa Allah memakai Iblis. Kita nampak hal ini khususnya dalam Kitab Ayub. Kali pertama saya membaca Kitab Ayub, saya dibingungkan oleh fakta bahwa Iblis dapat naik ke surga untuk menghadap Allah. Ayub 1:6 mengatakan, “Pada suatu hari datanglah anakanak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.” Ayat-ayat berikutnya mencatat percakapan antara Allah dengan Iblis. Saya heran bagaimana percakapan itu bisa terjadi. Mengapa Allah membiarkan si jahat itu berbicara dengan-Nya? Mengapa Dia tidak memusnahkan Iblis, atau setidak-tidaknya mengusirnya? Allah memakai Iblis untuk menanggulangi Ayub. Ayub adalah seorang yang lurus dan sempurna di dalam dirinya sendiri, namun ia tidak benar-benar mengenal Allah. Jadi Ayub perlu diremukkan, ditanggulangi dengan tuntas oleh Allah. Allah memakai Iblis untuk merampungkan pekerjaan ini, Ia mengizinkan Iblis, dalam batas-batas tertentu, untuk melakukan hal-hal tertentu di atas diri Ayub.

Allah mempunyai satu tujuan dalam mengizinkan Iblis menginiaya Ayub. Tujuan Allah ialah meremukkan Ayub, seorang yang sempurna dan selalu membenarkan diri sendiri. Allah memakai Iblis untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan manusia. Karena teman-teman Ayub tidak berdaya menanggulanginya, maka Allah menggunakan Iblis untuk tugas ini. Iblis sering merampungkan tugastugas yang sulit bagi Allah. Kadangkala jika Allah tidak dapat menyelesaikan melalui orang lain, Ia mengizinkan Iblis untuk menanggulangi Anda. Mengenai Ayub, kehendak Allah ialah meremukkan Ayub, dan mengenai Paulus, kehendak Allah dalam mengizinkan Iblis mengirimkan utusan untuk menganiaya tubuhnya ialah supaya dia tidak meninggikan diri karena visi dan wahyu yang dia terima. Sudah tentu Iblis selalu bertujuan untuk menyerang umat Allah. Tujuannya bersifat negatif. Tetapi, dalam mengizinkan Iblis menyerang kita, Allah mempunyai tujuan lain yang sangat positif. Semua penderitaan yang kita alami adalah pengaturan dan penetapan Allah demi tujuan yang positif.

Paulus menyinggung tujuan ini dalam 2 Korintus 4:16-17: “Sebab itu, kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbarui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, akan menghasilkan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” Meskipun penderitaan adalah pengaturan dan penetapan Allah, tetapi semua itu tidak langsung datang dari Allah. Sebaliknya, setiap kepahitan, musibah, malapetaka, atau bencana datang dari Iblis, hanya saja hal-hal ini datang dengan seizin Allah dan bagi kehendak-Nya untuk menyempurnakan kita. Karena itu, Paulus dapat menyatakan bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kita. Allah mempunyai satu tujuan untuk diwujudkan atas diri kita, dan tujuan dan atas kehendak ini adakalanya memerlukan “bantuan” Iblis.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 61

No comments: