Hitstat

19 March 2014

Filipi - Minggu 30 Rabu



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:4-6


Sebagaimana ayat 5 adalah kelanjutan ayat 4, maka ayat 6 adalah kelanjutan ayat 5. Jika kita nampak kelanjutannya di sini, kita akan paham bahwa kebaikan hati memerlukan doa. Dalam ayat 6 Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Sepertinya tidak ada hubungan antara kata-kata “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” dengan “nyatakanlah keinginanmu . . .” Tetapi sebenarnya kedua kalimat ini berkaitan erat. Ketika kita mempraktekkan kebaikan hati, kita akan paham betapa kita perlu berdoa. Kita mungkin khawatir dan cemas tentang banyak hal mengenai keluarga kita atau gereja. Selain itu, kita mungkin menyadari bila kita membicarakan keprihatinan kita maka kita akan menimbulkan masalah. Kalau begitu, apakah yang harus kita perbuat? Setelah menyuruh kita jangan khawatir, Paulus mendorong kita untuk berdoa. Jika kita berdoa, Tuhan akan memberi kita pengertian, pertimbangan, dan hikmat yang kita perlukan. Jika seorang saudari berdoa dulu sebelum mempersekutukan sesuatu kepada suaminya, ia akan mengetahui apakah yang harus ia katakan kepada suaminya dan kapan saat yang tepat untuk mengatakannya. Selain itu, jika ia berdoa dengan setia dan tekun, ia akan memiliki suplai yang kaya untuk melayani suaminya. Kemudian kebaikan hatinya disertai suplainya yang kaya akan menggenapkan kehendak Allah dalam situasi itu.

Pertama-tama, kita perlu membina kehidupan pernikahan dan kehidupan keluarga yang tepat, kemudian baru kita dapat membina hidup gereja (church life). Jika seorang saudara tidak tahu bagaimana membina kehidupan pernikahan yang menyenangkan di rumah dan kehidupan keluarga yang indah bersama anak-anaknya, ia akan sulit mengambil bagian dalam pembangunan gereja. Bila ia berkumpul bersama orang lain untuk pelayanan gereja, boleh jadi ia sangat sopan. Tetapi, terhadap istri atau anak-anaknya, ia mungkin tidak demikian. Kita boleh jadi sangat sopan terhadap saudara dan saudari dalam gereja, namun sangat tidak sopan terhadap suami atau istri atau anak-anak kita.

Kita harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kehidupan pernikahan, kehidupan keluarga, dan hidup gereja kita. Ikatan yang mengikat kita bersama ini adalah hal yang permanen. Dalam kehidupan keluarga dan kehidupan gereja yang sejati tidak seorang pun digaji atau dipecat. Dapatkah kita menggaji seseorang untuk menjadi anak kita, atau dapatkah kita memecat salah seorang dari anak-anak kita? Tentu tidak dapat. Demikian pula, tidak ada anggota-anggota gereja yang dapat digaji atau dipecat. Sama halnya, jika seorang hamba Tuhan dapat memecat salah seorang rekan sekerjanya, ini berarti mereka bukan benar-benar bekerja sama di dalam Tuhan. Dalam pekerjaan Tuhan tidak ada hal menerima gaji atau dipecat. Karena itu, dalam kehidupan keluarga, dalam hidup gereja, dan dalam bekerja sama bagi kepentingan Tuhan, kita perlu kebaikan hati. Kebaikan hati diperlukan sebab kita telah diikat bersama untuk secara permanen.

Sekali lagi saya ingin mengingatkan kalian bahwa kebaikan hati adalah suatu pekerti yang almuhit. Pekerti ini mencakup pengertian, hikmat, sabar, pertimbangan, dan kemampuan untuk membantu dan memberi suplai yang memadai. Jika kita semua melatih kebaikan hati, niscayalah kita akan memiliki kehidupan pernikahan yang menyenangkan, kehidupan keluarga yang harmonis dan bahagia, serta hidup gereja yang ajaib dan indah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 59

No comments: