Hitstat

28 March 2014

Filipi - Minggu 31 Jumat



Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:8-9; Flp. 4:6-7


Dalam 4:6-7 Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Paulus pasti menyusun ayat-ayat ini dengan pemikiran yang sangat matang. Dalam ayat 6 ia menyinggung doa, permohonan, dan ucapan syukur. Doa bersifat umum dan beresenskan penyembahan dan persekutuan; permohonan bersifat khusus dan ditujukan kepada keperluan tertentu. Menurut pengalaman orang Kristen, berdoa berarti bersekutu, bergaul dengan Tuhan, dan menyembah Dia. Setiap hari kita perlu mempunyai satu waktu untuk berkontak dengan Tuhan, bersekutu dengan-Nya, dan menyembah Dia. Selama waktu persekutuan kita, kita mungkin mengajukan permohonan tertentu. Jadi, kita tidak hanya berdoa secara umum, tetapi juga memohon kepada Tuhan secara khusus. Kita mengajukan permohonan kepada Dia yang dengan-Nya kita bersekutu. Karena itu, permohonan merupakan suatu permintaan khusus yang kita ajukan selama waktu doa kita.

Marilah kita semua belajar berdoa dan memohon dengan mengucap syukur. Jika kita penuh syukur kepada Tuhan, hal ini akan melindungi kita dari kekhawatiran. Tetapi jika kita berdoa kepada Tuhan dengan rasa cemas, kekhawatiran kita akan bertambah-tambah. Berdoa untuk situasi kita mungkin akan membuat kekhawatiran kita menjadi-jadi. Namun bila kita berdoa dan memohon dengan mengucap syukur, kekhawatiran kita akan lenyap.

Kita telah nampak bahwa untuk mengatasi kekhawatiran kita perlu berdoa dan bersekutu serta menyembah Dia. Kemudian, kita perlu menyatakan permohonan kita dengan mengucap syukur. Ketika berbuat demikian, kita mungkin mengira Tuhan akan selalu mengabulkan apa yang kita minta. Tetapi, adakalanya Tuhan akan berkata tidak. Lihatlah pengalaman Paulus atas duri dalam dagingnya. Dalam 2 Korintus 12:8 ia berkata, “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari hadapanku.” Tetapi Tuhan menolak permohonan Paulus dan berkata kepadanya, “Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (ayat 9). Karena itu, Paulus dapat menyatakan, “Sebab itu, aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” Butir yang terpenting di sini ialah Paulus menerima kehendak Allah. Ia menyadari bahwa kehendak Allah ialah membiarkan duri itu tinggal dalam dirinya, agar ia dapat mengalami anugerah-Nya yang cukup. Karena Paulus menerima kehendak Tuhan, maka ia tidak khawatir tentang apa pun.

Memang benar, kita perlu berdoa dan memohon kepada Tuhan dengan mengucap syukur. Tetapi bila Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita, kekhawatiran kita mungkin bertambah, bukan berkurang. Pada saat demikian, kita menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengubah situasi kita, sebaliknya, Ia membiarkan “duri” itu tinggal. Ia tahu kita memerlukan duri itu. Ia pun memerlukannya supaya Ia dapat menyatakan anugerah-Nya yang cukup dan sebagai tambahan melatih kita untuk bersandar kepada-Nya. Jika kita tidak menerima kehendak Tuhan dan bersikeras untuk mengajukan permohonan menurut kehendak kita sendiri, kita tidak akan dapat terlepas dari kekhawatiran.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 62

No comments: