Hitstat

08 March 2014

Filipi - Minggu 28 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Flp. 1:21; 4:5


Paulus menyadari bahwa kebaikan hati adalah pekerti yang almuhit. Itulah alasan ia berkata, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Kebaikan hati ini sebenarnya adalah Kristus sendiri. Dalam 1:21 Paulus berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus.” Karena Kristus adalah kebaikan hati, maka bagi Paulus hidup adalah kebaikan hati. Harapan Paulus yang sesungguhnya ialah Kristus dapat diperbesar di dalam dirinya, baik melalui hidup maupun mati. Bagi Paulus memperbesar Kristus berarti memperlihatkan kebaikan hatinya. Karena itu, diperbesarnya Kristus dalam diri kita sama dengan memperlihatkan kebaikan hati kita kepada semua orang. Ini dikarenakan kebaikan hati adalah Kristus yang kita alami secara riil. Kita boleh membicarakan tentang memperhidupkan Kristus dan bersaksi bahwa bagi kita hidup adalah Kristus. Tetapi, dari hari ke hari, dalam kehidupan kita di rumah, yang kita butuhkan ialah kebaikan hati. Bila kita memiliki kebaikan hati, maka dalam pengalaman barulah kita benar-benar memiliki Kristus. Jika seorang saudari bersalah kepada suaminya, yang harus diperlihatkan suaminya ialah Kristus sebagai kebaikan hatinya.

Semakin kita merenungkan makna kebaikan hati, kita akan semakin dapat mengapresiasi alasan Paulus menyebut kebaikan hati dalam 4:5. Kegagalan dan kekalahan kita dalam kehidupan kristiani berasal dari kurangnya kebaikan hati pada diri kita. Semua orang saleh, yang muda maupun yang tua sama saja, yakni cenderung mengabaikan kebaikan hati. Bila kita ingin memperhidupkan Kristus, kita harus puas dengan apa yang lebih sedikit dari hak kita. Janganlah kita menuntut sesuatu secara keras terhadap orang lain.

Setelah membicarakan kebaikan hati, Paulus segera melanjutkan, “Tuhan itu dekat” (Tl.). Saya telah mengatakan bahwa saya tidak menentang pengertian bahwa perkataan ini ditujukan kepada dekatnya kedatangan Tuhan. Namun demikian, berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan doktrin, saya dapat mengatakan bahwa perkataan ini ditujukan kepada kehadiran Tuhan bersama kita pada hari ini. Ini juga memperkuat anjuran Paulus bahwa kita harus memperlihatkan kebaikan hati kita kepada semua orang. Karena Tuhan itu dekat, tiada alasan bagi kita untuk tidak memperlihatkan kebaikan hati kita kepada semua orang. Sering kita gagal dalam memperlihatkan kebaikan hati kita karena kita lupa bahwa Tuhan itu dekat. Bahkan kita tidak ingat bahwa sebenarnya Dia berada di dalam kita. Bila seorang saudara diberi istrinya minuman dingin bukan minuman panas, apakah yang ia perhatikan, minumankah atau Kristuskah? Kalau ia memperhatikan minuman, bukan Kristus, maka dalam pengalamannya yang dekat adalah minuman, Tuhan jauh dengannya. Karena kita tidak menyadari bahwa Tuhan itu dekat, maka kita tidak menyatakan kebaikan hati. Sebaliknya, kita akan memperlakukan orang dengan keras, dan menuntut sesuatu terhadap mereka, tanpa memperhatikan situasi mereka. Semakin kita menyadari Tuhan itu dekat, kita akan semakin merasa puas dan semakin bisa bersimpati kepada orang lain, serta memahami keadaan orang dengan ramah. Kalau kita tahu Tuhan itu dekat, kita akan beralih dari ciptaan lama ke ciptaan baru, ke dalam kebangkitan yang unggul yang terekspresi sebagai kebaikan hati.

Jika kita memperlihatkan kebaikan hati kepada orang lain, mereka akan beroleh perawatan, kesembuhan, dan bantuan untuk bertumbuh. Dalam segala hal kita tidak akan membuat mereka tersandung atau terluka. Tetapi, karena kurangnya kebaikan hati, kita telah melukai banyak orang dalam hidup gereja maupun dalam kehidupan keluarga kita.

Saya ingin menekankan fakta bahwa kebaikan hati bukanlah soal etika. Kebaikan hati adalah Kristus. Dalam Filipi pasal 1, 2, dan 3, Paulus telah banyak membicarakan Kristus. Kemudian, dalam 4:5, ia bukan berbicara tentang Kristus, melainkan tentang kebaikan hati. Sebenarnya ketika ia berkata, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” sama dengan ia berkata, “Hendaklah Kristus dinyatakan dan diperbesar di hadapan semua orang.” Setelah berbicara tentang memperhidupkan Kristus, memperbesar Kristus, menerima Kristus sebagai teladan, dan mengejar Kristus sebagai sasaran, Paulus menunjukkan bahwa kita perlu memperhidupkan Kristus ini sebagai kebaikan hati kita. Kita semua memerlukan Tuhan menjadi kebaikan hati kita. Memperhidupkan Dia sebagai kebaikan hati benar-benar berarti hidup dalam kebangkitan yang unggul.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 56

No comments: