Hitstat

18 March 2014

Filipi - Minggu 30 Selasa



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:11-13


Dalam 4:11-13 kita nampak hubungan antara kecukupan diri dengan kebaikan hati. Dalam ayat 11 Paulus bersaksi, “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” Dalam ayat 12 ia meneruskan, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam setiap keadaan dan segala hal aku telah belajar rahasianya; baik dalam keadaan kenyang, maupun dalam keadaan lapar, baik dalam keadaan berkelimpahan maupun dalam keadaan berkekurangan” (Tl.). Karena Paulus telah belajar rahasia untuk mencukupkan diri, ia dapat berbaik hati terhadap semua gereja dan semua orang kudus. Ia berkata, “Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ayat 13). Menurut konteksnya, ini mencakup kemampuan untuk menyatakan kebaikan hati Kristus hingga diketahui orang kudus.

Renungkan situasi Paulus ketika ia menulis Kitab Filipi. Situasi dan kondisinya sama sekali tidak positif. Ia menjadi tawanan di Roma; ia ditentang para agamawan; bahkan orang-orang kudus, termasuk orang-orang Filipi yang dulunya setia menyuplai kebutuhannya, mengabaikannya untuk sejangka waktu. Dalam 4:10 Paulus berkata, “Aku sangat bersukacita dalam Tuhan bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.” Kata “bertumbuh kembali” menyiratkan Paulus telah melalui satu “musim dingin” dalam pengalamannya namun sekarang sudah tiba musim “semi”, sebab perhatian orang-orang Filipi terhadapnya bertumbuh kembali. Walaupun Paulus menyiratkan pengalaman “musim dingin”nya dan pengalamannya diabaikan untuk sementara waktu oleh orang kudus, ia menyatakan pengertian yang sangat besar terhadap mereka ketika ia menulis surat kepada mereka. Dalam menulis Surat Kiriman ini, ia memperlihatkan kebaikan hati. Jadi, Rasul Paulus, seorang yang penuh pengertian atas situasi dan atas orang kudus, benar-benar adalah satu teladan kebaikan hati yang sangat indah.

Paulus perlu menggunakan hikmat ketika ia menyurati orang-orang Filipi; kita juga perlu hikmat dalam kehidupan pernikahan kita. Para suami perlu hikmat ketika berbicara dengan istri mereka, dan para istri pun perlu hikmat ketika menyampaikan suatu hal kepada suami mereka. Di sini saya ingin menekankan perlunya istri memiliki hikmat terhadap suaminya. Misalkan, seorang saudari ingin membicarakan suatu hal tertentu dengan suaminya. Sebelum berbicara, ia perlu menggunakan pengertian, pertimbangan, dan hikmat. Jika ia berbicara pada waktu yang tidak tepat, atau jika ia berbicara terlalu banyak tentang pokok persoalan yang ada, ia mungkin membuat suaminya jengkel tidak hanya terhadapnya, tetapi juga terhadap orang lain dalam hidup gereja, bahkan terhadap para penatua. Kadang-kadang seorang suami gusar terhadap para penatua hanya karena istrinya memberi informasi kepadanya tanpa menggunakan pengertian, pertimbangan, dan hikmat. Bahkan ketika menyampaikan informasi kepada suaminya, seorang istri perlu banyak kebaikan hati. Untuk itu ia perlu pengertian yang tepat terhadap suaminya dan situasi suaminya. Jika ia menyadari suaminya seorang yang cepat, yakni seorang yang bereaksi tergesa-gesa terhadap sesuatu, dan yang mudah marah atau tersentuh emosinya, ia perlu memikirkan bagaimana membantunya untuk bersabar dan tenang. Khususnya, ia perlu mempertimbangkan berapa banyak yang harus ia ucapkan kepada suaminya. Mungkin pada mulanya ia hanya mempersekutukan sebagian dari informasi tersebut. Sebelum mengatakan lebih banyak, ia harus mempertimbangkan suasananya dan mengamati apakah saat itu merupakan saat yang tepat bagi suaminya untuk mendengar lebih banyak. Ia boleh mempersekutukan sesuatu pada satu waktu, dan yang lain dipersekutukan pada waktu lain, dan sisanya dipersekutukan lagi lain kali. Jika saudari itu memiliki kebaikan hati, memiliki pengertian, pertimbangan, dan hikmat, maka hasil pembicaraannya dengan suaminya akan sangat berfaedah baik bagi kehidupan pernikahan mereka maupun bagi hidup gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 59

No comments: