Hitstat

17 March 2014

Filipi - Minggu 30 Senin



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:4-7


Kata Yunani yang diterjemahkan “kebaikan hati” dalam 4:5 tersusun dari dua kata: “epi”, dan “eikos”. Epi merupakan kata depan yang berarti kepada atau sampai kepada, sedang eikos berarti patut, sesuai, pantas. Bila kata epi dirangkaikan dengan kata Yunani yang lain sebagai awalan, kata ini sering mengandung arti penuh atau luas. Penggunaan kata depan ini sebagai penyusun kata Yunani yang diterjemahkan kebaikan hati dalam 4:5 menunjukkan bahwa makna kata ini ialah kelayakan yang penuh, atau kepatutan dan kepantasan yang sepenuh-penuhnya. Kita perlu suatu kelayakan dan simpati yang penuh dan luas. Selain itu, kita perlu bertindak dengan cara yang sesuai dan pantas sampai ke tingkat sepenuh-penuhnya. Seluruh makna ini tercakup dalam kata Yunani yang dipakai Paulus dalam 4:5 tersebut.

Kata Yunani yang diterjemahkan kebaikan hati dalam 4:5 sebenarnya bukan sebuah kata benda, melainkan kata sifat yang dipakai sebagai kata benda dengan dibubuhi sebuah kata sandang tertentu. Pemakaian kata sifat sebagai kata benda sedemikian ini adalah untuk menekankan arti kata yang bersangkutan itu. Dalam 4:5 Paulus sengaja memakai sebuah kata sifat sebagai kata benda untuk memberi penekanan khusus atas kata kebaikan hati.

Dalam berita terdahulu kita menunjukkan bahwa kebaikan hati memerlukan pengertian, hikmat, sabar, dan banyak lagi kebajikan lainnya. Jika kita ingin memiliki kebaikan hati, kita perlu menjadi orang yang berbelas kasih, murah hati, dan rohani. Lagi pula kebaikan hati memerlukan kemampuan tertentu dalam sejumlah bidang. Kita perlu kemampuan untuk memahami, sabar, membantu orang lain, dan menyediakan suplai yang dibutuhkan mereka. Dalam kebaikan hati-Nya terhadap kita, Allah sesungguhnya telah memberikan suplai yang kaya kepada kita.

Kebaikan hati Allah terhadap orang yang telah jatuh mempunyai satu tujuan. Tujuan-Nya dalam menyatakan kebaikan hati ialah menggenapkan ekonomi-Nya. Jika Allah tidak memberi manusia suplai yang cukup dan tidak menyatakan kebaikan hati kepada manusia, Allah tidak berdaya menggenapkan tujuan-Nya, yaitu merampungkan ekonomiNya.

Kita telah nampak bahwa kebaikan hati memerlukan kematangan dan kepuasan atau kecukupan. Sekarang kita perlu melihat bahwa kebaikan hati juga berkaitan dengan sukacita dalam Tuhan. Dalam 4:4 Paulus berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Setelah itu ia segera berkata, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Jika kita tidak bersukacita dalam Tuhan, kita tidak mungkin bisa berbaik hati. Jika kita ingin kebaikan hati kita diketahui orang lain, kita harus bergembira dan bersukacita dalam Tuhan. Orang-orang yang tidak bersukacita atau yang bersedih hati, tidak dapat bisa berbaik hati. Sebaliknya, mereka mudah tersinggung, menggerutu, atau marah-marah. Kebaikan hati dalam 4:5 merupakan hasil dari bersukacita dalam Tuhan yang disebut dalam ayat 4. Dari pengalaman kita tahu, bahwa sukacita bergandengan dengan kebaikan hati.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 59

No comments: