Hitstat

21 March 2014

Filipi - Minggu 30 Jumat



Pembacaan Alkitab: Gal. 2:19-20; Flp. 4:4-7


Paulus menyinggung kekhawatiran dalam 4:6 karena ia menyadari bahwa kekhawatiran adalah totalitas kehidupan manusia. Paulus juga memahami bahwa kebaikan hati adalah totalitas kehidupan kristiani yang tepat. Paulus tahu bahwa kehidupan manusia tersusun dari kekhawatiran dan kehidupan kristiani yang tepat tersusun dari kebaikan hati. Jadi, memperhidupkan Kristus berarti memiliki kebaikan hati tanpa kekhawatiran.

Kita tidak mungkin mengerti Filipi 4 dengan memadai dengan hanya mempelajari pasal ini secara harfiah. Kita perlu pengalaman terhadap Tuhan untuk mengerti maksud Paulus tersebut. Lima puluh tahun yang silam saya tidak memiliki pengertian yang tepat atas pasal ini. Tetapi melalui pelajaran dan pengalaman bertahun-tahun, baik dalam kehidupan manusia maupun kehidupan kristiani, Tuhan telah mencelikkan mata saya sehingga saya nampak bahwa kehidupan kristiani yang sejati adalah kehidupan kebaikan hati. Saya berangsur-angsur memahami bahwa sebagaimana kekhawatiran merupakan totalitas kehidupan manusia, demikian juga kebaikan hati adalah totalitas kehidupan kristiani. Itulah alasan Paulus menggunakan kata kebaikan hati dan kekhawatiran bersama-sama dalam menganjuri kaum saleh. Di segi positifnya, kita harus membuat orang lain tahu akan kebaikan hati kita. Semua orang yang berkontak dengan kita seharusnya mengetahui kebaikan hati kita. Di segi negatif, kita perlu memiliki suatu kehidupan yang tanpa kekhawatiran.

Kekhawatiran sekecil apa pun akan mengurangi kadar Kristus dalam pengalaman kita. Bahkan sekelumit kekhawatiran saja akan membuat kadar Kristus berkurang. Tingkat kehadiran Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita tergantung pada jumlah kebaikan hati dan kekhawatiran kita. Jika kita memiliki kebaikan hati, kita memiliki Kristus. Namun, jika kita memiliki kekhawatiran, kita akan kekurangan Kristus. Dalam kehidupan Anda dari hari ke hari, berapa banyak kebaikan hati dan kekhawatiran yang Anda miliki? Manakah yang lebih banyak, kebaikan hati atau kekhawatiran? Mungkin kebanyakan dari kita akan mengaku bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih sering khawatir daripada baik hati.

Filipi 4:4 mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Paulus memulai ayat 10 dengan berkata, “Aku sangat bersukacita dalam Tuhan.” Selain itu, dalam 1:18 Paulus berkata tentang kesengsaraannya: “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Dalam hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.” Perkataan Paulus tentang sukacita menjadi luar biasa maknanya ketika kita merenungkan lingkungannya pada saat itu. Ia menjadi tawanan di Roma, dan beberapa penentangnya sedang melakukan setiap hal sebisanya untuk menghancurkan ministrinya. Namun demikian, Paulus mengatakan, “Karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus” (ayat 19 Tl.). Seperti telah kita tunjukkan sebelumnya, keselamatan di sini berarti memperbesar Kristus melalui memperhidupkan Dia. Jadi, Paulus berkata, “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku maupun oleh matiku” (ayat 20). Paulus tidak ingin beroleh malu dalam perkara apa pun.

Paulus dapat memperbesar Kristus karena ia memiliki kebaikan hati. Bahkan selama ia berada dalam penjara, Paulus memiliki banyak kebaikan hati. Dia memperhatikan gereja-gereja, ia memiliki pengertian yang tepat terhadap kaum saleh, dan ia memiliki kemampuan untuk menyuplai kaum saleh serta orang-orang yang di sekitarnya dengan kasih, belas kasih, murah hati, dan simpati. Karena ia penuh kebaikan hati, maka tidak ada sedikit pun kekhawatiran pada dirinya. Paulus bahkan dapat berkata bahwa ia mengharapkan Kristus diperbesar dalam tubuhnya baik oleh hidupnya maupun oleh matinya. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus tidak takut mati. Pikiran akan kematian tidak membuatnya khawatir.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 60

No comments: