Hitstat

25 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Minggu

Prinsip Hayat: Mengubah Maut Menjadi Hayat
Yohanes 2:1-2
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:1, 11; 11:47; Ef. 2:6

Dalam Injil Yohanes pasal dua, kita akan melihat prinsip hayat yakni mengubah maut menjadi hayat. Pasal ini dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa perayaan pesta perkawinan di Kana yang dihadiri oleh ibu Yesus, Yesus sendiri dan murid-murid-Nya (Yoh. 1:1-2). Alkitab menuliskan dengan sangat rinci bahwa pesta itu diadakan pada hari ketiga. Menurut Alkitab, “hari ketiga” mengacu kepada hari kebangkitan. Kemudian, kita perlu juga mengenal makna dari tempat diadakannya pesta perkawinan itu, yakni Kana. “Kana” berarti tanah buluh. Buluh dalam Alkitab melambangkan orang yang rapuh. Alkitab mengatakan,“buluh yang patah terkulai” tidak akan Tuhan patahkan (Yes. 42:3, Mat. 12:20). Dipandang dari sudut ini, seluruh bumi adalah Kana, sebab setiap orang lemah dan rapuh.
Walaupun seluruh bumi itu Kana, penuh dengan orang-orang yang lemah dan rapuh, Tuhan justru datang kepada mereka. Kedatangan Tuhan di Kana melambangkan kedatangan-Nya di dunia yang penuh dengan orang-orang lemah dan rapuh. Walaupun kita ini seperti buluh, lemah dan rapuh, justru Tuhan datang menjumpai kita dalam kebangkitan. Tidak hanya itu, Alkitab juga mencatat bahwa Kana berada di daerah Galilea. Galilea adalah tempat yang diremehkan. Jadi, Galilea melambangkan kondisi dunia yang bobrok, sebagaimana situasi dunia hari ini. Namun jangan berkecil hati, Tuhan justru mau datang menemui kita yang tinggal di dalam dunia yang demikian.
Ketika Tuhan datang menjumpai kita, hal apakah yang pertama kali akan Dia lakukan? Dia akan mengubah maut menjadi hayat. Di dalam dunia yang bobrok ini, tidak ada yang lain kecuali maut. Karena pengaruh mautlah, orang-orang di bumi ini menjadi begitu lemah dan rapuh. Tetapi puji Tuhan, Dia datang untuk mengubah maut menjadi hayat! Dosa, keduniawian, hawa nafsu, kesenangan duniawi, semuanya bercitarasa maut. Setiap kali kita menyentuh hal-hal itu, di dalam batin kita langsung gelap, roh kita pun segera padam. Namun, kita harus tahu bahwa Tuhan sanggup mengubah maut menjadi hayat. Yang kita perlukan adalah berseru kepada-Nya, mengundang Dia masuk ke dalam kehidupan kita. Demikian, di dalam kita segera terbitlah hayat.

No comments: