Pembacaan Alkitab: Gal. 6:15-16
Dalam ketiga pasal pertama Kitab Galatia kita nampak Kristus
diwahyukan di dalam kita (1:15-16), Kristus hidup di dalam kita (2:20), dan
Kristus dikenakan di atas kita (3:27). Jadi, Kristus adalah isi batin kita dan
juga ekspresi lahir kita. Selain itu, kita semua adalah “anak-anak Allah
melalui iman di dalam Yesus Kristus” (3:26), dan Roh Anak Allah telah
diutus ke dalam hati kita (4:6). Terpujilah Tuhan karena kita sekarang adalah
anak-anak Allah! Selaku anak-anak Allah kita perlu suatu kehidupan dan perilaku
oleh Roh itu untuk mengekspresikan segala pekerti-Nya. Kita juga perlu
kehidupan dan perilaku oleh Roh jenis yang lain, yakni kehidupan menurut kaidah
atau prinsip tertentu, yang membawa kita kepada sasaran penggenapan kehendak
Allah. Jika kita memiliki kehidupan oleh Roh jenis kedua ini, kita akan tidak
hanya menjadi anak-anak Allah, tetapi juga menjadi satu ciptaan baru dan Israel
milik Allah. Kita perlu memperhidupkan ciptaan baru dan menjadi Israel milik
Allah yang baru. Untuk memperhidupkan suatu ciptaan baru dan hidup sebagai
Israel Allah, kita perlu memiliki kehidupan jenis kedua. Kita perlu hidup
secara teratur sesuai dengan prinsip-prinsip mendasar dari ekonomi Allah.
Menurut 6:15-16, kehidupan oleh Roh jenis kedua sangat erat
hubungannya dengan ciptaan baru. Ayat 15 menyatakan, “Sebab bersunat atau
tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada
artinya.” Ayat 16 selanjutnya membicarakan tentang hidup oleh “patokan
ini”. Di sini, patokan adalah kaidah ciptaan baru. Ciptaan baru ini sama dengan
Israel milik Allah yang juga disebut dalam ayat 16.
Perbedaan antara ciptaan lama dengan ciptaan baru ialah: dalam
ciptaan lama Allah tidak ditambahkan ke dalam manusia, tetapi dalam ciptaan
baru Allah telah disalurkan ke dalam umat pilihan-Nya. Tidak peduli bagaimana
baiknya Adam sebelum kejatuhan, Allah belum ditambahkan ke dalamnya. Memang
Adam itu baik, namun ia tidak memiliki unsur ilahi dalam batinnya. Ia hanya
ciptaan lama, yaitu ciptaan yang tanpa unsur Allah.
Kita boleh mengibaratkan ciptaan lama ini seperti segelas air
putih dan ciptaan baru seperti segelas air teh. Air teh terbuat dari campuran
daun teh dengan air putih. Memang air dalam gelas itu mungkin saja air yang
murni, tetapi di dalamnya tidak ada unsur teh. Ini mengilustrasikan fakta bahwa
sekalipun ciptaan lama itu murni, di dalamnya tetap tidak ada
unsur Allah. Hanya setelah unsur Allah tertambah ke dalam ciptaan-Nya dan
berbaur dengannya, barulah ciptaan ini menjadi ciptaan baru. Karena Allah,
“teh” surgawi, telah ditambahkan ke dalam kita, maka kita bukan lagi air putih
ciptaan lama, melainkan “air teh” ciptaan baru. Boleh dikatakan, kita telah
“diubah menjadi teh”. Dengan ungkapan lain, kita boleh mengatakan bahwa kita
telah “diubah menjadi Allah”. Allah telah tertambah ke dalam kita untuk berbaur
dengan kita dan meresapi kita, dan karenanya menjadikan kita manusia-Allah.
Kedambaan Allah bukan hanya memiliki seorang manusia yang baik atau yang murni,
kehendak-Nya adalah memiliki seorang manusia-Allah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 42
No comments:
Post a Comment