Hitstat

22 September 2012

Galatia - Minggu 23 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Gal. 6:15-16


Tidak peduli kita bangsa apa, kita semua, sadar atau tidak sadar, telah berpegang pada prinsip-prinsip tertentu. Kita semua memiliki prinsip-prinsip dasar atau kaidahkaidah dasar kita sendiri. Sebagai contoh, mungkin kita mengikuti prinsip menjadi orang yang selalu ramah dan tidak pernah marah. Misalkan seorang saudari yang belum menikah yang tinggal di perumahan saudari, mempunyai prinsip yang demikian untuk mengatur kehidupan sehariharinya. Andaikata ia marah, ia akan sangat menyesal. Boleh jadi ia akan menangis karena gagal mengamalkan salah satu prinsip dasarnya itu.

Ciptaan baru haruslah menjadi prinsip dasar kita, kaidah dasar kita. Anak Allah berikut hayat dan sifat ilahi tinggal di dalam kita menjadi kenikmatan kita. Sebagai akibatnya, kita sekarang memiliki unsur ilahi, bahkan memiliki Allah yang telah melalui proses itu sendiri di dalam kita. Mengambil unsur ini sebagai prinsip dasar kita dan hidup menurutnya adalah suatu perbedaan yang amat besar!

Alkitab tidak mengajar kita mencari bantuan Roh Kudus untuk berperilaku sebagai makhluk ciptaan Allah yang wajar. Berdasarkan wahyu Alkitab, kehendak Allah ialah menjadikan kita anak-anak-Nya. Dalam penciptaan Allah atas umat manusia, Allah telah membuat persiapan seperlunya demi mencapai sasaran-Nya. Ia menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya. Ia merancang dan menciptakan manusia seperti sebuah wadah untuk menampung Dia sendiri. Karena kita jatuh, Allah mengutus Putra-Nya untuk menebus kita. Ketika kita percaya kepada Kristus, Allah mengutus Roh Putra-Nya masuk ke dalam kita untuk melahirkan kita kembali dan menjadikan kita anak-anak-Nya. Sekarang Roh itu, perampungan sempurna dari Allah Tritunggal, tinggal di dalam roh kita untuk bekerja, bergerak, bertindak, dan mengurapi kita, agar kita dapat sepenuhnya menjadi anak-anak Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita harus hidup menurut Roh, menerima Roh sebagai kaidah dasar kita, prinsip dasar kita. Hidup oleh Roh sedemikian ini berarti hidup menurut prinsip-prinsip dasar.

Kita tidak boleh mengambil standar etika atau tuntutan agama menjadi prinsip kita. Sebaliknya, prinsip dasar kita seharusnya adalah ciptaan baru, keputraan ilahi berikut hayat dan sifat Allah. Hari demi hari, kita harus mengambil keputraan, ciptaan baru, sebagai prinsip dasar kita serta hidup berdasarkan hal-hal itu. Jika kita berbuat demikian, kita akan bertumbuh di dalam keputraan Allah menuju kedewasaan. Dengan demikian, pada suatu hari kita akan berada dalam kemuliaan, dan Allah akan terpancar keluar dari dalam kita. Dengan cara demikianlah kita akan menjadi satu ekspresi korporat Allah Tritunggal yang luas dan universal. Itulah yang akan menjadi kesempurnaan keputraan ilahi. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mempraktekkan hidup menurut keputraan ini sebagai prinsip dasar kita, kaidah dasar kita. Puji Tuhan, kita bisa hidup secara demikian.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 46

No comments: