Setelah kita dilahirkan dari Allah menjadi anak-anak Allah, kita
wajib hidup sebagai anak-anak Allah menurut Roh. Dalam Roma 8 Paulus tidak
mengatakan perkara-perkara seperti kerendahan hati, kesetiaan, atau
kejujuran. Di sini ia tidak memperhatikan masalah pekerti-pekerti insani.
Sebaliknya, ia menyuruh kita hidup menurut Roh. Semua yang dipimpin oleh Roh
itu adalah anak-anak Allah. Hidup sebagai anak-anak Allah bukanlah perkara
memiliki pekerti-pekerti tertentu, tetapi sepenuhnya merupakan masalah hidup
menurut Roh. Tentu saja, kalau kita hidup menurut Roh,
pasti akan ada hasil atau akibat tertentu yang timbul dalam kehidupan kita.
Namun demikian, titik berat dalam Roma 8 bukan pada akibatnya, melainkan pada
sifat anak-anak Allah. Selaku orang-orang yang telah dilahirkan dari Allah,
janganlah hendaknya kita berupaya membina atau memupuk pekerti-pekerti
tertentu. Sebaliknya, kita wajib berupaya untuk hidup oleh Roh.
Agama mengajar orang bagaimana berperilaku, tidak mengajarkan
bagaimana hidup oleh Roh. Menurut Alkitab, kita tidak seharusnya berusaha
memperbaiki perilaku, melainkan harus hidup oleh Roh. Kita telah dilahirkan
dari Roh. Sekarang kita wajib menerima anugerah untuk hidup oleh Roh. Andaikata
suami atau istri Anda menyinggung Anda, hiduplah oleh Roh. Jangan berusaha
menekan temperamen Anda, atau memaksa diri Anda untuk bersabar. Itu semua hanya
perilaku luaran. Pada saat itu Anda hanya perlu menggunakan roh Anda untuk
hidup menurut Roh. Jangan berkata kepada diri sendiri, “Aku harus hidup dan
berperilaku dengan pola yang sesuai dengan kehidupan gereja. Kalau aku
melampiaskan amarahku, aku akan dipermalukan, karena itu aku harus menekan
amarahku dan berperilaku secara wajar.” Ini bukan ekonomi Allah, ini tidak lain
adalah agama dan etika. Ekonomi Allah ialah menjadikan kita anak-anak-Nya
secara sejati dan riil. Untuk ini, kita harus hidup menurut Roh.
Jika kita hidup oleh Roh, Allah akan dapat memiliki banyak anak
yang dewasa. Anak-anak ini juga akan menjadi ahli-ahli waris untuk mewarisi
segala kekayaan Allah. Bila kita ingin menjadi ahli-ahli waris, haruslah kita
menjadi anak-anak yang dewasa penuh. Kita ingin menekankan fakta bahwa kita
sedang diserupakan dengan gambar Putra Allah, bukan dengan praktek-praktek
tertentu yang mungkin terdapat di antara kaum saleh dalam kehidupan gereja.
Saya agak prihatin kalau-kalau kaum saleh menjadi serupa dengan kehidupan
gereja bukan menjadi serupa dengan gambar Putra Allah. Ada beberapa orang saleh
mungkin telah mengalami banyak perubahan, tetapi perubahan-perubahan itu
mungkin bukan suatu perubahan yang riil, yaitu suatu perubahan hayat yang
metabolis. Mungkin itu hanya perubahan lahir yang merupakan penyerupaan dengan
cara hidup tertentu, yang biasa ditampilkan di antara kaum saleh dalam
kehidupan gereja. Allah tidak menghendaki perubahan semacam itu. Ia menghendaki
suatu perubahan riil yang terjadi dalam batin kita, sehingga kita boleh menjadi
serupa dengan gambar yang hidup dari Putra Allah. Untuk terjadinya perubahan
yang demikian, kita perlu hidup di dalam Roh itu, oleh Roh, dan
menurut Roh.
Puncak Perjanjian Baru ialah Roh itu. Kehidupan, perilaku, dan
tindak tanduk kita semuanya harus menurut Roh. Apabila kita hidup menurut Roh,
baru kita benarbenar sebagai anak-anak Allah, dan dari hari ke hari kita akan
diserupakan dengan gambar Putra-Nya. Inilah yang diinginkan Allah pada hari
ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 44
No comments:
Post a Comment