Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:3-4
Doa baca: 1 Petrus 1:4
Untuk menerima warisan
yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang
tersimpan di surga bagi kamu.
Dalam 1:3-4 Petrus melanjutkan
perkataannya, "Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar
telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara
orang mati, kepada pengharapan yang hidup, untuk menerima warisan yang tidak
dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di
surga bagi kamu" (Tl.). Ini menunjukkan bahwa pengharapan yang
hidup adalah warisan dan warisan adalah pengharapan yang hidup.
Pengharapan yang hidup adalah pengharapan hayat. Secara khusus
itu adalah pengharapan akan hidup yang kekal. Hayat adalah sumber pengharapan. Sebagai
contoh, seorang anak kecil memiliki hayat manusia. Karena dia mempunyai hayat
maka orang tuanya penuh dengan pengharapan bahwa dia akan bertumbuh. Ketika
lahir, berat badannya hanya beberapa kilogram, tetapi ibunya mengharapkan dia
bertumbuh menjadi seorang yang dewasa. Pengharapan ibunya adalah pengharapan
hayat.
Orang mati tidak memiliki pengharapan. Meskipun demikian,
jika hayat dapat disalurkan ke dalam orang yang mati, dia akan memiliki pengharapan
bahwa setiap anggota dari tubuh jasmaninya akan dihidupkan. Dalam prinsipnya,
hal yang sama dapat diterapkan pada kelahiran kita kembali. Sebelum kita dilahirkan
kembali, kita mati dan tanpa pengharapan. Tetapi hayat ilahi yang telah
ditaburkan ke dalam kita penuh dengan pengharapan, penuh dengan pengharapan
hayat.
Pengharapan hayat adalah kenikmatan atas hayat yang kekal.
Kenikmatan ini bukan hanya bagi masa yang akan datang, melainkan untuk kita
alami hari ini. Sejak saya mengenal hayat yang kekal, saya juga mulai menikmati
pengharapan yang hidup. Menikmati pengharapan yang hidup adalah menikmati hayat
yang kekal. Hayat yang kekal ini memungkinkan kita berubah. Selain itu,
kenikmatan atas hayat yang kekal adalah manifestasi (penyataan) pengharapan
hayat. Tentunya, kenikmatan yang penuh atas hayat yang kekal akan terjadi pada
masa yang akan datang. Tetapi hari ini kita bisa mencicipinya. Pada masa yang
akan datang kita akan menikmatinya sepenuhnya. Namun baik pencicipan maupun penikmatan
penuh adalah penyataan dari pengharapan hayat ini. Karena itu, pengharapan ini sesungguhnya
adalah kenikmatan atas hayat kekal.
Sekarang kita perlu menanyakan, bagaimana pengharapan
yang hidup ini dapat juga menjadi warisan kita. Ketika seorang anak dilahirkan,
dia menerima hayat manusia. Pada masa yang akan datang anak kecil ini akan
menikmati banyak hal. Segala hal yang akan dia nikmati di masa yang akan datang
terhitung sebagai warisan. Setiap manusia menerima banyak hal yang berkaitan
dengan hidup manusia sebagai suatu warisan. Kelahiran memberikan hak atas
warisan ini.
Dalam 1:4 Petrus memberikan gambaran tiga ganda dari warisan
kita. Dia mengatakan bahwa warisan ini tidak dapat binasa, tidak dapat cemar,
dan tidak dapat layu. Saya percaya bahwa gambaran tiga ganda ini mengacu kepada
Allah Tritunggal. Kata "tidak dapat binasa" mengacu kepada sifat dari
warisan ini. Ini adalah sifat Allah, yang dilambangkan dengan emas. "Tidak
dapat cemar" menggambarkan keadaan warisan ini. Keadaan ini berkaitan dengan
Roh yang menguduskan. "Tidak dapat layu" mengacu kepada ekspresi dari
warisan ini. Warisan ini memiliki kemuliaan yang tidak layu. Dalam pasal 5
Petrus berbicara tentang mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. Ungkapan
kekal yang ditunjukkan oleh perkataan "tidak dapat layu" adalah Putra
sebagai ekspresi dari kemuliaan Bapa. Karena itu, di sini kita memiliki sifat
Bapa yang tidak dapat binasa, kuasa pengudusan Roh itu untuk menjaga warisan itu
dalam keadaan yang tidak tercemar, menjaganya tetap kudus, bersih, dan murni,
dan juga Putra sebagai ekspresi kemuliaan yang tidak dapat layu. Karena itu,
gambaran warisan kita juga adalah gambaran Allah Tritunggal.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 4
No comments:
Post a Comment