Pembacaan Alkitab: 2 Yoh. 1-2
Doa baca: 2 Yoh. 2
Oleh karena kebenaran yang tetap di dalam kita dan
akan menyertai kita sampai selama-lamanya.
Rasul Yohanes, seperti Petrus, adalah penatua dalam
gereja di Yerusalem sebelum kota itu dihancurkan pada tahun 70 M (Gal. 2:9; 1 Ptr.
5:1). Menurut sejarah, setelah kembali dari pembuangannya, Yohanes tinggal di Efesus
untuk merawat gereja-gereja di Asia. Karena itu, boleh jadi dia juga adalah penatua
dalam gereja di Efesus, tempat dia menulis surat ini.
Dalam ayat 1 Yohanes berbicara tentang mengasihi
dalam kebenaran. Menurut Yohanes, pemakaian kata tentang kebenaran, khususnya dalam
Injilnya, kata dalam ayat ini mengacu kepada realitas ilahi yang terwahyukan — Allah
Tritunggal yang disalurkan ke dalam manusia dalam Putra, Yesus Kristus — menjadi
kesejatian dan ketulusan manusia, agar manusia dapat menempuh hidup yang sesuai
dengan terang ilahi (Yoh. 3:19-21) dan menyembah Allah, menurut apa adanya Allah,
dan menurut apa yang Allah cari (Yoh. 4:23-24). Inilah kebajikan Allah (Rm. 3:7;
15:8), menjadi kebajikan kita, yang dengannya kita bisa mengasihi kaum beriman.
Inilah kesungguhan, kebenaran, ketulusan, kejujuran, kepercayaan, dan kesetiaan
dari Allah sebagai satu kebajikan ilahi dan insani sebagai kebajikan manusia (Mrk.
12:14; 2 Kor. 11:10; Flp. 1:18; 1 Yoh. 3:18), dan sebagai hasil dari realitas ilahi
(3 Yoh. 1). Dalam kebenaran semacam inilah, Rasul Yohanes, yang tinggal dalam realitas
ilahi Allah Tritunggal, mengasihi orang yang menerima suratnya. Inilah petunjuk
dari penggunaan pertama “kebenaran” dalam ayat ini.
Apakah realitas ilahi yang dinikmati Yohanes? Realitas
ini adalah Allah Tritunggal. Penulis surat ini menikmati Allah Tritunggal dalam
Putra sebagai realitas ilahinya. Hasil dari kenikmatan atas realitas ini, yang adalah
Allah Tritunggal dalam Kristus, adalah ketulusan hati. Ketulusan hati atau kesetiaan
ini, sebenarnya adalah satu kebajikan Allah. Ketika kita menikmati Allah sebagai
realitas kita, kebajikan ilahi-Nya menjadi kebajikan insani kita, dan kebajikan
insani ini adalah ketulusan hati, kesetiaan.
Pengertian tentang mengasihi dalam kebenaran ini
berdasar pada apa yang diwahyukan dalam Surat 1 Yohanes. Dalam surat itu Yohanes
menyatakan bahwa kita harus saling mengasihi dengan Allah sendiri sebagai kasih.
Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8, 16). Ketika kita menikmati Allah sebagai kasih,
hasil dari kasih ini adalah satu kasih yang dengannya kita mengasihi orang lain.
Bila kita mengasihi orang lain dengan kasih yang dihasilkan dari kenikmatan kita
atas Allah sebagai kasih, kasih kita akan berada dalam ketulusan hati. Ketulusan
hati ini bukanlah kebajikan insani kita, melainkan hasil dari kenikmatan kita atas
realitas ilahi.
Ketika kita membahas apa yang dimaksud Yohanes
dalam ayat 1 dengan mengasihi dalam kebenaran, kita diingatkan bahwa mengenal Alkitab
bukanlah satu perkara yang dangkal. Khususnya, tidaklah cukup mengenal Surat Yohanes
secara dangkal. Hanya bila kita masuk ke kedalaman surat ini, kita baru dapat mengetahui
maksud penulisnya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat 2 Yohanes, Berita
1
No comments:
Post a Comment