Pembacaan Alkitab: Yud. 3
Doa baca: Yud. 3
Saudara-saudaraku yang terkasih, sementara aku
bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita
bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati
kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah
disampaikan kepada orang-orang kudus.
Iman (kepercayaan) dalam ayat 3 bukan iman subjektif sebagai tindak percaya kita, melainkan
iman objektif sebagai kepercayaan kita, mengacu kepada hal-hal yang kita percayai,
isi Perjanjian Baru sebagai iman kita (Kis. 6:7; 1 Tim. 1:19; 3:9; 4:1; 5:8; 6:10,
21; 2 Tim. 3:8; 4:7; Tit. 1:13), yang dalamnya kita percaya demi keselamatan kita
bersama. Iman ini (bukan doktrin apa pun) telah disampaikan sekali untuk selamanya
kepada orang-orang kudus. Untuk iman ini, kita harus berjuang sungguh-sungguh (1
Tim. 6:12).
Dalam Perjanjian Lama, Allah memberi Abraham sebuah
janji. Kemudian, melalui Musa, Allah memberikan hukum Taurat kepada umat Israel.
Dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa ketika Tuhan Yesus datang, anugerah pun datang
(1:17). Di sini kita memiliki tiga hal penting: janji, hukum Taurat, dan anugerah.
Beberapa guru Alkitab menyebutnya: zaman janji, zaman hukum Taurat, dan zaman anugerah.
Untuk memahami kebenaran dalam Perjanjian Baru,
kita perlu melihat bahwa Allah mula-mula memberikan janji kepada Abraham. Kita boleh
mengatakan bahwa janji ini merupakan “jalan utama” dari perlakuan Allah terhadap
manusia. Tetapi karena ketidaktahuan dan ketidakpercayaan umat pilihan Allah, Allah
perlu memberikan hukum Taurat kepada umat Israel. Dalam Kitab Galatia, Paulus menyamakan
hukum ini dengan Hagar, gundik Abraham, bukan Sara, istri Abraham (Gal. 4:21-25).
Ini berarti Hagar merupakan satu tipe, atau pralambang dari hukum Taurat. Karena
itu, posisi hukum Taurat bukan sebagai istri, melainkan sebagai gundik. Sekarang
dalam Perjanjian Baru Allah memberi kita kepercayaan sebagai pengganti hukum Taurat.
Iman yang Allah berikan memiliki aspek subjektif
dan aspek objektif. Aspek subjektif menyangkut tindakan percaya kita, sedang aspek
objektif menyangkut hal-hal yang kita percayai. Iman dalam ayat 3 bukan ditujukan
kepada kemampuan kita untuk percaya, melainkan mengacu kepada apa yang kita percayai.
Jadi, iman ini mengacu kepada isi Perjanjian Baru.
Iman dalam pengertian objektif sama dengan isi
dari kehendak Allah yang diberikan kepada kita dalam Perjanjian Baru. Hukum Taurat
meliputi isi dari Kesepuluh Perintah Allah dan semua peraturannya. Hukum Taurat
diberikan dalam Perjanjian Lama, tetapi yang Allah berikan dalam Perjanjian Baru
adalah iman yang mencakup semua butir yang baru dari kehendak Allah, yang juga meliputi
Allah Tritunggal. Namun, ini tidak meliputi perkara-perkara seperti penudungan kepala,
pembasuhan kaki, atau berbagai cara baptisan. Meskipun demikian, sebagian kaum beriman
yang berjuang untuk hal-hal semacam itu mengira dirinya sedang berjuang untuk iman.
Ini bukan pemahaman yang benar dengan maksud Yudas tentang berjuang untuk iman yang
telah disampaikan sekali untuk selamanya kepada orang-orang kudus.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Yudas, Berita 1
No comments:
Post a Comment