Pembacaan
Alkitab: Mat. 16:1-12
Doa baca: “Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak
mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari surga
kepada mereka.” (Mat. 16:1)
Tuhan
Yesus datang sebagai roti untuk diterima oleh orang-orang dosa sehingga mereka
dapat dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah dan diubah menjadi orang yang
layak untuk memakan Kristus secara korporat. Sekalipun hal ini ajaib, ada pula
bahaya yang berupa ragi agama yang datang dari umat beragama. Di kalangan
kekristenan kaum agamawan sangat dihormati. Di balik kedok agama, mereka
membawakan beberapa masalah yang merusak dan menghancurkan perkara Allah. Sebab
itu, kita harus belajar waspada terhadap ragi pada saat kita menikmati Kristus
sebagai roti surgawi kita. Ragi ini selalu datang dari agama, dari orang Farisi
dan Saduki. Sesuatu yang agamis mungkin mengandung ragi di dalamnya. Ragi orang
Farisi dan Saduki adalah ajaran mereka (16:12). Dalam kekristenan hari ini terdapat
ajaran demi ajaran, yang kelihatannya membantu orang. Tidak seorang pun mau
memberi tahu Anda bahwa ajaran yang akan ia berikan kepada Anda dapat merusak
atau menyesatkan Anda. Sebaliknya, setiap orang yang datang dengan sesuatu
ajaran tentu berlagak bahwa ajarannya itu baik dan berguna. Tetapi kita perlu
mengetahui bahwa ragi sering kali terselubung di bawah kedok ajaran agama.
Kristus
itulah roti surgawi yang diutus oleh Allah dan dari Allah. Namun ragi ialah
sesuatu yang diutus Iblis dan dari Iblis. Jadi Allah memberikan roti, sedangkan
musuh Allah memberikan ragi. Allah berusaha menaruh Kristus ke dalam umat-Nya,
tetapi musuh berupaya memasukkan ragi ketika umat Allah menerima Kristus.
Prinsip ini jelas ada dalam kekristenan tertentu hari ini. Oh! Betapa kita
harus waspada terhadap setiap macam ragi! Tidaklah mudah menentukan adanya ragi
yang tersembunyi dalam roti, yaitu dalam praktik agama hari ini. Karena itu
perlu kembali kepada-Nya, sang Roti surgawi kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 47
No comments:
Post a Comment