Pembacaan Alkitab: Mat.
17:24-26
Doa baca: “Jawab
Petrus: 'Dari orang asing!' Maka kata Yesus kepadanya: 'Jadi bebaslah rakyatnya.'”
(Mat. 17:26)
Ayat 25-26 berkata, “Ketika Petrus masuk rumah, Yesus
mendahuluinya dengan pertanyaan, 'Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah
raja-raja dunia ini memungut bea atau pajak? Dari rakyatnya atau dari orang
asing?' Jawab Petrus, 'Dari orang asing.' Lalu kata Yesus kepadanya, 'Jadi,
bebaslah rakyatnya.'” Pemungut pajak datang kepada Petrus, sebab ia orang
yang sangat menonjol, seperti “hidung” pada wajah kita. Ketika gereja mengalami
ujian, “si hidung” adalah bagian yang terkena luka lebih dulu sebab dialah yang
pertama-tama terbentur.
Karena terlalu menonjol,
maka Petrus terlibat dalam kesulitan. Setelah berkata kepada pemungut cukai
bahwa Tuhan Yesus membayar dua dirham, Petrus masuk ke dalam rumah. Tetapi
sebagaimana dikatakan dalam ayat 25, Yesus “mendahuluinya”.
Petrus sangat cepat, tetapi Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, Dia tidak
memberinya kesempatan untuk berbicara. Di atas gunung Petrus diutus oleh suara
dari surga, dan di rumah ia dihentikan oleh Tuhan. Petrus telah berbicara
dengan sembrono. Karena itu, Tuhan menghentikan dia dan mengoreksinya sebelum
dia mulai berbicara kepada-Nya. Tuhan bertanya kepada Petrus, apakah raja-raja
di dunia ini memungut pajak dari anak-anak mereka atau dari orang asing.
Anak-anak raja selalu bebas
dari membayar bea atau pajak. Dua dirham itu dibayar oleh umat Allah untuk
bait-Nya. Karena Kristus adalah Anak Allah, Dia bebas dari membayar pajak itu.
Ini berlawanan dengan jawaban Petrus mengenai perkara ini. Petrus telah
menerima wahyu tentang diri Kristus sebagai Anak Allah (16:16-17) dan telah
melihat visi tentang Anak Allah (17:5). Kini dalam penerapan apa yang telah
dilihatnya, dia diuji oleh pertanyaan pemungut pajak. Dari jawabannya dia gagal
karena dia melupakan wahyu yang telah diterimanya dan visi yang telah
dilihatnya. Dia lupa bahwa Tuhan adalah Anak Allah, tidak perlu membayar pajak
bagi rumah Bapa-Nya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 50
No comments:
Post a Comment