Hitstat

12 March 2018

Matius - Minggu 24 Senin



Pembacaan Alkitab: Mat. 15:21-28
Doa baca: “Kata perempuan itu: ‘Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.’” (Mat. 15:27)


Dalam ayat 15, segera setelah perdebatan mengenai pembasuhan tangan, terdapat catatan tentang mendapatkan rawatan dari Yesus (15:21-28). Ketika Anda membaca pasal 15, Anda mungkin tidak menemukan hubungan ayat 1-20 dengan ayat 21-28. Tetapi sebenarnya kedua bagian ini sejajar. Dalam naskah asli Alkitab, tidak ada alinea-alinea atau ayat-ayat, sebab itu bagian kedua merupakan kelanjutan langsung dari bagian pertama. Maksudnya hendak menunjukkan bahwa apa yang Tuhan kehendaki bukan pembasuhan tangan (membasuh secara lahiriah). Dia menghendaki kita menerima Dia masuk melalui makan Dia. Tak peduli seberapa banyak kita membasuh tangan kita, kita akan tetap lapar. Tuhan tidak memperhatikan pembasuhan tangan. Lahiriah Anda kotor atau tidak, tidak berarti apa-apa bagi-Nya. Masalah sesungguhnya bagi Tuhan ialah rasa lapar Anda dipuaskan. Dalam pasal ini kita nampak bahwa yang dipersoalkan Tuhan bukan praktik lahiriah, melainkan kondisi batiniah. Kita tidak seharusnya hanya membasuh kenajisan secara lahiriah, sebaliknya kita perlu dibersihkan dari dalam.

Agar dibersihkan dari dalam, sesuatu harus masuk ke dalam kita, dan satu-satunya jalan agar hal ini bisa terlaksana ialah dengan makan. Sebagai makanan yang bergizi, Tuhan Yesus adalah unsur pembersih yang terbaik. Ketika Ia masuk ke dalam kita sebagai makanan, Ia tidak hanya memberi kita gizi, tetapi juga membersihkan kita secara batiniah. Ia tidak membasuh tangan kita, Ia membasuh susunan kita dan apa adanya kita. Masalah pembasuhan batiniah melalui makan Yesus ini merupakan rantai yang menghubungkan kedua bagian pertama pasal 15. Dalam agama hari ini apa yang diajarkan kebanyakan sejenis pembasuhan tangan. Namun, apa yang orang-orang perlukan bukan pembasuhan lahiriah, melainkan pembasuhan batiniah, pembasuhan dalam hayat dan sifat.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 46

No comments: