Pembacaan Alkitab: Ef.
4:24
Dalam ayat 17 Paulus menyuruh kita
“jangan hidup lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan
pikirannya yang sia-sia.” Orang yang hidup demikian adalah yang “pengertiannya
gelap, jauh dari hayat Allah karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan
karena kekerasan hati mereka” (ayat 18. Tl.). Ada kemungkinan seorang yang
telah beroleh selamat, seorang yang telah memiliki hayat Allah, masih hidup
dalam pikiran yang sia-sia. Sebagai contoh, beberapa orang mungkin berbelanja
dalam pikiran yang sia-sia dan mereka jauh atau terpisah dari hayat Allah.
Mungkin yang lainnya pergi ke Chinatown dan terpisah pula dari hayat Allah.
Ketika mereka duduk di restoran menikmati masakan China, mereka akan merasa
terpisah dengan hayat Allah, sebab mereka hidup sesuai dengan cara hidup yang
lama. Karena isolasi yang terdapat di batin mereka, mereka tidak dapat
merasakan aliran listrik surgawi. Setiap kali kita beralih kepada cara
kehidupan yang lama, batin kita spontan akan merasa gelap dan terpisah dari
hayat Allah. Jika kita terus-menerus hidup menurut cara hidup yang dulu,
akhirnya kita akan menjadi kehilangan perasaan dan kebal. Perasaan kita bahkan
mungkin akan berhenti (tumpul), karena kita tidak memperhatikan hati nurani
kita.
Hidup gereja memang suatu kehidupan
komunitas. Tetapi ini adalah satu kehidupan komunitas yang sama sekali berbeda
dengan yang dimiliki manusia lama. Kehidupan komunitas manusia baru ini adalah
yang serba baru atas setiap hal.
Hidup gereja bukan satu masalah
benar atau salah, melainkan masalah Kristus yang hidup. Anda mungkin berdebat
bahwa tidak ada salahnya Anda pergi berbelanja di suatu pusat perbelanjaan.
Anda mungkin bersikeras bahwa hal itu tidak bersifat dosa. Mungkin kenyataannya
memang hal itu tidak ada salahnya, tetapi hal itu menyebabkan Anda gelap dan
terpisah dari hayat Allah.
Dalam ayat 24 Paulus berkata bahwa
manusia baru diciptakan menurut Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya. Kesungguhan ini tidak diragukan ialah kesungguhan yang nyata
dalam Yesus itu. Standar kehidupan kita tidak seharusnya menurut hukum Taurat
atau masyarakat, melainkan menurut kebenaran yang nyata di dalam Yesus, yaitu
realitas yang diperhidupkan oleh Yesus ketika Dia ada di bumi. Jadi, kehidupan
Yesus seharusnya menjadi kehidupan kita dalam gereja. Dengan kata lain,
kehidupan manusia baru seharusnya persis serupa dengan kehidupan Yesus. Cara
Yesus hidup di bumi itulah cara hidup yang seharusnya dinyatakan oleh manusia
baru pada hari ini.
Menjelang akhir pasal 4 Paulus
berkata, “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan
kamu menjelang hari penebusan” (ayat 30. Tl.). Saya khawatir, dari hari ke hari
bahkan dari waktu ke waktu, banyak di antara kita yang mendukakan Roh Kudus
yang berhuni di batin. Kita mendukakan Dia karena kita tidak hidup menurut cara
hidup yang baru, melainkan kita hidup menurut pikiran yang sia-sia. Karena kita
tidak tinggal dalam roh pikiran, kita mendukakan Roh Kudus. Ini merupakan
petunjuk lebih lanjut bahwa manusia baru tidak hanya perlu penciptaan dan
pertumbuhan untuk dapat berfungsi, tetapi juga kehidupan sehari-hari yang riil
berikut cara hidup yang baru. Inilah hidup gereja.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 4, Berita 93
No comments:
Post a Comment