Pembacaan Alkitab:
Flp. 1:19-21
Kitab Wahyu menyebutkan ketujuh
Roh Allah (Wahyu 1:4; 4:5; 5:6). Ketujuh Roh Allah ini adalah ketujuh obor yang
menyala-nyala di hadapan takhta Allah dan juga ketujuh mata Anak Domba. Karena
Kitab Wahyu menyebut ketujuh Roh, kita harus bertanya Roh Allah itu satu atau
tujuh. Menurut matematika kita, satu itu satu, tujuh itu tujuh. Tetapi menurut
matematika Alkitab, ada satu pengertian bahwa tujuh itu satu, dan satu itu
tujuh. Satu Roh itu disebut tujuh Roh.
Menurut pengertian tradisional
tentang Trinitas, Bapa, Anak, dan Roh dianggap sebagai tiga persona yang
berbeda. Bahkan ada orang yang mempertahankan bahwa ketiganya adalah
persona-persona yang berbeda dan terpisah. Tetapi menurut Alkitab ketiganya ini
tak terpisahkan. Saya tidak tahu bagaimana orang-orang yang membela pengertian
yang tradisional itu tentang Trinitas menjelaskan Wahyu 5:6. Ayat tersebut
mengatakan kepada kita bahwa ketujuh Roh itu (persona yang ketiga) adalah tujuh
mata Anak Domba (persona yang kedua). Jika Anak dan Roh merupakan dua persona
yang terpisah, bagaimana mungkin ketujuh Roh menjadi mata Anak Domba? Dengan
perkataan lain, bagaimana mungkin satu persona dari Trinitas, Roh itu, menjadi
mata persona yang lain, Anak? Dalam pengertian tradisional tentang Trinitas
khususnya yang mengikuti Kredo Nicea, tidak ada tempat bagi “Roh itu”, Roh
majemuk, atau ketujuh Roh. Sebenarnya orang-orang yang berpegang pada tradisi
itu sangat picik, kerdil, dan terbatas dalam pengertian mereka, tetapi
orang-orang yang berpegang pada firman yang murni secara keseluruhan sangatlah
lapang dan meliputi semuanya.
Kita boleh menggunakan kata
persona untuk membicarakan tiga dari Allah Tritunggal itu. Namun, kita harus
hati-hati jangan terlampau menekankan kata tersebut.
Kita tidak merasa puas hanya
memiliki pengertian terhadap Roh Yesus Kristus secara doktrinal saja. Kita
harus maju terus untuk mengalami Roh itu, Roh majemuk, dan ketujuh Roh Allah.
Kita perlu lebih banyak lagi mengalami Roh pemberi-hayat yang almuhit dan
majemuk yang adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi segala
sesuatu bagi kita. Melalui Roh yang sedemikian inilah Paulus telah menderita
bagi ekonomi Allah dan sekaligus menikmati suplai yang limpah lengkap yang
meneguhkan dia dalam kebangkitan. Paulus adalah seorang pemenang bukan karena
ia mempunyai satu tekad yang kuat, melainkan karena ia mengalami dan menikmati
Roh almuhit dengan suplai-Nya yang limpah lengkap yang berhuni di dalamnya
sebagai segala sesuatunya. Paulus menyadari dalam pengalamannya bahwa Allah
Tritunggal sedang menggarapkan diri-Nya ke dalam dirinya. Semoga kita juga
mengalami dan menikmati Allah Tritunggal yang menyuplai kita dan menggarapkan
diri-Nya ke dalam kita sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit dan majemuk.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 5
No comments:
Post a Comment