Pembacaan Alkitab: Flp. 2:2, 5-9
Dalam berita terdahulu kita telah
membahas perihal permintaan Paulus kepada orang kudus di Filipi agar mereka
menyempurnakan sukacitanya. Permintaan ini tidak terbatas pada keempat ayat
pertama dalam pasal 2, tetapi mencakup 2:1-16, dan disimpulkan dengan perkataan
Paulus mengenai berpegang pada firman hayat, agar ia dapat bermegah pada hari
Kristus bahwa ia tidak percuma berlomba dan bersusah payah.
Untuk menyempurnakan sukacita
rasul tidak cukup dengan mengambil sikap yang wajar saja. Misalkan kaum beriman
Filipi bersikap sangat positif terhadap Paulus, menghormati, dan mengasihinya
dengan amat sangat, tetapi tidak menerima pesannya untuk mengalami Kristus.
Rasul masih tidak bisa senang, sekalipun sikap orang kudus itu secara pribadi
begitu baik terhadapnya. Satu-satunya hal yang dapat menyempurnakan sukacita
rasul ialah orang kudus menerima perkataannya untuk mengalami Kristus dengan
memadai dan normal.
Kecuali Kristus meresapi pikiran
kita dan menduduki pikiran kita, mustahillah kita dapat memikirkan hal yang
sama. Sesudah itu barulah kita dapat dengan spontan memikirkan hal yang sama,
bahkan memikirkan satu hal. Kalau kita tidak diresapi oleh Kristus sedemikian
ini, tidak ada dua orang, bahkan suami istri pun, yang dapat memikirkan hal
yang sama. Namun, permintaan dan pengharapan Paulus ialah agar seluruh gereja
di Filipi bisa memikirkan hal yang sama. Dia mohon kepada orang-orang di Filipi
agar jika mereka memiliki dorongan, penghiburan kasih, kasih mesra, dan belas
kasihan terhadapnya, mereka dapat menyempurnakan sukacitanya dengan memikirkan
hal yang sama. Tetapi, bagaimanakah sekelompok orang banyak itu bisa sepikir?
Sekali lagi kita tunjukkan bahwa hal ini hanya bisa terjadi bila kaum beriman
diduduki oleh Kristus dan membiarkan Dia meresapi seluruh diri mereka. Ketika
itu, dan hanya ketika itu, barulah kaum beriman memikirkan hal yang sama.
Dalam 2:5-8 Paulus menampilkan
Kristus sebagai teladan kita. Teladan ini tidak hanya obyektif, tetapi juga
subyektif. Di manakah Kristus yang menjadi teladan kita ini? Di surga, atau di
dalam kita? Ayat 9 menunjukkan dengan jelas bahwa Allah telah meninggikan
Kristus. Jadi tidak usah disangsikan bahwa sebagai teladan kita, Kristus berada
di surga. Dia telah ditinggikan ke puncak yang tertinggi di alam semesta,
tempat Allah bersemayam. Ini berkaitan dengan aspek obyektif dari teladan itu.
Tetapi, jika Kristus hanya berada di surga tingkat ketiga secara obyektif,
bagaimanakah kita bisa menerima-Nya sebagai teladan kita hari ini? Bagaimana
kita yang berada di bumi dapat mengikuti Dia yang telah ditinggikan dan yang
kini berada di surga? Itu mustahil. Untuk menerima Kristus sebagai teladan
kita, teladan ini bagi kita haruslah bersifat subyektif.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1,
Berita 10
No comments:
Post a Comment