Hitstat

26 September 2013

Filipi - Minggu 5 Kamis



Pembacaan Alkitab: Flp. 2:2, 5-9


Dalam berita terdahulu kita telah membahas perihal permintaan Paulus kepada orang kudus di Filipi agar mereka menyempurnakan sukacitanya. Permintaan ini tidak terbatas pada keempat ayat pertama dalam pasal 2, tetapi mencakup 2:1-16, dan disimpulkan dengan perkataan Paulus mengenai berpegang pada firman hayat, agar ia dapat bermegah pada hari Kristus bahwa ia tidak percuma berlomba dan bersusah payah.

Untuk menyempurnakan sukacita rasul tidak cukup dengan mengambil sikap yang wajar saja. Misalkan kaum beriman Filipi bersikap sangat positif terhadap Paulus, menghormati, dan mengasihinya dengan amat sangat, tetapi tidak menerima pesannya untuk mengalami Kristus. Rasul masih tidak bisa senang, sekalipun sikap orang kudus itu secara pribadi begitu baik terhadapnya. Satu-satunya hal yang dapat menyempurnakan sukacita rasul ialah orang kudus menerima perkataannya untuk mengalami Kristus dengan memadai dan normal.

Kecuali Kristus meresapi pikiran kita dan menduduki pikiran kita, mustahillah kita dapat memikirkan hal yang sama. Sesudah itu barulah kita dapat dengan spontan memikirkan hal yang sama, bahkan memikirkan satu hal. Kalau kita tidak diresapi oleh Kristus sedemikian ini, tidak ada dua orang, bahkan suami istri pun, yang dapat memikirkan hal yang sama. Namun, permintaan dan pengharapan Paulus ialah agar seluruh gereja di Filipi bisa memikirkan hal yang sama. Dia mohon kepada orang-orang di Filipi agar jika mereka memiliki dorongan, penghiburan kasih, kasih mesra, dan belas kasihan terhadapnya, mereka dapat menyempurnakan sukacitanya dengan memikirkan hal yang sama. Tetapi, bagaimanakah sekelompok orang banyak itu bisa sepikir? Sekali lagi kita tunjukkan bahwa hal ini hanya bisa terjadi bila kaum beriman diduduki oleh Kristus dan membiarkan Dia meresapi seluruh diri mereka. Ketika itu, dan hanya ketika itu, barulah kaum beriman memikirkan hal yang sama.

Dalam 2:5-8 Paulus menampilkan Kristus sebagai teladan kita. Teladan ini tidak hanya obyektif, tetapi juga subyektif. Di manakah Kristus yang menjadi teladan kita ini? Di surga, atau di dalam kita? Ayat 9 menunjukkan dengan jelas bahwa Allah telah meninggikan Kristus. Jadi tidak usah disangsikan bahwa sebagai teladan kita, Kristus berada di surga. Dia telah ditinggikan ke puncak yang tertinggi di alam semesta, tempat Allah bersemayam. Ini berkaitan dengan aspek obyektif dari teladan itu. Tetapi, jika Kristus hanya berada di surga tingkat ketiga secara obyektif, bagaimanakah kita bisa menerima-Nya sebagai teladan kita hari ini? Bagaimana kita yang berada di bumi dapat mengikuti Dia yang telah ditinggikan dan yang kini berada di surga? Itu mustahil. Untuk menerima Kristus sebagai teladan kita, teladan ini bagi kita haruslah bersifat subyektif.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 10

No comments: