Hitstat

21 September 2013

Filipi - Minggu 4 Sabtu




Pembacaan Alkitab: Flp. 1:27-30



Kemampuan-kemampuan jiwa kita boleh diibaratkan seperti senjata-senjata yang dipakai dalam peperangan. Kita perlu berjuang dengan senjata-senjata jiwa ini. Jangan mengira hanya di dalam roh saja sudah cukup. Tidak, kita juga perlu terlatih dalam pikiran, emosi, dan tekad. Pikiran kita harus dapat berpikir dengan dalam dan matang, emosi kita harus kaya dengan perasaan, dan tekad kita harus perkasa, barulah kita mempunyai senjata yang ampuh untuk berperang.

Problem kita ialah: jika tidak lemah dan tidak memakai kemampuan jiwa kita, kita berselisih dan saling bertengkar, tidak memerangi musuh. Orang-orang yang lemah itu mirip dengan ubur-ubur. Orang-orang yang demikian tidak saja tidak memiliki tulang punggung, mereka seolah-olah tidak punya tulang sama sekali. Karena ingin menjadi “rohani”, mereka selalu berperilaku baik, ramah, dan rendah hati, tidak pernah berjuang dengan jiwa mereka dalam iman Injil. Namun, ada juga orang-orang mungkin berperang dan berjuang, menggunakan pikiran, emosi, dan tekad. Tetapi dalam berperang mereka bertengkar; bukan memerangi musuh, melainkan memerangi orang kudus lainnya. Itulah alasan Paulus menyuruh kita berjuang dengan sejiwa. Kita harus berperang melawan musuh dengan sejiwa.

Berada dalam satu roh agak mudah, tetapi berjuang dengan sejiwa tidak begitu sederhana. Dalam roh kita ada hati nurani, persekutuan, dan intuisi. Fungsi-fungsi roh ini bukan penyebab problem. Penyebab problem antara kita dengan orang lain terdapat dalam jiwa. Pikiran kita mungkin brengsek, emosi kita mungkin bersifat merusak, dan tekad kita mungkin degil. Para saudari biasanya dirusuhi oleh “raksasa” emosi, sedang para saudara dirusuhi oleh dua “raksasa” — pikiran dan tekad. Kebanyakan orang sangat kuat dalam konsepsi dan kemauan. Mereka tidak suka mengikuti orang lain secara bodoh, tetapi selalu mempertahankan kehormatan dan harkat dirinya sendiri. Pada umumnya para saudari lebih banyak menggunakan emosi daripada tekad atau pikiran mereka. Akibatnya, mereka mudah sekali terharu oleh tangisan orang. Tak peduli bagaimana tingginya pendidikan yang ia terima, ia tetap seorang wanita, dan sering terpengaruh oleh emosinya. Baik saudari tua maupun muda, dalam hal ini sama. Sebab itu, problem kita terdapat dalam jiwa — dalam pikiran dan tekad bagi para saudara, dan dalam emosi bagi para saudari.

Kita benar-benar memerlukan nasihat Paulus untuk berjuang dengan sejiwa. Dalam peperangan dan perjuangan kita, kita perlu waspada terhadap pikiran, emosi, dan tekad kita. Kita perlu hati-hati terhadap pikiran, perasaan, dan keinginan kita. Jangan memberikan kesempatan kepada pikiran, tekad, dan emosi alamiah kita. Jangan biarkan semuanya itu mencampuri perjuangan kita yang kita lakukan dengan sejiwa. Kita yang berperang demi kepentingan Allah harus berada dalam satu roh, dan harus berjuang dengan sejiwa. Ini adalah cara kita yang lain untuk mengalami Kristus. Berdiri teguh berarti mengalami Kristus, berjuang bersama juga berarti mengalami Kristus. Marilah kita semua mengalami Kristus melalui berdiri teguh dalam satu roh, dan berjuang bersama dengan sejiwa.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 8

No comments: