Pembacaan Alkitab: Flp. 1:27-30
Kemampuan-kemampuan jiwa kita boleh
diibaratkan seperti senjata-senjata yang dipakai dalam peperangan. Kita perlu
berjuang dengan senjata-senjata jiwa ini. Jangan mengira hanya di dalam roh
saja sudah cukup. Tidak, kita juga perlu terlatih dalam pikiran, emosi, dan
tekad. Pikiran kita harus dapat berpikir dengan dalam dan matang, emosi kita
harus kaya dengan perasaan, dan tekad kita harus perkasa, barulah kita
mempunyai senjata yang ampuh untuk berperang.
Problem kita ialah: jika tidak lemah dan
tidak memakai kemampuan jiwa kita, kita berselisih dan saling bertengkar, tidak
memerangi musuh. Orang-orang yang lemah itu mirip dengan ubur-ubur. Orang-orang
yang demikian tidak saja tidak memiliki tulang punggung, mereka seolah-olah
tidak punya tulang sama sekali. Karena ingin menjadi “rohani”, mereka selalu
berperilaku baik, ramah, dan rendah hati, tidak pernah berjuang dengan jiwa
mereka dalam iman Injil. Namun, ada juga orang-orang mungkin berperang dan
berjuang, menggunakan pikiran, emosi, dan tekad. Tetapi dalam berperang mereka
bertengkar; bukan memerangi musuh, melainkan memerangi orang kudus lainnya.
Itulah alasan Paulus menyuruh kita berjuang dengan sejiwa. Kita harus berperang
melawan musuh dengan sejiwa.
Berada dalam satu roh agak mudah, tetapi
berjuang dengan sejiwa tidak begitu sederhana. Dalam roh kita ada hati nurani,
persekutuan, dan intuisi. Fungsi-fungsi roh ini bukan penyebab problem.
Penyebab problem antara kita dengan orang lain terdapat dalam jiwa. Pikiran
kita mungkin brengsek, emosi kita mungkin bersifat merusak, dan tekad kita
mungkin degil. Para saudari biasanya dirusuhi oleh “raksasa” emosi, sedang para
saudara dirusuhi oleh dua “raksasa” — pikiran dan tekad. Kebanyakan orang
sangat kuat dalam konsepsi dan kemauan. Mereka tidak suka mengikuti orang lain
secara bodoh, tetapi selalu mempertahankan kehormatan dan harkat dirinya
sendiri. Pada umumnya para saudari lebih banyak menggunakan emosi daripada
tekad atau pikiran mereka. Akibatnya, mereka mudah sekali terharu oleh tangisan
orang. Tak peduli bagaimana tingginya pendidikan yang ia terima, ia tetap
seorang wanita, dan sering terpengaruh oleh emosinya. Baik saudari tua maupun
muda, dalam hal ini sama. Sebab itu, problem kita terdapat dalam jiwa — dalam
pikiran dan tekad bagi para saudara, dan dalam emosi bagi para saudari.
Kita benar-benar memerlukan nasihat Paulus
untuk berjuang dengan sejiwa. Dalam peperangan dan perjuangan kita, kita perlu
waspada terhadap pikiran, emosi, dan tekad kita. Kita perlu hati-hati terhadap
pikiran, perasaan, dan keinginan kita. Jangan memberikan kesempatan kepada
pikiran, tekad, dan emosi alamiah kita. Jangan biarkan semuanya itu mencampuri
perjuangan kita yang kita lakukan dengan sejiwa. Kita yang berperang demi
kepentingan Allah harus berada dalam satu roh, dan harus berjuang dengan
sejiwa. Ini adalah cara kita yang lain untuk mengalami Kristus. Berdiri teguh
berarti mengalami Kristus, berjuang bersama juga berarti mengalami Kristus.
Marilah kita semua mengalami Kristus melalui berdiri teguh dalam satu roh, dan
berjuang bersama dengan sejiwa.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1,
Berita 8
No comments:
Post a Comment