Hitstat

19 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 6 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 2:4-6


Ayat 4 mengatakan, "Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak sehingga Ia mempercayakan Injil kepada kami, maka kami berbicara, bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan Allah yang menguji hati kita." Dipercayai oleh Allah berdasarkan perkenan-Nya, yang berasal dari pengujian-Nya. Rasul-rasul mula-mula diuji dan diperkenan oleh Allah, kemudian dipercayai (diserahi) Injil oleh-Nya. Jadi, pembicaraan mereka, pemberitaan Injil mereka, bukan berasal dari diri mereka untuk menyenangkan manusia, melainkan berasal dari Allah untuk menyenangkan Allah. Dia terus-menerus memeriksa, meneliti, dan menguji hati mereka (Mzm. 26:2; 139:23-24).

Ayat 5 mengatakan, "Karena seperti yang kamu ketahui, kami tidak pernah bermulut manis dan tidak pernah mempunyai maksud serakah yang tersembunyi -- Allah adalah saksi." Bahasa Yunaninya mempunyai maksud serakah yang tersembunyi juga mempunyai makna berpura-pura, terselubung. Memiliki maksud loba yaang tersembunyi berarti menjajakan atau menjual firman Allah (2 Kor. 2:17; 4:2). Ini juga berarti berpura-pura beribadah untuk mendapatkan keuntungan (1 Tim. 6:5; Tit. 1:11; 2 Ptr. 2:3).

Menurut ayat 5, rasul-rasul tidak pernah bermulut manis. Kita semua harus menghindari bermulut manis, jangan berbicara untuk menjilat orang lain. Dalam ayat ini Paulus juga mengatakan bahwa rasul-rasul tidak pernah mempunyai maksud serakah yang tersembunyi. Mereka tidak menaruh motivasi jahat yang terselubung. Karena mereka tidak mempunyai maksud tersembunyi atau berpura-pura, maka mereka tidak memperdagangkan firman Allah atau mencampuradukkannya. Mencampuradukkan sesuatu ialah mencampurnya dengan bahan yang rendahan. Contohnya, mencampur emas dengan tembaga atau arak dengan air, dan menjualnya seakan-akan murni. Dari abad ke abad, banyak pengkhotbah dan pengajar telah mencampur aduk firman Allah sedemikian rupa. Mereka memberitakan dengan maksud tersembunyi agar menguntungkan dirinya.

Dalam ayat 6 Paulus mengatakan, "Juga tidak pernah kami mencari pujian (kemuliaan) dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus." Mencari kemuliaan dari manusia adalah cobaan yang riil bagi setiap pekerja Kristus. Banyak yang telah ditelan dan dirusak oleh hal ini.

Mencari kemuliaan dari manusia kelihatannya tidak sejahat keserakahan. Namun, ini lebih licik. Kejatuhan penghulu malaikat adalah karena menuntut kemuliaan. Ia menjadi seteru Allah dikarenakan menuntut kemuliaan. Walaupun ia itu pemimpin malaikat dengan kedudukan yang sangat tinggi, namun ia masih tetap gila kemuliaan. Itulah penyebab kejatuhannya. Menurut Perjanjian Baru, setiap orang yang mencari kemuliaan manusia adalah pengikut Iblis. Gila kemuliaan merupakan perangkap yang dipasang Iblis untuk menjerat pekerja-pekerja Kristen. Sebab itu, semua pekerja Kristen sangat perlu belajar menghindari perangkap gila kemuliaan. Namun, tidak banyak yang lolos dari perangkap ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Tesalonika, Buku 1, Berita 12

No comments: