Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 4:4-8
Tidak ada perkara yang lebih merusak
manusia daripada percabulan. Menurut perkataan Paulus dalam 1 Korintus 6, percabulan
menghancurkan tubuh seseorang. Dosa-dosa lain tidak dapat merusak kita secara subyektif,
namun percabulan merusak tubuh kita, mencemarkan seluruh diri kita, serta
membuat kita tidak kudus sama sekali. Selain itu, percabulan digunakan seteru
Allah untuk merusak manusia yang Allah ciptakan demi tercapainya maksud
tujuan-Nya. Sebab itu, percabulan harus ditinggalkan seluruhnya. Inilah alasan
Paulus mengatakan "menjauhi percabulan" dalam 4:3. Kata "menjauhi"
sangat tegas, dan menunjukkan bahwa kita harus lari menjauhi percabulan. Allah menghendaki
kita tersisih sepenuhnya bagi diri-Nya, dikuduskan seluruhnya bagi pencapaian
tujuan-Nya. Hal ini menuntut kita menjauhi percabulan.
Dalam ayat 4-5 Paulus meneruskan, "Supaya kamu masing-masing tahu bagaimana memiliki bejananya
sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan, bukan di dalam keinginan
hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" (Tl.). Memiliki bejana di sini berarti menjaga,
melindungi. Tentang penafsiran "bejana" di sini, ada dua macam
pendapat, yang pertama menganggap bejana ini adalah tubuh manusia, seperti yang
disebut dalam 2 Korintus 4:7; yang lain menganggap bejana ini adalah istri
seseorang seperti yang disebut dalam 1 Petrus 3:7. Konteks ayat ini dan ayat
berikutnya, yang meliputi frase seperti "kamu masing-masing", "dalam
kekudusan dan kehormatan", dan khususnya "bukan di dalam keinginan
hawa nafsu", menguatkan penafsiran pendapat pertama, bukan pendapat yang kedua.
Di sini rasul menganggap tubuh manusia sebagai bejana manusia, sama seperti
yang dilakukan Daud dalam 1 Samuel 21:5. Dalam perkara pemakaian tubuh, Paulus
dan Daud menganggap tubuh manusia sebagai bejana. Menjaga atau melindungi bejana
manusia dalam kekudusan dan kehormatan, tidak mengizinkannya melampiaskan hawa
nafsu adalah pelindungan terhadap perbuatan percabulan.
Percabulan selalu berkaitan dengan pelanggaran atas peraturan
hubungan pernikahan. Hubungan antara pria dengan wanita telah ditetapkan oleh Allah
dan di bawah peraturan-Nya yang ketat. Karena itu, hubungan antara pria dengan
wanita haruslah menurut ketentuan dan peraturan Allah. Jika tidak, pasti akan timbul
pelanggaran, perusakan peraturan Allah.
Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Allah memanggil kita bukan untuk
(berdasarkan) kecemaran, melainkan dalam pengudusan" (Tl.). Kecemaran dalam ayat ini ditujukan kepada hal-hal cemar
seperti percabulan dan perzinaan. Ada orang mengajarkan bahwa kecemaran di sini
mengacu kepada keuntungan yang tidak sah dalam bisnis, dan bahwa ayat 6
membicarakan menipu seorang saudara dalam bisnis. Namun, ajaran semacam itu
tidak dapat diterima dalam konteks bagian ini, yang dimulai dari ayat 3 dengan
nasihat untuk menjauhi percabulan. Sebenarnya, ayat 7 adalah kata penutup dari
nasihat ini.
Ayat 8 mengatakan, "Karena itu, siapa yang menolak ini bukanlah
menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya
yang kudus kepada kamu." Ayat
ini adalah kesimpulan bagian yang dimulai dari ayat 3. Di sini Paulus
seolah-olah berkata, "Aku telah memberi kalian suatu peringatan. Jika kalian
menolaknya, kalian bukan menolak aku, melainkan menolak Allah yang telah memberikan
Roh Kudus-Nya kepada kalian." Roh Kudus yang diberikan Allah kepada kita
adalah Sang Kudus yang menguduskan kita, menjadikan kita kudus di hadapan Allah
(Rm. 15:16; 1 Ptr. 1:2; 1 Kor. 6:11).
No comments:
Post a Comment