Hitstat

30 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 8 Selasa



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 4:4-8


Tidak ada perkara yang lebih merusak manusia daripada percabulan. Menurut perkataan Paulus dalam 1 Korintus 6, percabulan menghancurkan tubuh seseorang. Dosa-dosa lain tidak dapat merusak kita secara subyektif, namun percabulan merusak tubuh kita, mencemarkan seluruh diri kita, serta membuat kita tidak kudus sama sekali. Selain itu, percabulan digunakan seteru Allah untuk merusak manusia yang Allah ciptakan demi tercapainya maksud tujuan-Nya. Sebab itu, percabulan harus ditinggalkan seluruhnya. Inilah alasan Paulus mengatakan "menjauhi percabulan" dalam 4:3. Kata "menjauhi" sangat tegas, dan menunjukkan bahwa kita harus lari menjauhi percabulan. Allah menghendaki kita tersisih sepenuhnya bagi diri-Nya, dikuduskan seluruhnya bagi pencapaian tujuan-Nya. Hal ini menuntut kita menjauhi percabulan.

Dalam ayat 4-5 Paulus meneruskan, "Supaya kamu masing-masing tahu bagaimana memiliki bejananya sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" (Tl.). Memiliki bejana di sini berarti menjaga, melindungi. Tentang penafsiran "bejana" di sini, ada dua macam pendapat, yang pertama menganggap bejana ini adalah tubuh manusia, seperti yang disebut dalam 2 Korintus 4:7; yang lain menganggap bejana ini adalah istri seseorang seperti yang disebut dalam 1 Petrus 3:7. Konteks ayat ini dan ayat berikutnya, yang meliputi frase seperti "kamu masing-masing", "dalam kekudusan dan kehormatan", dan khususnya "bukan di dalam keinginan hawa nafsu", menguatkan penafsiran pendapat pertama, bukan pendapat yang kedua. Di sini rasul menganggap tubuh manusia sebagai bejana manusia, sama seperti yang dilakukan Daud dalam 1 Samuel 21:5. Dalam perkara pemakaian tubuh, Paulus dan Daud menganggap tubuh manusia sebagai bejana. Menjaga atau melindungi bejana manusia dalam kekudusan dan kehormatan, tidak mengizinkannya melampiaskan hawa nafsu adalah pelindungan terhadap perbuatan percabulan.

Percabulan selalu berkaitan dengan pelanggaran atas peraturan hubungan pernikahan. Hubungan antara pria dengan wanita telah ditetapkan oleh Allah dan di bawah peraturan-Nya yang ketat. Karena itu, hubungan antara pria dengan wanita haruslah menurut ketentuan dan peraturan Allah. Jika tidak, pasti akan timbul pelanggaran, perusakan peraturan Allah.

Dalam ayat 7 Paulus berkata, "Allah memanggil kita bukan untuk (berdasarkan) kecemaran, melainkan dalam pengudusan" (Tl.). Kecemaran dalam ayat ini ditujukan kepada hal-hal cemar seperti percabulan dan perzinaan. Ada orang mengajarkan bahwa kecemaran di sini mengacu kepada keuntungan yang tidak sah dalam bisnis, dan bahwa ayat 6 membicarakan menipu seorang saudara dalam bisnis. Namun, ajaran semacam itu tidak dapat diterima dalam konteks bagian ini, yang dimulai dari ayat 3 dengan nasihat untuk menjauhi percabulan. Sebenarnya, ayat 7 adalah kata penutup dari nasihat ini.

Ayat 8 mengatakan, "Karena itu, siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." Ayat ini adalah kesimpulan bagian yang dimulai dari ayat 3. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Aku telah memberi kalian suatu peringatan. Jika kalian menolaknya, kalian bukan menolak aku, melainkan menolak Allah yang telah memberikan Roh Kudus-Nya kepada kalian." Roh Kudus yang diberikan Allah kepada kita adalah Sang Kudus yang menguduskan kita, menjadikan kita kudus di hadapan Allah (Rm. 15:16; 1 Ptr. 1:2; 1 Kor. 6:11).


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 15

No comments: